Rabu, 30 Desember 2015

SUMA AJI SWASANA (MENYENTUH)

ditengah kotamu, gerimis dan lengang pernah menghantarkan jalan pulang
kau berlari kecil dengan senyum yang kau sembunyikan
raflesia bersama angin berkedip
menyentuhmu seperjalanan
.disebuah pintu kau mengetuk
"mamah pulang sayang" dengan senyum yang tak lagi kau sembunyikan
.
taukah kau, gerimis?
aku didekatmu
di tenggelamkan lamunan-lamunan tua yang semakin ringkih
tanpa jawab
.
di kotamu, ingin rasanya kucuri sepimu
.
.
-sas-

DIARI HATI 2015


Diary Januari - Juni dari penemuan kemudian menjadi jeda,
Juli- Desember perjalanan lalu menjadi entah..

Untuk kesekian
KAU menjadi JANTUNG yang tak bisa kupahami

Angin mengurai
Dari lenganmu aku BERTITAH
Kehilangan mungkin hanya sebatas arsiran pensil hitam putih

"Aku tak mau kehilangan"
Kau biarkan kita bernafas panjang
Kemudian kita bicara tentang takdir
sepertinya kitalah empunya

Terhimpit lautan
Aku hanya mampu menggeliat
Memainkan bangunan istana pasir lalu membiarkan gelombang menghempasnya
...
...
Hari teracak rapi
Barisan waktu berjajar indah

"Jangan kau pamerkan aku warna terang langitmu
jika ..kau sudah tak berada disitu" pintaku

-Selamat Tahun Baru-
semoga harapan baik berada di tahun berikutnya

Kamis, 26 November 2015

AKU BAIK BAIK SAJA

Ke-ingintahuanmu mungkin sudah sampai di depan pintu
Kau tinggal mengetuknya sambil berkata
"Inikah masadepan"
.
kemudian kau hanya butuh diam untuk membendung kesedihan
Sebab bukankah setiap perjalanan seharusnya tanpa rasa sesal
Lalu ucapkan baik-baik kepada masalalu yang perlahan kau tanggalkan
"Selamat tinggal"
.
Dan di belakangmu aku berjanji, aku akan baik-baik saja

-SAS-

GUGUP YANG TELANJANG

Boleh jadi
kita hanya sepasang gelisah yang hanyut di pusaran impian
sebelum tepukan rerumput memadam kedipan kunang-kunang
dahan-dahan tak lagi bergaun
kabut-kabut sembunyi membukit
gugupku telanjang
.
dalam pandanganku secangkir kopi menjadi seharga kepercumaan-kepercumaan
Liar membenak, membungkam sorot matahari
SEBAB, aku tabah memangkas paras pekat awan
kau jatuh lagi di curam jalan tak berlengan
.
Jangan sendiri, duhai
pilihlah aku sebagai tenggelammu
.

-SAS-

Kamis, 12 November 2015

SECURAM ANGAN

Hingga di dasar malam, aku belum juga mampu menjamahmu
Padahal arusmu membentur tak sejauh dingin Kintamani
Di pelipisku cahaya yang diberi bulan juga tak lekat
Melintas pelan, mengarsir sisi tanyaku
Keabadian seperti apa yang kucari?
.
Ku emban sisa kenang dilarut lidah
Entah dongeng malam
Syair-syair musyafir
Atau sebuah kidung halus yang sulit kehilangan rima sepi
.
Kah
Adamu percik
Dari pekat-pekat liat yang menguburku
Securam angan?
.
.
-sas-
?

Jumat, 23 Oktober 2015

RINDU ITU LELAH MATAMU

Sungguh yang kuubah hanya tulisanku,
Cuma beberapa kalimat rindu yang masih utuh dan yang lain kubiarkan terbengkalai
Aku tak akan bertanya apa-apa, meskipun pada pertemuan yang mengatas namakan mataku
Seperti getah pada pohon karet, ini tak akan habis sayang..
meski ribuan sayat teroreh
Seperti hujan sebuah tangis, ini masih tak bisa habis
"BUKAN kah begitu?"
Sungguh yang kutau,
Kepergian ternyata seperti oase gersang
Tanpa ruang nafas hanya untuk berhembus
Tak ada tempat untuk senyawa
Satu hal,
Aku ingin menjadimu, mencarimu
Meski SUNYI lebih lama dari pada "aku"
***
Jika bertanya siapa yang mampu berjalan seorang diri menembus impian-impiannya tanpa luka
Jawab saja, itu hanya mistis lamunan yang tertuang di dalam sebuah buku, di bubuhi sedikit puisi agar kau percaya

Katakan juga, para pengembara hanya piawai mengemas kerinduan lalu menyimpannya pada bagian sisi kesepian malam. Bukan menenggelamkan rasa yang terus tumbuh meski ia tak ingin terlalu percaya bahwa:
"Pertemuan ada di mataku"
.
Jika bertanya siapa yang mampu berjalan sendiri menemui kekasihnya di hati
Jawab saja
"Itu aku"

.

