kasihilah aku sebagaimana ikrar yang kau ucapkan kala rintik merekam
tiap tetes adalah ucapan dari tutur sang maha yang bernaung di surga
kau mendengar?! dengarlah bisikan dari nyanyian sepasang angsa
yang bermadu di beningnya telaga
mereka bercengkerama, mengumbar tutur setia
aku melihatnya saat ini, mencoba menerjemahkannya
dan aku mengingatmu saat engkau mengatakan
kau akan setia sayangku?? sembari membasuh butir bening yang tak kelar
keluar dari kelopak netraku
ternyata dunia ini indah sayang, banyak aroma dari ranum cinta yang kupetik
dari sebuah nyata, dan kuasaNya menjelma menjadi cerita bahagia.
aku ingin begitu, kita juga begitu
aku tersenyum saat ini, waktu telah bercahaya
dan tarian sepasang angsa tersesat. hilang kala mendung mulai menggelayut manja
masa ini aku telah bersedia mengeja sebutir cerita dan membaginya untuk bermetafora.
sekarang ...
aku tak mampu kehilangannya, meski sekali waktu raga tak mampu meraihnya
bagiku dan baginya, raga adalah titipanNya dan nurani adalah sabda takdirNya
bagiku dan baginya, kehadiran adalah rusuk yang tak bisa kutepiskan
kasihilah aku sebagaimana kebaikanmu, tatkala aku begitu merindumu
petiklah setangkai bunga untukku, sunting di perbatasan lembar catatan panjang
bertuliskan cinta, biarkan mereka membaca dan mengurainya isi dari kita dan takdir aku juga kamu.
tiap tetes adalah ucapan dari tutur sang maha yang bernaung di surga
kau mendengar?! dengarlah bisikan dari nyanyian sepasang angsa
yang bermadu di beningnya telaga
mereka bercengkerama, mengumbar tutur setia
aku melihatnya saat ini, mencoba menerjemahkannya
dan aku mengingatmu saat engkau mengatakan
kau akan setia sayangku?? sembari membasuh butir bening yang tak kelar
keluar dari kelopak netraku
ternyata dunia ini indah sayang, banyak aroma dari ranum cinta yang kupetik
dari sebuah nyata, dan kuasaNya menjelma menjadi cerita bahagia.
aku ingin begitu, kita juga begitu
aku tersenyum saat ini, waktu telah bercahaya
dan tarian sepasang angsa tersesat. hilang kala mendung mulai menggelayut manja
masa ini aku telah bersedia mengeja sebutir cerita dan membaginya untuk bermetafora.
sekarang ...
aku tak mampu kehilangannya, meski sekali waktu raga tak mampu meraihnya
bagiku dan baginya, raga adalah titipanNya dan nurani adalah sabda takdirNya
bagiku dan baginya, kehadiran adalah rusuk yang tak bisa kutepiskan
kasihilah aku sebagaimana kebaikanmu, tatkala aku begitu merindumu
petiklah setangkai bunga untukku, sunting di perbatasan lembar catatan panjang
bertuliskan cinta, biarkan mereka membaca dan mengurainya isi dari kita dan takdir aku juga kamu.