Kamis, 29 Maret 2012

di sisimu









Dimana aku berpijak,
menjejakkan jengkal kaki yang terlambat berdiri
mendapatimu...
menghadang kedua mata, melirik sedikit hati yang 
tertunda...

aku tau...nantiku di singgasana senja sia-sia
hanya memandang hamparan biru fatamorgana
yang semakin lama awan putih membuyarkan semua

ohh...
tau kah engkau apa yang terjadi
harapku pada sebuah mimpi...
untuk mendapatkan mu..tepat disisi

Rabu, 28 Maret 2012

do'a yang belum terbaca


Dari pagi hingga senja,
mungkin saja kita tak sampai disini
di mana tempat pijakan kaki sementara
entahlah...
arah mata angin mana yang menggiring langkah ini
aku...
tak sempat memikirkaan kenapa
yang jelas aku ada disini
berkutat pada jadwal, dan susunan kata
yang kutulis diam dalam diam di setiap lembaran
ku tulis berulang-ulang
dan...mengendap menjadi sebuah do'a yang
mungkin belum sempat terbaca...

kala denganmu

bila kau tatap sinar mentari di pagi hari,
rasakan hangat yang mengalir merambat pelan 
melalui aorta nadi...
seperti itulah aliran rasa itu.

bila kau sentuh embun pagi yang menempel
diujung daun, dingin menyejukan merasuk
kala kakunya jiwa yang melantun...
seperti itulah sejuknya rasa itu.

bila kau lihat ribuan bintang berkilau
di hamparan langit hitam, seperti manik keemasan
pancarkan sinar memberi keindahan...
seperti itulah gambaran rasa itu.

percaya..harapan tulus kutemukan
di sejuta keabadian dan kedamaian...
kala denganmu.

Selasa, 27 Maret 2012

s.e.s.a.l.

saat semua hilang...
betapa aku menyadari
begitu berartinya
senyum
tawa
rasa
asa
cinta
dan sekecil perhatian

saat semua tercabut dari tempatnya...
betapa aku sadar, tak ada yang abadi
bahwa tak ada yang lebih indah
pelukan hangat
ciuman kening
belai manja kehangatan

saat semua datang 
hanya menjadi berkas ingatan
melupakan, 
ungkapan cinta yang mestinya terkatakan

saat rindu ...
terucap dari bibir
mengatakan yang seharusnya kukatakan 
sesering aku berkata
aku mencintaimu..
sebelum benar-benar kehilangan...

maaf...saat terdiam

saat semua menjadi diam
maaf...
aku hanya bicara lewat yang terasa
bicara tentang sebenarnya asa

saat semua menjadi diam
maaf...
jika rasa dan asa tak sampai
pada jiwa sebenarnya

dan 

saat semua menjadi diam
maaf...
tanpa balasan rasa dan asa
masih tersimpan

saat semua menjadi diam
maaf...


akhirul kata "wassalam"

mencari jawaban..pada umpat


disaat benar2 merasa menggila, 
siapa yang mendengar murka?
kamu, dia, ataukah dirinya...
pada Engkaukah ya 'robb'..
sebab Engkau tak kabulkan pinta. 
Saat raga meminta agar
engkau menjaga hati, fikiran dari selain engkau..
tapi,..mengapa hingga sampai detik ini, 
di setiap ruang dan waktu
masih mengingatnya....

atau...pada ku sendiri?? 
sebab aku masih membiarkannya, masuk dan tumbuh
dalam hidupku, memenuhi setiap lembar diariku, 
tiap tapak langkahku
dan tiap desah hembus nafas, ...??

atau...harus murka padanya? memakinya? mengumpatnya? membencinya?
sebab dia berhasil meluluh lantakkan jiwa dan fikir..

ya robb...
tak baik jiwa berontak, mengumpat, 
ya robb...
dalam doa jiwa memohon, sadarkan dan bangunkan dari mimpi...
saat ini
karena sejujurnya tak mampu dusta pada nurani

Senin, 26 Maret 2012

ku redam bisik rindu
untuk yang tertuju
dan...
padaNya pasrahan perasaan
biarkanlah DIA yang menyampaikan
pesan rindu,
tetap abadi disisinya
meski jauh pandang selaksa

ahh....

ah...
andai cerita bisa kulanjutkan
tak cukup rindang 
dedaunan meneduhkan kisahku

ah...
sampai bertemu kembali...

