Jumat, 30 November 2012

PUISI ITU KITA TULIS BERSAMA


kau tau, setiap aku membaca puisi yang kita tulis bersama
ada rindu menjumput di retinaku, seperti berebut mencari posisi
dimana letak persinggahan hati...

diselembar kertas kita menggambarkan seperti
sepasang kupu-kupu terbang melintas, tanpa warna.
hanya kita yang bisa mengamati, bahwa sepasang sayap itu terbang dengan warna putih yang sempurna.
biarlah hanya kita yang mampu melihat, meliuk kala senja
dan berhenti mengepak kala kita benar-benar terjaga.

merapikan kembali kertas yang kita tulis bersama,
menata ulang lembaran-lembaran cerita seakan masih ada yang kurang.
hmmm...
kembali membaca puisi yang kita tulis bersama, menari perlahan luka yang terbawa,
dari tiap huruf dan kata.

tertunduk, mencari dimana sisa kata yang kau sembunyikan tentang 
bagaimana cara memahami sebuah cinta...

MEMBACA KEMBALI ALUR YANG HILANG




membaca kembali alur yang hilang,
yang merubah tawa menjadi derai air mata
menanti dan terus menanti

nama itu kuselipkan dalam kabut
yang pernah singgah di antara lelah dan resah

nama itu kutitipkan pada garis senyum sang embun
di singgasana yang bertahta bernama rerumputan

nama itu tergores di lembaran suci yang kutangisi
dalam pelukannya yang mengusik jiwa

nama itu kadang menjadi bintang
yang dengannya memberi kedamaian

bisikkan maafku mengatas namaimu,
disegala arti yang kau singgahi
aku sendiri..

membaca kembali alur yang hilang,
mencoba melukis senyum di kanvas matahari 
dan menarik kembali embun yang berbisik

: kau begitu berarti meski jemarimu berhenti menulis puisi

AKU SAH MU



suara berat itu membangunkanku...
pada mimpi semalam

ah, segera kubuka mata,
berlari kebelakang membasuh wajah
dengan air di pancuran

mimpi itu.

suara beratmu terdengar di balik peraduran
"maa....!!"

ah...
kau lah disampingku sekarang.

KASIH ...



Saat hujan turun dan mendengarkan, ia merekam setiap kata yang melebur dalam percakapan.
senja di awal desember. Kau pernah bilang, bahwa cinta tak seindah setia, sejak dulu kita di lahirkan, sejak kita ditakdirkan.

Kasih adalah ketulusan. Kasih adalah untuk kebenaran,
Sebab kita masih mencinta, melebihi cinta fatamorgana.

Aku telah menitipkan hatiku untukmu, dari untaian tanya bak mutiara. Hhingga aku mengeja
sebutir airmata yang menggenang dikelopak mata.remang dalam kegelapan, kau bilang kita 
akan bermetafora mengembalikan apa yang ada, meskipun tiada pernah ingin kukembalikan

Aku berziarah kembali, dalam kenangan awal desember. Menikmati hangatnya mentari dalam wujud kehadirannya.

Betapa aku ingin memeluknya, menyandarkan kepala, mendengar suaranya, yang terbawa kabar kicau pagi.
aku hanya mampu tersenyum, munajatkan doa sekali lagi. Aku masih tak menemui...

KESAKSIANKU


engkau embun pertama yang terbit ditemali pagi,
bahkan engkau telah serasi bersanding dengan mentari
engkau telah membawaku kembali kedalam pelukan hangat
yang semula beku dan mencairkanku

lewat beranda aku telah sematkan purnama
dalam tepian yang tak terlihat

kesaksianku, hidup dari sosok lembut yang 
mengajarkan aku kuat
kesaksianmu, meminangku mengubah aksaraku
menjadi senandung puisi cinta dan bercerita

puisimu adalah isyarat yang tak terwakilkan
hingga aku tak ragu untuk mengatakan aku rindu.

I MISS U



padang rumput itu adalah rindu
yang setiap langkah menyeret menyuburkan hariku

padang rumput itu pernah terkenang
namun kini subur menjadi ilalang

aku menemui sebutir embun yang masih menyala
di sibak perdu hijaunya.
ingin meminang ribuan tanya, namuan tak tercipta jawab menjelma

begitu sulitkah cinta yang sebenarnya
dan begitu sulitkah melupakannya

engkau diantara satu dalam ruang yang sama
dengarkan aku..biarkan kau menjadi sabda 
dan aku hanya secoret tinta.

