engkau jeda yang membatu di teriakan mayaku
maaf aku tak bisa menyelamatkanmu
mimpi-mimpiku membadai
dan kaki tanganku lumpuh pada keberadaanmu
aku pernah menggenggammu
menyematkanmu di sela telingaku
seperti kuncup melati yang tumbuh
berdua kita membaca cahaya, membuka kembali risalah risalah
tentang keabadian cinta, kita pernah berjanji menjunjung setia
menjadi kerajaan nurani.
achh...
seperti itulah kita saat itu,
merentang dengan tangan bergengaman, berlari berdua tak meletih
ketika tiba di ambang batas. kita berhenti, tepat di sudut ruang
tak berlentera.
kau tak lagi menebarkan hujan, dan aku masih sendirian menjadi senja tak bermega
dan kemudian aku, menjadi malam
ketika kesadaranku pulih, aku sang malam itu, diharuskan mengenang
dalam ketiadaan, pada takdir yang tak bisa dibantah...
achh...
bulan seribu bulan, malam ini aku masih menjadi malam
tanpa sedikitpun jatuhnya bintang.
senyumnya akan kuhibahkan pada lembar-lembar kerinduan
yang kutintakan dalam kertas seputih kenangan...
dan ini pintaku yang masih kusimpuhkan...
jangan lupakan, jangan pernah lupakan risalah tentang cahaya
cinta seterang cahaya purnama pada malam.
dan aku yang masih kau berinama "malam".
maaf aku tak bisa menyelamatkanmu
mimpi-mimpiku membadai
dan kaki tanganku lumpuh pada keberadaanmu
aku pernah menggenggammu
menyematkanmu di sela telingaku
seperti kuncup melati yang tumbuh
berdua kita membaca cahaya, membuka kembali risalah risalah
tentang keabadian cinta, kita pernah berjanji menjunjung setia
menjadi kerajaan nurani.
achh...
seperti itulah kita saat itu,
merentang dengan tangan bergengaman, berlari berdua tak meletih
ketika tiba di ambang batas. kita berhenti, tepat di sudut ruang
tak berlentera.
kau tak lagi menebarkan hujan, dan aku masih sendirian menjadi senja tak bermega
dan kemudian aku, menjadi malam
ketika kesadaranku pulih, aku sang malam itu, diharuskan mengenang
dalam ketiadaan, pada takdir yang tak bisa dibantah...
achh...
bulan seribu bulan, malam ini aku masih menjadi malam
tanpa sedikitpun jatuhnya bintang.
senyumnya akan kuhibahkan pada lembar-lembar kerinduan
yang kutintakan dalam kertas seputih kenangan...
dan ini pintaku yang masih kusimpuhkan...
jangan lupakan, jangan pernah lupakan risalah tentang cahaya
cinta seterang cahaya purnama pada malam.
dan aku yang masih kau berinama "malam".
di keharuman permaisuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar