Rabu, 10 April 2013

"Yach, cinta kita adalah dikemudian hari"

suatu hari yang kuberi nama ketika. aku pernah sekali mengeja keharuman yang dituai hujan. lumerkan tanah dan padatkan bebatuan.
saat ketika kita sama-sama tenggelam pada satu ingatan, pada satu mimpi yang belum tercapai.
penyatuan. kita berdua pasrah pada semesta, pada sebuah garis horinsontal pemikiran,
tentang yang sejujurnya dan seharusnya, menjadikan yang akan terus kita ingat menjadi awal kerinduan.

aku terlalu mencintai, engkau pun juga mencintai
sejenak kita melupakan batas-batas persembunyian, melesapkan wewangian hasrat pada sekuntum kemuning, hanya semata agar menjelma menjadi helai helai rapi tulang dedaunan, dan menguntum menjadi buah dalam putik kelopak bunga.
aku dipaksa keheningan untuk diam memahami kita,
dan akhirnya kekallah cinta kita dalam separoh perjalanan terlalui.

masih ingatkah engkau saat engkau mengatakan :

"tenanglah tenangkanlah, hening ku ada dalam pelukanmu
dan heningmu membawa kedalam keabadian hati.

masih ingatkah engkau saat itu aku mengatakan :

"selalu saja kegelisahan itu makna dalam dalam tiap malamku
dan tak satupun kalimat kerinduan kujadikan lantunan puisi diam"

dan engkau...bisa membacanya akupun demikian.

"Yach, cinta kita adalah dikemudian hari"

Aku Yang Masih Kau Berinama "malam".

engkau jeda yang membatu di teriakan mayaku
maaf aku tak bisa menyelamatkanmu
mimpi-mimpiku membadai
dan kaki tanganku lumpuh pada keberadaanmu

aku pernah menggenggammu
menyematkanmu di sela telingaku
seperti kuncup melati yang tumbuh

berdua kita membaca cahaya, membuka kembali risalah risalah
tentang keabadian cinta, kita pernah berjanji menjunjung setia
menjadi kerajaan nurani.

achh...

seperti itulah kita saat itu,
merentang dengan tangan bergengaman, berlari berdua tak meletih
ketika tiba di ambang batas. kita berhenti, tepat di sudut ruang
tak berlentera.
kau tak lagi menebarkan hujan, dan aku masih sendirian menjadi senja tak bermega
dan kemudian aku, menjadi malam

ketika kesadaranku pulih, aku sang malam itu, diharuskan mengenang
dalam ketiadaan, pada takdir yang tak bisa dibantah...

achh...
bulan seribu bulan, malam ini aku masih menjadi malam
tanpa sedikitpun jatuhnya bintang.
senyumnya akan kuhibahkan pada lembar-lembar kerinduan
yang kutintakan dalam kertas seputih kenangan...
dan ini pintaku yang masih kusimpuhkan...

jangan lupakan, jangan pernah lupakan risalah tentang cahaya
cinta seterang cahaya purnama pada malam.
dan aku yang masih kau berinama "malam".
di keharuman permaisuri

Anak-anakku adalah Edelwaisku

dan kelak saat langit mulai tinggi,
membumbung di puncak nirwana
jangan pernah lelah untuk menginjak bumi
tempat dimana kamu pern
jangan lupakan sebuah taman dengan satu pohon rindang
kita pernah duduk bersendagurau di sana.

kau tau, anak-anakku
kalian adalah kutipan tuhan yang diciptakan
dari rangkuman bacaan aku dan dia
dan timbangan warna yang pas untuk di goreskan kelak
pastinya dalam kanvas suci dan putih itu hatimu

kau tau juga anak-anakku
kau adalah edelwais dipuncakku

begitulah, aku mengumpamakan dan menyanjungmu.
ah berjalan menjejakkan kaki.

Untukmu Malaikat Yang Bersanding Denganku

untuk mu malaikat yang bersanding denganku
pegang aku..
aku akan berada di sebuah alam kosong
yang akan kuberi benih dari bunga sedap malam.
akan kubangun istana dan kuciptakan kerajaan
kebahagiaan, aku ratu dan dua pangeran permaisurinya

kepadamu ruh suci yang tertatih mencariku
akan tetap kekal segala rasa, maka dengarkanlah..
ini masih sama bicara tentang sebuah cinta..
cinta adalah kekuatan yang berdiri diantara kelemahan
kepedihan. jika cinta meninggalkan nafas dari yang kau hirup
kekalkan..kekallah dalam tahta keagungannya.

kepadamu air mata...maafkan
bersama ribuan rasi gemintang,
aku memandang rentang jalan tanpa jubah lusuh yang kukenakan.
biarkan semua kembali pada yang keabadian.