Jumat, 25 September 2015

Carikan aku persinggahan



kita akan memerlukan tempat 
untuk bersembunyi
untuk sekedar melarikan diri
kita juga butuh privasi

seperti kursi kayu ini,
ketika duduk bersebelahan
menatap ruang hujan yang jatuh
mendengarkan lagu kesukaan

ya...

carikan aku persinggahan
tempat paling nyaman untukku bersembunyi
setelah kehilangan

: carikan aku persinggahan

"Kau tak lebih dari pada kepergian"


Katamu, "Anggap saja hatiku yang kutitipkan padamu"

Ditanganmu segenggam pasir putih kau biarkan terurai
seperti melepas anak anak rambutmu berserakan menutupi matamu yang teduh

"Apa ini", tanyaku

Baru saja ombak menjilati ujung kakimu,
aku melihat kau memungutnya seedemikian rupa

"Anggap saja ini hatiku"

Genggamanmu terjatuh, dan aku menatapanya sedih
ini dua musim ketika segenggam pasir kau titipkan padaku
kau daun jatuh yang tak sungkan untuk pergi
merobek bahkan menoreh perjalanan

kau patah yang teramat patah
kau larut
akupun demikian
jatuh disampingmu yang rindu
seperangkat kebebasan pulang menungguku

jemariku hampa,
lagi aku tak menyimpannya
menatap kabut menepi dari matamu

"Kau tak lebih dari pada kepergian"

SENYAWA


lagumu

hujan bersenyawa

ketika pelangi terbit rendah

dan jatuh pada helai daun akasia

aku ingin seperti itu

pelangi

"kau sudah menulis liriknya,

mengubah satu lagu untuk ku"

kita bersenyawa

membagi melodimu

hujan, pelangi dan lagumu




westlife - thats where you find love

PRAGMATIS ILUSI LAMPU KAYU



...
Entah aku berada dimana pada duniamu? Seorang lelaki sedang berpikir keras untuk hal yang ingin di yakininya
AKU menyebutmu gradasi warna tak tersentuh pada rayuan pelangi
SESUNGGUHNYA aku ingin mencari keserasian saja dari apa-apa yang sudah ada. Misalkan kau suka bercelana jeans, dan aku menatapmu jauh dari persimpangan jalan, menggenggam lampu kayu didekat taman
KAU suka curam mataku, tapi aku lupa warna mataku sendiri
...
MASIHKAH kita saling mencari? Sedangkan impian tak pernah memberi peta
KOSONG saja, meringkuk di ruang yang tak kita kenali
.
.
-(I)-LK

BERKISAH




Apa kabar Yem?
Parasmu kutaruh pada kedua sayap angin yang kupinjam sejak kemarin. Sebelum musim yang kuceritakan itu. Tentang seseorang yang berjalan kaki di bawah matahari
Kubiarkan belaian angin, agar matamu berkedip
Merunduk malu, kemudian menyembunyikan genit senyummu
"Kau kelihatan gemuk" bisikmu kemudian
...
Ini hari keberapa Yem, tentang ketukan yang tak sengaja kita tabuhkan di tengah malam yang biru itu? 
"Seusia matamu yang aku benci" bisikmu lagi, kali ini menghadap jauh ke lorong sunyi diamku
.
-(I)-LK

PEREMPUAN BERCERITA


....
Ceritalah (padaku)
Tentang sepatu-sepatu yang sudah tak kau pakai
Sepatu yang bersamamu menyusuri kilometer-kilometer untuk mencari sebuah jawaban
"Aku hampir lupa, warna biru mungkin saja airmataku. Merah masih kuingat untuk senyumku didalam sebuah pertemuan. Yang hitam biar diam"
...
Aku telah menaruhnya dalam ruang terkunci. Gelap, lembab, bahkan mungkin dingin yang terlalu panjang membalut lekat disana
TAPI aku suka yang putih pucat. Itu pemberian ibu
Saat aku ulang tahun ke tujuh tanpa siapa-siapa
.
.
-(I)-LK

PEREMPUAN ITU


...

Masih ingat sebuah PELUKAN ?
Jagalah sayang, itu jutaan cerita
akhir yang tak mampu aku ungkapkan
.