MENCOBA


seperti aku memandang
begitupun detik menyatakan
aku berbaring
ditepi jalan yang mengering


mencoba melukis kembali
lukisan inggatan yang tak pernah kembali
yang pernah melebur, pupus
di balik bibirku yang basah

warna kesedihan menjadi warna hitam
ia telah melingkar dalam rona lentik mata
warna cinta menjadi warna merona
yang membakar pipi saat aku menyebut namanya

BERSAMA MALAM



sentuhlah
sebelum jemari tergenggam
sebelum pagi
pergi undur diri

rebahlah
dalam sandaran yang bisa kumengerti
berkata tentang
arti setia, arti abadi
arti menanti, 
arti sabar dalam memahami

usaplah
saat menggenang, sebelum jatuh
dan mengalir di rona pipi
sebelum pecah tangis
dan menjadi tangis terkikis

buka pelukan
seolah disanalah aku dilahirkan
dalam malam yang dingin
mungkin bersama malam
aku meneteskan kesucian dari sayap sayap cinta

biarkan dia menjadi selimut hangat
menanti fajar kembali menyemat

Kita adalah sebuah elegi,


aku benci suara gemuruh
dari mendung hitam yang menggantung di awal senja
sebentar lagi hujan
menyentuh kulit dan memainkan perasaan kembali

kita adalah sebuah elegi, dimana menjadi paragraf yang berbeda
aku dan engkau, mengisyaratkan nyanyian pelangi dan hujan

* gantung kisah di pucuk cemara
yang disaksikan dewa keberanian
jaga nafas kita, hela dari rahasia kecil yang terpencil

ADALAH CINTA



Perempuan itu menuliskan
: airmatanya lebih percaya hati

sesunyi gerimis di lengang kertas puisimu, cinta bukanlah lelaki yang menaruh mesra sembilu

bukan sajak bunga-bunga di pesta semusim gugur, bulan hujan

bukan rayuan Bethoven dalam rintih piano di penutup pertemuan

Bagimu, cinta adalah kesementaraan kata-kata
yang lengkap perih dan manis di setiap keraguan

Bagimu, cinta adalah drama sederhana kesendirian yang indah tak termiliki

tapi bagiku
cinta adalah ketika aku menulis puisi tentangmu


Oleh admin SAS

Jumat, 23 November 2012

BANGAU



ketika
musim tanya berucap malu
musim waktu melingkar gersang
aku terbawa bangau terbang
kemudian bertengger didahan
bulu putih laksana awan
dan paruhnya saling berpautan

..maaf aku tak bisa melanjutkan, karena ranting gerasang, daun daun kerontang. Dan bangau membawaku berkeliling di cengkeraman kaki dan kuku yang tajam..

maafkan aku

SAJAK HIJAUKU


Bersyairlah untukku
suarakan aku tentang bagaimana kekuatan makna
biarkan aku seumpama peri kecil 
agar aku bisa berkaca pada beningnya puisimu


gugur daun kecil flamboyan
berarak terhuyung terpecah disapu sang bayu
seperti butiran rindu yang jatuh dipelataran kalbu

angin berbisik sepoi
mengalun merdu meninabobokanku
dan rintik hujan meneduhkan mulai menyapa
gerimis merangsek lamun keterpaksaan

bersyairlah untukku, seperti sajak hijauku
hijau dalam rimba raya, kuumpamakan itu jiwaku

KENALILAH CINTA SEBELUM ...



kenalilah kembali bagaimana cinta menyapa
dia akan menjadi begitu dalam, sangat dalam ketika kepergiannya
dia akan mencairkan kembali hati yang dihakimi ribuan sesal
dengan sang titah kesuciannya...
seperti bulan dalam pelukan bintang, dan fajar menghampiri pagi.

aku jatuh cinta pada hujan



aku jatuh cinta pada hujan
karena hanya dia yang bisa mengurai air mata
menjadi butiran kesejukan


hingga aku berserah pasrah
dan harus kurelakan kedua tanganku bertengadah basah

INI BUKAN PUISI


aku hanya membuat bait
dari kumpulan kata
terbentuk sedikit sempurna

aku hanya menggoresnya
tanpa sekat terikat
dari isi hati yang merasa pekat

aku hanya mengungkap
dari kata yang tak sempat terucap
yang aku ingin
yang aku mau
yang aku rasa
yang aku cinta

sungguh ...
hanya itu,
dan jangan cemburu

SAAT ANGIN DAN HUJAN


TENTANG SEMALAM SAAT ANGIN DAN HUJAN

tentang angin dan hujan
yang membaringkanku semalam
aku membangun ombak yang beriak
tergulung lirih dipesisir pantai