Rindu Adalah Do'a


rindu adalah kesunyian yang bermuara dari hela nafas  dan entah tergugu dari masa,
yang tak bisa dikatakan hanya bersembunyi dari dalam syaraf-syaraf ingatan
rindu itu sebuah kepulangan kebenaran dari kepercayaan hati dan jatuh
menjadi bening air mata

rindu adalah do'a

Takdir memburu kita, dan dia tak Cemburu

seperti mimpi, aku telah kehilangan satu sisi
dari bentuk pemahaman arti sebuah pengorbanan
yang menyentuh dinding tempat kalbuku berlabuh
kau kembali seperti menghafalkan aksara yang sama
berulang-dan berulang, bukan pinta dan bukan tanya
hanya kalimat-kalimat yang sama dari ego yang sama pula.

dan ketika punggung kita saling beradu, 
kemudian hilang tanpa berhadapan
kau mengucap...,
"cinta berlarian mengejar kita pada arah yang berbeda"
aku pun menjawab...,
maaf aku hanya tak mengerti tentang perjumpaan
jika akhirnya ia hanya menitipkan luka yang terendam
lalu melarut diperedaran perasaan, dan yakinlah ketidak mungkinan kita akan
berwujud pada satu bahasa yaitu keihlasan"

takdir memburu kita, dan dia tak cemburu

Kita Berdua Tak beda

aku mengutip lembar catatan yang semakin lama semakin menguning
rintik luruh tiba-tiba jatuh darilangit yang tak membiru
alirkan jejak pupus yang terbungkus makna sampai membuyar hilang nalar

setatap mata aku tak sengaja tersampaikan
kita berdua sama-sama mengeja dari barisan-barisan aksara
sampai dua bintang berwarna hilang bergumul menjadi satu dirangkai rasi gemintang
dan senyap memecah kesunyian, hasrat ku kosong

ia meminta hak dan tempat keberadaannya
dimana aku? kataku tabu
tak semestinyalah kuerotiskan kalimatku

achh..
dan meneteslah,
"kita berdua tak beda, seperti jiwa musyafir dari
perjalanan kosong dan hampa"

entahlah...

Sebagian Dari Aku Adalah Lonceng

sebagian dari aku adalah lonceng
yang siap berdenging jika gentanya tersentuh
sebagian dari kamu adalah talinya
kita adalah ikatan dari lonceng
disebuah kuil bertahta
yaa...
irama kesepian..., yang berdengung
menggema seperti tanda baca dalam sebuah syair
alurnya mendebarkan jiwa.

dengarkan bunyinya, resapi setiap dengungnya.
hati. ya...hati seperti gelisah yang merapat di punggung waktu
di ruang sempit membahana
kejujuranku berkata aku lah keinginannya

suatu masa tersisa, mengawang diawan-awan
bermimpi  tentang perbunyian gema itu harapan dan janjinya

pertautan antara genta berlonceng dan temali diujungnya
benarkah itu aku?
kita adalah gemanya...

cukup, cukuplah, itu tentang kasih
untuk yang menikmatinya

Ada Yang Datang Dan Pergi


ada yang datang dan ada yang pergi
seperti dua musim yang selalu silih berganti
seperti pemisahan antara kedatangan dan kepulangan

apa rasanya menjadi hujan?
tak lebih perempuan berparas ini
dia menyatu dengan gerimis di musim dingin
memintal setiap imaji pada rentetan melankolia
sebuah : keinginan

ada tetes pertetes yang kian membasah
mengerang pada sajak-sajak tak bernama
pada sebuah senandung tak berirama
dan kemudian di terbangkan di sebuah dunia
yang tak bergandeng dengannya.
dia yang hanya bisa menyatu dengan beku jemari di ujung kuku
pada risalah matahari
dan kemudian nanar menghilang saat senja mulai menua

dan jika kesaksian membacaku menjadi hujan, maka aku adalah genggaman tangan yang mengecup kebersamaan,
mengecup relung sukma di bulan Juni.
Selengkap senyap tak terjawab,hingga nurani pergi mengundurkan diri
menata kembali pada sapaan fajar yang menghantar pelangi.

itu sebab kenapa hujan syarat dengan
: kerinduan