-(I)-LK

Selasa, 14 Juli 2015

MUNGKIN

Mungkin ini postingan yang terakhir. Mungkin aku akan mulai meninggalkan semua. Puisi, Prosa

Sedih...
Tapi aku ingat apa yang dikatakan "Dia" 
"HIDUP INI EKSEKUSI NYATA"

Ya..."Dia"
Yang mengajariku segala hal, semuanya yang belum aku pahami
Yang mengajariku mengendalikan keegoisanku..hehe meski masih muncul juga
Yang mengajariku tentang cinta IBU
(apa yang kutulispun blm bisa menggambarkan semua kebaikannya)

Mungkin Juni bukan bulan hujan
yang sering kutulis pada lembaran puisiku

Juni bulan aku dipaksa untuk memahami makna kepergian
pertemuan, kehilangan, sakit bahkan perih
dan bulan Juni mengajarkan aku untuk MENERIMA


Terima kasih.





 **********************************

Maka..peluk aku
Pada kesedihan yang pernah kupeluk

Maka..maki aku
Pada cinta yang pernah kumaki

Maka..buang aku
Pada janji yang pernah kuingkar

Dan aku hanya menjadi sebaris kata kata "Kenangan"


*****************************************************************************
 
       

Merayakan IDUL FITRI




(tanpa kata-kata)

Rabu, 08 Juli 2015

Pesanmu....SUM

SUM...
Baik baik ya
Jaga Kesehatan
Makan yang teratur
Jangan ngebut kalau naik motor
Inget tuh rambu..berhenti kalau lampu merah
Jangan terobos jalan BUS WAY
Jangan terobos palang kereta

SUM...
Kau masih menulis kan 
Kumpulkan melalui warna awan
Wajah pelangi
Atau Ruang sepi
Kemudian biarkan mereka membacanya
 Bukan aku
Bukan Kamu
Cukup mereka

Itu saja...!

Senin, 15 Juni 2015

PULAU MIMPI

GUA MEMANG PUNYA NIAT KESANA
KE BALI
BUKAN KARENA CINTA PERTAMA
BUKAN KARENA MANTAN
BUKAN KARENA APA
GUA PINGIN KESANA
MEMANG DISANA GUA MIMPI
TENTANG SEMUANYA

BARU SAJA

9:29
16/06/2015

Demi cinta, aku melepasnya
Terima kasih Paginya, Siangnya, Malamnya.
Deminya dia telah memberikan satu rusuk
Yang terselip diantara bilah luka

#N1x

Cintailah Kekasihku

Cinta,
Cintailah kekasih ku yang kau janjikan seumur hidupnya


Rasa itu hanya pertemuan singkat
Telah kumaafkan jiwa itu
Satu kenangan yang tumbuh dalam belukar
Rindu..
Kemarin itu namaku
Terjemahan dari bentuk masa lalu
Mencintai dan menghargai

Telah kupulangkan segala ingatan
Sejenak lupa seperti tak sadar
Cinta...
kemarin rasa itu
Hitam dari ciptaan rasa yang paling bermakna

Telah kutitipkan damai itu
Melupakan cerita takdir yang paling sendu
Dirimu, mahkluk terindah yang mengiris hari hari
Menitipkan debar perjalananku

Mawar itu kelopaknya telah biru
Dan gugur dimainkan waktu

: Rasa itu adalah pertemuan singkat yang begitu agung kemudian menghilang.
..


Minggu, 14 Juni 2015

RIBUAN PESAN (hari ke 4)



Setelah kepergian, kali ini bernama angin.
Aku sudah mengirimkan ribuan pesan untuknya...
Kepada angin, kepada musim....Jaga dia..

itu saja

Sabtu, 13 Juni 2015

Jumat, 12 Juni 2015

Chrisye - Andai Aku Bisa [HQ] [MV Nostalgia]

dengarkan ini...aku sudah meletakkannya di dalam ponselmu




OBAT SAKIT HATI

Apa.!!!

Obat sakit hati JATUH CINTA LAGI

What!!!


NANGIS

Gua mo nangis lagi....
cukup
ini terlalu sesek
...
aku hanya berharap
TUHAN
maafkan aku
ampuni aku
...
Sakit
Banget

LUKA

terlalu sakit disini
sekarang aku hanya butuh istirahat
meletakkan tubuhku
memejam sejenak
membiarkan mimpi kemarin hilang
dan aku tak mau singgah lagi

N
cukup ya..
Aku yakin ada doa yang terselip disana

"Semoga engkau bahagia"

 

Two Day..