tertulis cinta yang dikabarkan angin malam
sengaja sebelum malam terpejam

susunan rindu menjadi sketsa
dalam taburan kata yang tak berjeda
membakar kubahan jiwa yang sendirian
membujur gemulai dalam sekat bagaikan rama-rama

rebahlah,
dibatas ini aku mengunci 
membiarkan hujan memangku kalbu
hingga nanti
bukan nyanyian atau puisi
namun uraian kata yang membuat debar jantung

pagi menjamah, memapah jemari yang basah
tanpa kutinggalkan bekas rindu
tanpa nama tanpa jiwa
karena sesungguhnya engkaulah sang tujuannya

hhmmmm


setengah berlari kubiarkan jiwa tergetar
rubuh, susah payah kupangkas kata liar
gemulai tarian samar, melonjak girang
sang bidadari tersenyum, memungut satu persatu aksara yang terpagut


JANGAN BAWA DAN JATUHKAN AKU



jatuh juga akhirnya
menjelma kabut yang dibisikkan aksara

meratap pasir yang tak bernyawa
memaknai keruh bekumu yang merana

cukup, cukup, hentikan ini
aku, aku pernah kembali
tak pernah mencari
karena hitam masih saja menghantui

jatuh juga akhirnya
sayapku tlah patah dan 
jemari menggiringku pergi

perih menjalar disepanjang puisiku

Rabu, 21 November 2012

PUISI ITU AKU ATAU KAMU



aku adalah pena yang terbungkus jejak rindu
aku pernah besimbah pilu diujungnya
dan secarik kertas menarikku
untuk kembali menulis keharuman rindu
harum tinta yang berkecipak dilembar puisiku

siapa? 
: itu kamu

tiap bait yang tercurah
mengungkap lembar sedera kisah
mengutus ritme cinta di sana
dan aku satu puisi 
yang utuh di jemarimu
elok dalam sejuk rengkuhku
mengayun sejuta mimpi bertepi
menitis dalam peraduan kepak sayap di alur pelangi
hmm, cinta
engkaulah puisiku bermata bulan

siapa?
: itu aku

tentang aku,
tentang bagaimana hasrat bermandikan rindu
seiring bening wajah tersirat ditelaga kesucian
para malaikat mengusung bait suci pada puisi,
mereka membubuhkan azimat cinta yang terampas saat senja mulai menyapa
dan
sekali lagi puisi-puisi
yang mampu menembus batas kalbu
dan terlanjur melekat dirahim jiwa jiwa
aku mendengar, membaca dan melihat isi hatinya


(aksara antara aku dan kebo)

sebuah rahasia cinta


Terjemahkanlah Sebuah Rahasia Cinta


terjemahkanlah bagaimana cinta menyapa
menjadikan seseorang buta 
dia hanya melihat bagaimana cinta itu
ada pada orang yang teramat dicintainya

terjemahkanlah sebuah rahasia cinta
yang menyediakan airmata 
yang terlahir dari rahimnya
pemilah antara tangisan bahagia atau kepedian

terjemahkanlah dan rangkaikan cinta 
antara Qais dan Laila, saat takdir tak bisa 
menyatukan bahagia cinta mereka

dalam mimpi aku menyebutnya
engkau yang tak sanggup kusuarakan
tentang bagaimana masa depan yang
tertunduk di teras depan

dalam mimpi aku menyebutnya,
engkau adalah cinta tanpa cinta.

dalam istana kebesaran jiwa kau
bersemayam kekal..

SETENGAH BERLARI MENGHINDARI




setengah berlari,
diantara rumpun-rumpun yang tumbuh subur diberanda jiwa

setengah berlari,
kusingkirkan pagi agar menjauh 
secepat pula menggapai matahari

setengah berlari,
saat keangkuhan fajar membuat menggigil kaku
diatas nurani yang terdiam

setengah berlari,
ketika tiupan angin menghanyutkan
dan kemudian menerbangkan

namun terhenti seketika, saat sisi jurang kebahagiaan
yang telah DIA ciptakan menjadi penggalan luka yang 
telah disandarkan.
lembut...
kemudian aku yang tak sungkan melukis sebentuk rupa
melalui cermin pantulan dari bias raga

sesungguhnya,
tak bisa menghindari apa yang telah menjadi kehendak-NYA

SETELAH AKU MENYADARI


selembar nafas ini adalah legenda
yang mampu bercerita tentang bagaimana kita mengembara
dalam hitam putihnya warna
seperti secarik kertas putih yang hanya jejak jejak
diri ditinggalkannya