Selasa, 20 Maret 2012

nyatanya.....

mengayun kembali langkah kaki
yang sekejap berhenti berpijak
dan entah...
sesak menghimpit musnah
seiring cerita sesungguhnya
tentang kisah yang tersembunyi di baliknya

terima kasih tak terhingga
untuk semua sahabat yang merasa
menyungging senyum di antara hati dan
aksara...
ada jiwa dan hati baik dalam setiap
tutur sapa

merindukan..sangat merindu
nanti, saat semua harus berhadapan 
pada elegi nyata
pada suara yang tak mampu berteriak lantang

tak kan pergi 
meski akan tergantinya musim
dan pengakhiran mata 
yang tertutup jua

Minggu, 18 Maret 2012

in dark . . .

malam...
mencoba mengukirnya
mengukir nama di atas sebuah nama

malam...
mencoba mencari bintang
di celah yang tertinggal

malam...
mencoba mengetuknya
dimana letak keindahannya

dan...

malam...
luluh pada jiwa yang lama terpendam,
lusuh pada dorongan kuat yang
tak pernah berhenti menggoda

malam jua...
jatuh,
lemah,
terdiam,
pada redam yang mengatasnamakan cinta suci
dan rindu asli.
ada rasa yang enggan pudar
meski malam telah samar

ada rasa yang tak mau kabur
meski menjadi bayangan lamur

ada rasa yang sulit beranjak
meski kaki telah jauh menapak

ada rasa yang masih memilih diam
di tempat terasing dalam persembunyian

dan ...

ada rasa yang mengikuti dengan setia
pada sebuah perasaan...

jika rasa itu adalah  
cinta dan bersalah
itu benar...

h i l a n g


yang telah dibuatnya menghilang...
dari sebuah kesalahan imajinasi
dan mimpi...

MAAF AKU MENEMUKAN CATATANMU ..IBU

Wanita terlihat panik, wajah lugunya tak bisa mnyembunyikan kepanikannya. Saat dia sibuk mencari sesuatu didalam tas yang bergelayut manja di bahunya.  Air susunya telah cepat meluber membasahi sebagian baju depannya. Meninggalkan bekas, kentara. Sudah 3 jam dalam perjalanannya dia berdiri, bis kota yang membawanya pergi, tak menyisakan tempat duduk. Sekedar untuk sebentar meletakkan pantatnya. Dia hanya mengharap belas iba dari seseoranng yang punya hati, melihat keadaannya. Wanita itu Astini, bukan karena suka, dia terpaksa meninggalkan  desa kecil tempat ke tiga anaknya sekarang, bahkan dia harus terpaksa meninggalkan putri ke3 nya yang masih merah, berusia 1 minggu dan merelakan air susunya habis sia-sia ...dalam hatinya hanya ada 1 keinginannya. “Aku harus mencarimu, bukan karena aku, tapi tanggung jawabmu untuk ketiga anakmu.” Itu keinginan besar saat ini. Dan tujuan pertama adalah Ibu kota, karena kabar terakhir yang dia dengar Suaminya bertugas di sana.

Tempat ini sangat aasing. Apa yang harus dilakukannya lagi, kemanakah kaki ini harus melangkah. Sedang yang ia tahu hanya secarik kertas bertuliskan alamat tempat suaminya bertugas. Itupun benar apa tidak, dia sendiri tak tau. Apalagi ditempat ramai seperti ini. Ketakutanya semakin terlihat saat seseorang dengan tubuh sangar mencoba menarik tas yang di bawanya. Kenapa orang-orang disini?? Apa mereka benar-benar buta, mereka mendiamkan Astini dengan preman itu tarik-tarikan. Benar-benar tak punya hati. Dan akhirnya Kekuatan sipreman itu lebih besar, dia menghempas tubuh Astini di sudut kamar mandi umum. Apa daya yang bisa ia lalukan. Dengan  membersikan  rok panjangnya yang kotor. Sedangkan  baju atasnya telah sangat kotor, air susu yang merembes membasahi bajunya menimbulkan arom amis.  Dia terhuyung mencoba untuk berdiri. Tak diperdulikan orang-orang mulai dengan tatapan aneh memandang Astini.  Kakinya terhenti disebuah pos polisi. Dia mencoba melaporkan kejadian yang menimpanya, baru saja. Dia tak menemukan jawaban apa-apa dari polisi itu, mereka hanya menyuruhnya duduk disebuah bangku panjang. Diam sendirian, tanpa melakukan apa-apa. Sedang perutnya sudah memberikan bunyi-bunyi untuk diisi. Wanita itu memegangi perutnya, mencoba menenangkan, menghibur dirinya agar bisa menahan rasa lapar, untuk sementara. Kerongkongannya pun mulai kering. Masih terdiam dibangku panjang , dia tertidur. Yach...itu lebih baik, dari pada ia mendengarkan bunyi-bunyi an dari perutnya, lebih baik ia tertidur untuk beberapa saat.