Ini kepedihan yang teramat, dari ujung desa kecil perempuan itu membawa kerudung hitamnya sendiri. Terpaku.
Dan kuceritakan One Day sebelumnya :

Ada hujan yang tak pernah singgah di kotaku
meski begitu dingin dan basahnya sampai ketulang
"ah...ya..ini air mata, bukan hujan!" kataku sambil menyeka
kulanjutkan mengangkat pena dan kertasku

"Bunda sayang papa.."
kembali aku meneteskan air mata, kali ini begitu deras
Bibir berdarah
ahh...sampai tak terasa paitnya

Kau bodoh, kau hanya ruang kecil yang kosong kemarin
ruang yang berisi memory 20 tahun silam
ruang dengan temaram indah
tapi kau tak pernah paham, didalam ruang itu ada 6 pasang mata memperhatikan
dan..."Byarr" menyala
aku melihatnya

"Pergilah!"
setelah itu. aku kembali gugur

Sabtu, 23 Mei 2015

Diam yang Terlupa


Diam yang Terlupa

menggenggam impian, kupikir akan membuatku menjadi seorang lelaki yang begitu tabah berada dalam sepi

terhempas gelombang debar luka
untuk kemudian menyudut mendiami sejuk airmata

: aku berharap kepedihan serupa pelukan

hangat

mengajarkanku tak limbung
terhanyut arus beku

Sebuah impian kupikir berupa pintu penuh cahaya
disisi-sisinya terukir bingkai senyummu dan warna mata yang aku sukai

Aku pikir, impian serupa sampan kecil di padang lautan bintang yang mengarungi malam untuk membaca sajak-sajak bulan
kita begitu bahagia menjadi sepasang bintang paling terang yang jatuh di taman paling sunyi

kita pun sepakat untuk membuat puisi untuk esok dan pagi yang sama-sama kita cintai

kupikir impian adalah huruf-hurufku
bait syair syahdu prosaku

juga rahasia degup jantungku

Aku pikir impian tak lebih dari sebuah kepergian
kepada airmata jatuh melambat
di sunyinya pemakaman sederhana

kepergianku

-SAS-

Jumat, 22 Mei 2015

Secret

 Lautan Hangat Kuku

Perempuan itu sedikit ragu menyerahkan selembar poto

”Ia sangat cantik”

”Iya, matanya merebut matamu, juga senyumnya, bibirnya”

”Kau menangis?”

”Tidak. Bisa kita bicara hal lain?”

-sas-


JANGAN LAGI

Jangan, please...
aku tak ingin pelangi
Hujan...sekali lagi
ceritakan lagi...

beritahu aku apa arti kehilangankarena aku benar-benar HABIS


beritahu aku
apa arti kehilangan
karena aku benar-benar
habis

So tired


aku letih
kedua tangan ini tak lagi sekuat kemarin
kemarin kau tumbuh berbenih dan subur disini
direlungku
kini..
kau menjadi kemarau yang merangas

bahasamu tak lagi kupahami
perih
sepi atau kah senyunyi mimpi
matamu bukan lagi puisi
seperti gelombang angin yang sengaja mengacau

ahhh...
mungkin ini hanya musim hilang
dan aku kehilangan aroma tubuhmu
aku kehilangan luka itu
aku habis pada mata yang berair
simbah ...

Di..
bagi kembali isyarat itu

Me n' break


aku
perempuan
patah hati
seeksotik tarian kesedihan
yang menggoda

Lonely

sepi
kekalkanlah
tubuh-tubuh dingin menjalar
serupa rindu membayu

kau tak pernah lagi singgah
bersandar pada jendala kayu gubukku

semusim ini
kita menjadi sepi yang durja

You

sebatas angin
langit tabah
rumah sepi
kujatuhkan satu persatu bening
dari embun pertama ketika membuka mata

duniamu
adalah ribuan hal yang akhirnya 
tak mampu kumenangkan..

Minggu, 17 Mei 2015

KITA TAK PERNAH KESITU

aku pulang sayang,
aku membawa garis gerimis yang kau tinggalkan
mungkin kau telah melupakan
dan kita pernah mengukirnya diatas warna pelangi

sayang,
kereta terakhirmu tak pernah kujumpai
barisan gerbong menjadi besi tua yang berkarat sekarang
dan kau lihat jejak berdiriku disana tertimbun daun-daun kering

sayang,
kita menjadi dua terasing yang kehilangan angan
kemana rindumu,
dimana sedihku
ah...
semua menjadi berbata
seperti isak yang sudah habis terkikis hujan berkepanjangan

sayang, kita pulang
dipersinggahan masing-masing
jangan pandang stasiun itu
karena kita tak pernah kesitu.