:: aku menyadari bahwa 

"aku telah dilukis dijadikan legenda
abadi sang maha karya untuk nanti mereka baca dan ceritakan kembali"

KEKASIH KU



kekasih hatiku adalah segumpal daging merah
yang tertanam jauh didasar hati.
dia mampu membuat warna biru dan hitam 
di setiap detak kisahnya

kekasih hatiku adalah yang mampu menyentuh
keabadian, menghampiri ketegaran.

menikmati kekasih hati,
dalam nadi tadir setiap pesona
dan kilauan anggun dia (sang perasa)

SESUNGGUHNYA AKU CINTA




sesungguhnya,
tak mampu menyingkap rahasia tabir 
yang mengatas namakan cinta
kadang menyerah
tak jarang pasrah pada kekecewaan

bagaimana cara menjelaskan?


rentangan kedua tangan
biarkan angin membuai tubuh kita
sampai kita menikmati alurnya
dari yang tersembunyi sampai yang nyata

kau temui cinta, pada kekuatan yang memegangnya
saat sakit keangkuhannya atau rapuh kala memaknainya
kau menyapanya, saat lembut seperti keindahan yang ditarikan
bidadari surga, mereka mengejar dan berkata..

"menarilah denganku cintaku, biarkan sementara belati 
tersembunyi di sayapku..menarilah dengan kebenaran jiwa
jika cinta telah menyapa"

dengan keterbatasanku, biarkanlah sang pujangga
yang mengartikan puisiku,
dan menuliskannya di kanvas sucinya
biarkanlah dia yang menyulamnya menjadi jutaan puisi
aku tak bisa, aku tak mampu

karena aku menikmati keharuman cinta, itu saja.






BAYI ITU BERNAMA PAGI



Bayi itu bernama pagi


baru saja lahir
dari rahim hujan yang sepi



matahari di pintu
masih menjaga jaraknya



Aku dan pagi adalah dua kelahiran hidup yang sama-sama bernadi waktu
di ruang detak merambat kita saling menyapa



lalu cinta dengan piawai
mengajarkan keindahan dalam perjalanannya



Mungkin sudah saatnya rekah bunga tersemai dari taman-taman jelita 
semerbak searah ranum senyummu
melintasi sapa pagiku



Pesonamu 
meramu hangat kopi 
di meja kayu bangku terasku



hai cinta
pagi ini kamu seksi lagi



* darimu untuk pagi yang entah...
darimu yang kuberinama KEBO

Jumat, 02 November 2012

Senja ini mengingatkanku



Dalam gerimis senja kutitipkan sebait puisi
ini untuknya


senja ini mengingatkanku
bagaimana cinta telah menyelimuti
dan menghangatiku
saat mentari
mengejang dan membawamu pulang
senandung rindu, lirih bersandar
hati kecil, dan perasaan
angkuh menerima dan membuang begitu saja
saat menatap bayangan di jendela kaca
pernah kau pergi
dan aku kembali
namun TUHAN tak mengizinkan takdir
menghampiri untuk saling mendekap

jangan perdulikan,



jangan perdulikan 
apa yang mereka katakan tentang
bagaimana rasa dipersatukan
biarkan menjadi air bening
yang mengalir dan kemudian menggenang
jatuh dari sebuah tebing hijau
menjadi percik embun kesejukan.

jangan perdulikan,
aku, engkau dan kita
biarkan cinta menjadi butiran embun
yang jatuh di ujung ilalang

SUMA AJI SWASANA



adalah perempuan yang memeluk puisinya
ia gulirkan syair mungil dari ketabahan menopang cinta 
di bahu tak berjeda
pada kedua kakimu

peluhmu menyusuri makna tersingkap di jalan berduri
lalu ketabahan merambat kecil menjalar di senyummu
: doa-doa memutih membalur suci

Lalu cinta kau pilih 
untuk kau sematkan di bulir bening bola mata buah hatimu

Kaukah perempuan yang melukis tetes-tetes bulan
di setapak sunyi jalan bertempu
mengais segala kekuatan
di rimbun pemantang tulusmu