MOVE ON


aku pernah berjanji
menyelipkan kata yang kuinginkan
ketika menatap bintang jatuh di langit malam
ketika kita mau move on sekarang
gimana?

pada hal kehilangan
mungkin aku lah yang lebih tragis
tapi aku percaya
selain aku
mereka punya kisah yang tak jauh lebih miris dari yang aku punya

hehahahhaa

day be day..
kita buat jatuh cinta adalah yang paling magis sekarang
sementara biarkan para lelaki berlalu dan berkata ..bye...

xixixix

Dear, bagaimana kabarmu?

Waktu tak lagi memiliki digdaya
kebisuan, hampa adalah pemilik jiwa kita
aku mencarimu dalam keheningan
aku berlari tumpah dari segala sepi yang menyetubuhiku

dear..
yang tertinggal mungkin hanya sepenggal diam
dari lirik yang tak bisa bersuara
sajak sajak terurai lepas tak berpunya
ucapanku hilang
seperti deru degup tak berkabar
"dear, bagaimana kabarmu?"
hilangkah senyum sabit malam rindumu?

kau masih membisu.

"Semoga kau baik baik saja"

bicarakan tentang sayap kita yang indah di punggung imaji
dari mulai tumbuh, menguat, kemudian menerbangkan daya kita
itu pelukan, itu kehangatan, itu adalah cinta
seperti kedua tatapanmu yang mampu merundukkan matahari

sering kita berbagi amarah
berbagi hal yang paling dibenci
berbagi cemburu
berbagi dusta
sampai kita berbagi pujian

masih,
aku berbicara tentang sayap itu
tentang harapan yang sebentar akan sia sia
tentang ketidakmampuanku memegang janji
tentang akhir kosong ruh dalam tulisanku ini

sekali lagi,
aku masih memperhatikanmu diam diam
bukan sebagai rindu yang cemburu
melainkan kerinduan gadis kecil bermain ditengah ladang ilalang.
kemarin hanya sepasang manusia yang ingin bertemu
dan sekarang kita dua bingkai yang saling berpesan

"semoga kau baik baik saja"
sepergiku dan sepeninggalmu

Selasa, 14 April 2015

BIG HUG



Bukankah kita berjanji
untuk bertemu,
tak sekedar bertegur,
mungkin berjabat tangan,
sedikit bergenggaman
lalu, saling peluk

erat
sedikit longgar
memeluk kuar
hangat

membiarkan rasa mengulum kuat
melepas rindu yang tertunda

...

aku menyerap aroma
setiap centi baumu...


*)....

Bukankah kita telah berjanji untuk jumpa kembali, di sini.

Untuk bertemu, bertegur, mungkin saling pegang tangan,
lalu menggenggam dan saling peluk.

Erat, hangat, kuat,
dan membiarkan rindu yang tertunda ikut terlumat.

Dan aku akan menyerap setiap baumu yang merebak,
setiap aromamu yang menyengat. - See more at: http://elfindataufik.blogspot.com/search?updated-max=2013-03-24T16:48:00%2B07:00&max-results=11&start=11&by-date=false#sthash.slutDMnm.dpuf

SAYA


Saya,
hanya perempuan yang duduk bergeming
di depan layar 17 inc
bertahan 8 jam duduk menatapnya
sebotol air mineral
musik dan senyum para teman

saya,
hanya perempuan ketika senja dengan waktu yang ditentukan
gigih menatap jam tangan yang hampir 2 tahun setia melingkar di pergelangan kanan
(seperti pacar mau nyebrang)

saya,
...
..
BUK!
"Ni, kerjaan jangan nglamun mulu!" kata teman
nyodorin amplop coklat.

PROSA KECIL

hmm...
aku bersama matahari disini
rasanya seperti 17 tahun yang lalu
warna pucatnya masih senada dengan kenangan yang bertanda tanya

romantis...
tiba-tiba aku ingin menulisnya
menyempatkan memainkan imajiku melukis paras
meskipun ini bukan perpustakaan
atau tempat landscape untuk menuangkan coretan

..
bukan Di,
bukan An,

aku hanya menikmati sisi indah
dari sisa matahari
aku hanya ingin mencoba menulis prosa kecil
ada buku tebalku
aku ingin hari ini menjadi sebuah analogi yang pas

"tring.."
suara lembut ponselku menyadarkan semuku

"senyummu"

Kamis, 02 April 2015

SURATKU, HUJAN


hujan yang baik,
seperti air mata lelakiku
aku menggali sedikit tentang matanya
...
menunggu, sederhanaku
menanti, jarakku

"sampai bertemu kembali, di lain waktu."

seperti hujan menghentikan percakapanku
percakapan aku dan lelakiku

ada yang berpendar diatas langit
warna putih terlalu pucat untuk kuutarakan
seperti surat cinta
atau seperti doa yang akan mengalir bersama gerimis itu itu'

"baik, temui aku lagi setelah hujan.."

lelakiku menengadah
mengatur kalimatnya

pada cinta dan segala titahnya
meski hujan masih sama
aku sepi yang serupa : dia

KAU : PENGAKUAN



kau hembus yang melebur
didekat senja
tumbuh bersejarah
helai, lembar, bahkan menjadi detik
adalah cerita

aku menyangga air mata untuk tak jatuh
aku memapah dan mengumandangkan syair untuk nya
teriak keras
dan bungkam

kau siap
dan aku satu-satunya luka yang indah
saat itu
bahkan menjadi pengingat
yang semakin melambung
melampaui putihnya awan
yang lebih indah dari bulan
lebih kekal dari bintang

kau : pengakuan
aku : tanpa malu mengakuinya

Selasa, 24 Maret 2015

KITA LIHAT SAJA NANTI!


Jujurku pada setengah lingkaran bulan
Sepi mungkin memecah jarak kesunyian
antara aku dan engkau
buntu otakku
inspirasiku berantakan

Jadimu, mempesona
menjebak kemudian membiarkan teriak

Jadimu, pengagum kosong
membuat takjub keangkuhan menara atau gunung tak tersinggahi

Yang ku katakan engkau menjadi sosok yang paling rasional
yang membuatku bertindak irasional

seperti merekam jutaan kerlip bintang
semesta memejam
membiarkan aku mengutuki kehadiran tiap malam

ah...kita lihat saja nanti

tik!

 
Baiklah, seperti memunguti kembali sisa jejak yang kau tinggalkan
aku akan membingkainnya menjadi kado kecil berpita merah muda

"Aku suka barisan kalimatnya, boleh kuminta?"
dan seperti menghapal kau tak menjawab
puisimu menjadi bait -bait bulan yang meninggalkan makna sunyi dan harapan.
 
...dalam mencintaimu
aku seluruh rahasia kecil

/kilometer dan jam dinding:

aku lupa seberapa banyak impian tak lagi dapat kukunyah, setelah ketukan sudut timur membuka jendela lalu tubuh bugil matahari menelanku
tik!
aku terlahir lagi dari suci rahimmu, waktu. Meski prematur
tapi mataku tetap kau puji sebagai kehadiran

/debu dan tumbuhnya pohon kaca:

betapa indahnya menjadi bibir-bibir berwarna
berbaris dengan kaki putih dan senyum nakal yang tak mampu kutuang kedalam liurku
”hai, lelaki asing!, sudah berapa kali hatimu mati tercabik sepi” mungkin itu jerit mereka didalam dada. oh, bahagianya melihatku melintas dengan senyum terjahit luka
aku tetap memacu mengejar bokong matahari yang semakin padat meninggi

/ruang pemukiman wajah pemuja beludru

mungkin aku butuh puluhan menit untuk berkhayal. Andai aku memiliki ruang sedingin ini, akan kukemas segala rindu. Kusisipi huruf-huruf mungil sejumlah langkah masalalu
kau cukup mengeringkan rambut basahmu dengan handuk berwarna merah jambu
aku kembali menjebak hasratku

/pecah:

sudah. Sudah kupecahkan semua isi pikiranku baru saja di aspal hitam, didekat jembatan penyeberangan halte kota puisi. Dan tak lupa semangkuk bubur ayam telah membuka dompetku dengan paksa

ah, aku tumbuh lagi menjadi kekasihmu
tak berganti
tak terganti
seperti bisikanmu, ”jaga kesehatan, aku sayang kamu”
-sas-

SURAT TANPA PENGIRIM part 1


Setengah dari keinginanku hanya sederhana, seperti ribuan sajak yang pernah kutulis.
Seperti pertanyaan yang kerap kutanyakan padaku sendiri, pada nurani....

Aku membutuhkan keberanian, sedikit saja...hanya sedikit
untuk mengungkapkan, untuk sekedaar berkata bukan tulisan 
karena JELAS kau akan begitu sulit untuk memahaminya.

"AKU ingin pergi!" jelas sudah kalimat itu
tapi, aneh....kalimat sederhana itu begitu sulit untuk kau pahami

Apa kau ingat, suatu percakapan lirih yang pernah kita gelar malam itu,
yang terlihat AKU TAMPAK EGOIS, atau AKU PENDOSA yang hanya memikirkan diri sendiri.