Aku Mulai Takut Kehilangan

AIRMATANYA ADA KESENDUANKU




perempuanku,
ketika sebutir air mata jatuh 
diantara lipatan telapak tanganku
seolah mengendaplah seluruh aliran darah
dalam tulus seperti jiwa luluh 

entah...
bagaimana lagi kupuisikan kembali,
hujan, atau embunkah aku mengawali
atau kubiarkan saja aksaraku larut
tanpa satu makna yang tereja

perempuanku..
maaf, atas kesedihan yang kuciptakan
pada air mata yang kau teteskan
pada rindu yang kusandarkan
pada nyanyian malam yang kudengungkan

dimana aku bisa menatapmu,
kapan lagi aku menyebut namamu,
dari sudut mana warna jiwa kutemui lagi

kini, dihampar samudra aku mengucap rindu,
biarkan riak gelombang menyentuhku,
sepasang camar menyampaikan pesan
dan angin tenggara mendamaikan

aku rindu, aku rindu pada perempuanku
yang mengulang menjadi mimpi dalam bayangan
aku rindu pada pemahaman cinta
aku rindu pada senandungnya

Ya tuhan..
garis ini Kau yang telah suratkan
dan aku jatuh pada keindahan, keihlasan
dalam persembahan cinta pada perempuanku, 
yang telah kau miliki di surga

Ada janji hujan, yang datang november ini



ada janji hujan, yang datang november ini
ada embun yang enggan pergi
seperti sepasang merpati 
yang berputar mengelilingi sebuah puisi
tentang tulisan arti rindu
makna cinta tak pernah berhenti
atau sebuah kisah tentang kita
yach..
tentang dia, dan aku saja

Bagai embun yang membakar hujan



Saat ini, 
aku ingin engkau memelukku erat 
dan membisikkan bahwa engkau mencintaiku. 

Mencukupi sebagai penawar perih, 
serta menumbuhkan keberanianku 
untuk percaya bahwa engkau 
bisa menjaga dirimu sendiri

nanti..

Kepada mimpi bahagiaku melukis
di sudut bingkai kusemat suaramu
senandung lepas mewarnai langit
Bagai embun yang membakar hujan

ada yang tak sanggup kuucap hingga kini
terlebih bahagiaku
karena telah sempat kuberikan keluh rindu
sedalam pelukan yang kian erat merengkuh

kemudian fajar memecah debu
dari satu hingga seribu
kelak bulan kan meraut sepimu
sampai luruh tak bersisa

Pada kelabu kutambatkan hitam
Sedang debar tak seirama
Namun masih, kita berdiam
Mencairkan malam tanpa suara

Kepada nyata kuikhlaskan hidup
Menangguhkan setiap detak
Dan tetap mencintaimu
Dengan sepenuh nafasku

MAAF AKU RINDUMU KEMBALI




telah kupintal untukmu
helai perhelai benang maafku
untuk kujadikan jubah kerinduanku

dulu yang tak terlihat
yang tak terbaca
bahkan yang tak bisa termakna
yang menjadi catatan lama
hunian agenda rapuh

kau ingat
bagaimana saat senja
kita menyanyikan syair-syair rindu
dan bersandar pada pilar-pilar keihklasan
ketika tanpa tangis tanpa luka
yang seolah senja matahari enggan membenamkan diri

kau ingat sepasang sajak
yang pernah kita buat, 
dan kau memberi kedua sayap diantaranya
sembari berkata,
"biarkan sajakku tak patah
kan kubiarkan dia terbang. 
tak akan jauh melangkah, dia akan berputar
dalam sebuah pusara, menemanimu.
menemani tiap senja, menemani disisi untuk menulis kembali"

dan aku hanya terdiam,
dengan rona yang tak bisa tergambarkan.
"yang aku tau, syair ku adalah telaga 
kecil yang bening yang mampu kita berkaca
tak ada riak, tak ada debu yang mengotori
dan dia tak akan gersang meski musim
telah mengerontangkan"

selain engkau, syairmu lah yang membawa
kisah pada catatan takdir-NYA

SUNGGUH AKU MENCINTAIMU




duduklah disini
denganku di sebuah taman
dengan rangkulan mentari
dan pelukan pagi

hari ini ada yang hendak kubisikkan
dekatlah disini..

***

lihatlah bias warna dari sang fajar
menembus celah dedaunan yang perdu 
dan reranting-ranting kecil tertiup angin
aku ingin bersyair

ketika malaikat duduk bersanding
dia merengkuh gulanaku, dia biarkan membatu
dan beku.
namun kemudian dia persembahkan gerimis yang melunturkan tangis

ketika cahaya hampa datang menyapa
seperti jiwa yang ditinggal sukma
seperti jubah lusuh menyeret kesebuah tebing
terserak..

sungguh
bahwa cintalah yang menemukanku
membawa kembali satu persatu nafas
tak peduli, bahwa nanti belati bersembunyi dan menghujam
semoga ini akan kekal dalam bertahta disukma

dan TUHAN lah menjadi saksinya

***

dan sisa mentari masih menguliti wajahmu yang bersemu
memandangmu, memandangmu...selalu