YA...aku AKULAH PEREMPUAN EGOIS itu....
tanpa perlawanan, kubungkus serpihan luka yang kutelan sendiri
AKU KALAH atau AKU PASRAH
terserah, 


Jika saja kau bisa menyelami semua
ada sepenggal perasaan ikhlas yang ingin berkata
...
"LEPASKAN SEMUA.."
hanya itu
 ...

 

KATANYA AKU PEREMPUAN HUJAN


Ya,
pria yang datang dari rahasia kabut sore
dan mendung

mata murung
mata itu
ah...butuh kemampuan ekstra jenius untuk mengurai sel makna tatapannya

"Kau ingat hujan?"
Nggak
"Kulihat kau sering menari bersamanya?"
Nggak
"Tapi kau perempuan itu kan? perempuan hujan?"
aku mengangkat alisku

Pria bermata Siwa
yang tak pernah istirahat

"Memang kamu?"
Bukan
"Ya, kamu?"
Apaan sich

Aduh, hujan
Dan aku berlari memulai tarianku.

Minggu, 22 Maret 2015

Di dan Nay


"Byee...." teriaknya melambaikan tangan, sampai tubuhnya menghilang
...

Musim mengarak tubuhku, lebur menjadi sisa hujan yang tak bernama.
dari keluguan menjadi selembut awan.
Ya, Aku yang kau panggil Nay.


"Bacalah,..." Ria sahabatku meminta

Tentang sepi itu, Nay
sepi yang menidurkan mataku
sepi yang mengajarkan banyak hal. Entah kejauhan, entah tak berjarak
aku kerap menemukanmu; pada segala ingatan, luka pun canda

kabari aku
secepat apa bayangmu tiba
menyentuh pejam, meski dalam harap terjauhku


"Aku suka barisan kata-katanya," ucapnya kembali

Kedua mataku salju,
tiba-tiba khalayanku menjelma kunang kunang
seperti menari dalam gelap
menjadi taman, menjadi kembang

"Nay..." ria menyadarkanku
...

Burung bernyanyi, isyarat pagi memanggil
"Bangun sayang, bangun dari rumah mimpi hari ini.." suara itu kembali membangunkanku
suara bariton itu terdengar kembali.
"Aku ingin menemuimu.." bisikku pelan
kubaca kembali sisa senyummu 5 tahun yang lalu
Aku beranjak. Selembar kertas yang sedikit buram kuambil dari kotak sudut almari
Ini, puisi pagi yang pernah ditulisnya
...
Begitulah penaku dalam kertas
lembut terjatuh dari mata sepimu
Dari punggung bulan, malam menipis digaris letih. Memahat gurat lenganku

buka pelupukmu, kasih
ini pagimu
peluklah...
lirihmu membuka matahari

Ah...aku mendesis.
Aku tak bisa menyebutmu.

...

masihkah kita saling berkejaran di satu alam?
masihkah kita menjadi sepasang pemaksa yang mengunci malam menjadi altar sesembahan..
kupaksakan lagi kata-kataku
sudah beberapa tahun ini, kubiarkan jemariku jauh dari kertas
kubiarkan mataku tak menatap langit
kusembunyikan tubuhku dari hujan

percakapan itu, serupa bilah
tajam
kita menyepakati apa di katakan takdir
kita mengiyakan nama perpisahan
senja itu, dimana jiwa tak lagi bisa kuingkari
aku menangkap bayangan cinta menjadi abu
ya...

dan kini, sekali lagi
suara bariton itu memanggilku
seperti menyebut namaku

dan sekali lagi puisi itu menari lagi
seperti senandung yang siap menjadi tetabuhnya

...

"Nay, nay....."teriak Ria lihat ini
sebuah artikel ditunjukkannya

Tentang sepi itu, Nay
sepi yang menidurkan mataku
sepi yang mengajarkan banyak hal. Entah kejauhan, entah tak berjarak
aku kerap menemukanmu; pada segala ingatan, luka pun canda

kabari aku
secepat apa bayangmu tiba
menyentuh pejam, meski dalam harap terjauhku
"Kau ingat Nay, ..." kata Ria setengah berbisik ditelingaku
Aku mengangguk...
"Dan kau baca baris terakhir.." bisiknya lagi
...
...

Perempuanku "Di"


Tercekat, bibirku beku
Aku benar-benar menjadi perempuan bisu hari ini

Malam ini, diantara dua jendela dan bulan
diantara kertas dan pena, aku menulis puisi.

Jarak...
Apakah tuanku sudah kembali
dimana dia
seperti mantra
nafasnya kucium dari sudut semesta

Jarak...
akupernah menitipkan rindu pada angin laut
sudahkah kau kabarkan?
lalu, kemana?

Aku pernah dipertemukan
kemudian dipisahkan fajar, kau ingat
aku balita mungil yang manja
yang takut gelap, meratapi sepi
aku hanya bayi sungai yang tenang

Jarak...
apakah kau mempermainkan ku..
apakah kita tak bisa lebih sejati dari sekedar haus

Jawab!
ketika cukup lama aku menghitungmu, menikmati tiap detik adamu dan menyiapkan ketiadaanmu

Jarak...

...

Sengaja, aku menikmati senja sendirian
Barisan burung gereja berjajar rapi
"Baiklah aku ingin menikmati senja dan menunggu kepakan sayap terakhir untuk pulang." kataku sendiri
kemudian  aku diam,
dan langit tak merekam keberadaanku sekarang
kupejamkan kedua mataku, "Aku rinduu..."bisikku lirih

Bintang Jatuh

pernah dengar mitos bintang jatuh, Nay
bintang mahligai cahaya yang menaruh satu mimpi di bumi. Tentang tumbuhnya sebuah harapan yang dikawal hangat sunyi

aku pernah menaruh kata disana, lebih mistis dari syair, lebih sederhana dari doa, lebih cepat dari degup dada
aku merangkai bukan sekedar dari matamu
bukan sebab tangguhnya kesepian yang tak mampu kutaklukan, lalu mengikatku dibawah lorong bulan

aku hanya menatap sebuah hening, dengan sayap-sayapnya bercahaya. 
Menutup semua isi benakku

bisuku bicara
rapuhku bicara
bayang-bayangku pun bicara
hanya lidah yang diam, tak menyimpan kata

Pernah dengar mitos bintang jatuh, Nay
itu jantungku

saling berderit
ketika diletakkan pada musim yang sama
yaitu kata-kata



"Nay.." suara bariton itu terdengar lagi
tanpa membuka mata, kubiarkan percakapan imaji itu

"Di..." akhirnya aku menyebut namamu...



(buat Suma Aji, maaf petika puisimu kuambil lagi, untuk yang kesekian kalinya...terima kasih)

Rabu, 11 Maret 2015

Dear..

Dear hati...
aku kehilangan puisiku,
dari kemarin sepucuk surat hujan tak juga datang,
bahkan saat langit bersimbah gelap
masih kehilangan

"kemana puisiku..., dimana dia..." rontaku

dear hati...
kepada diam yang tak lekang
aku sebuah tulisan yang tak rapi
aku bukan surat
aku hanya sebuah pelukan yang kosong
aku mungkin hanya sedetak jantung namamu
atau aku hanya sebuah ciuman yang tertinggal bias di ujung biburmu

"kemana puisiku....,"
apakah kamu berjeda sekarang

huffftt...
adalah kamu, ada di diariku.

Ini yang paling kucintai

Berhubungan dengan coretan,
otak atik,
desain...
hal inilah yang bikin aku betah dengan dia
duduk menikmati radiasinya
sampai kacamata setebal bibir sumur ...
hehehe.....

Selasa, 10 Maret 2015

Siapa Di....?!!

Nama koma, yang lahir dari imajiku

Semestinya Bukan!

Ketika nanti aku mendapati setengah dari hatimu rapuh
Atas nama ketidak percayaan
Kita saling melambaikan kedua tangan
Melepas genggaman

"Semestinya bukan..." bisikku lirih

Ada yang mengapung dalam matamu
Seperti luka
Riaknya terlalu kecil untuk membuatku sadar, bahwa rindu mulai pudar

Dingin,
nafas kita enggan menyelamatkan sepi

"Semestinya bukan.." bisikku kembali

Lihat, diari mataku menuliskan luka
memaksa bibir untuk kau lumat dari tiap kata
kau fasih meluluhlantakkan pengakhiran
"Semestinya bukan..!!"

Sedang aku,
terlalu kalut dengan air mata
mencari jalan lengang, untuk memeluk takdir
mencari isi puisiku di ruas jemarimu
hingga lupa menghapal cara untuk tabah

"Di..!" panggilku lirih
Dijemarimu masih tertinggal tulisan yang tak pernah selesai
seperti aku membiarkan hatimu lumpuh, gontai sendirian.

"Temui aku di dermaga, tempat dimana layar mimpi kita tersimpan
lalu biarkan pilahan cahaya jingga menyala di retina matamu, untuk satu pertemuan kembali"
"Bukankah senja memang milik kita, Di?"