“Bu!!!” suara panggilan dan tepukan di bahunya membangunkan tidur Astini.  Dia membuka mata, dan merapikan rambut panjangnya yang berantakan. Sesosok tubuh tergap telah berdiri di depannya. Dengan menyodorkan sebotol minuman dingin. Lelaki itu menanyakan apa yang terjadi dan tujuan datang ke kantor ini. Astini dengan jujur mengatakan semua, sampai dia di jambret sampai dengan keterpaksaan dia meninggalkan 2 anaknya, dan rela meninggal kan bayinya  yang masih merah untuk mencari suaminya. Ternyata bernar doa dari langkah pertama saat dia turun di bis kota tadi. Semoga ada orang baik, yang melihatnya. Dan Lelaki itu menawarkan tempat tinggal, dan sebuah pekerjaan. (jangan berfikir dia terlalu gampang percaya sama orang). Astini sekarang tinggal disebuah bilik kecil di kantor polisi, dan dia menerima pekerjaan untuk menjadi seorang pembantu di kantor itu. Itupun dia syukuri, karena ternyata masih ada tempat untuknya.

Astini tak melupakan tujuan pertama dia datang ke sini, wanita itu tak henti2 berjalan saat istirahat tiba, saat semua pekerjaan beres. Bulan kebulan, dia mendapatkan tempat yang lebih layak, juga pekerjaan yang masih sama, seorang pembantu, tapi ini di rumah. Dirumah lelaki yang menolongnya. Dia harus merawat 3 anak kecil. Tak kerap kali, dia meneteskan airmata, saat harus memandikan anak2 kecil. Ingatannya melayang pada anak2nya. Disini aku memandikan anak mereka, sedangkan anakku? Haruskah aku anak2ku menerima kenyataan ini. Benar2 pahit..
.
Hampir 1 tahun tak terasa ia meninggalkan desa tempat 3 anaknya tinggal.  Astini  masih belum menemukan dimana suaminya bertugas. Dia memutuskan untuk kembali ke desanya untuk  mengambil Ragil, bayi kecilnya. Betapa dia merindukan bayi kecilnya itu. Di dalam perjalanannya pulang, banyak yang harus dia ceritakan pada sang ibu. Astini kembali. Tak lepas pelukannya untuk ketiga anaknya. Anjar, Riyo dan Ragil. Bayi kecilnya yang dulu merah, sekarang menjadi sangat lucu. Ragil..tak henti2nya Astini menciumi bayi montoknya itu. Dan dian terdiam saat sang ibu menanyakan tentang Abdul, suaminya. Dan pertanyaan ibu akan dijawabnya setelah dia kembali lagi. Cukup sudah waktu seminggu untuk melepas kerinduannya kepada ibu dan 3 anaknya. Astini memutuskan untuk kembali ke ibu kota, dia mencoba mencari lagi dimana suaminya berada. Ragil dibawanya bersama.

Di ibu kota Astini bekerja menjadi seorang pembantu rumah tangga, menjadi pencuci piring di sebuah  rumah makan. Ragil dibawanya serta, dimanapun astini bekerja, Ragil diikut sertakan, seolah dia tak mau lepas dari bayi kecilnya. Kadang kelucuan Ragil membuat rasa lelah dan capeknya berkurang. Dia lebih bersemangat, saat melihat Ragil mulai melangkahkan kakinya untuk pertama kali.

Bulan 4 dilewatinya. Memudar sudah tujuan pertama ia datang ke tempat ini, mungkin karena kebahagiaannya setiap harinya, yang disuguhkan tiap hari oleh Ragil kecil. Gadis kecil itu telah merubah perasaan nya, kegundahan yang dirasakan, telah samar memudar. Dan yang dirasakan saat ini dia harus menghilangkan bebannya sementara waktu. Tuhanlah yang menentukan segalanya. Pada saat semua tampak mulai wajar, disaat dia mulai memasrahkan segalanya pada Tuhan. Sebuah kejutan  tak terbayangkan.  Pintu kamarnya diketuk malam itu. Lelaki tegap berpakaian Dinas berdiri tegap didipannya. Disampingnya berdiri 2 anak kecil, yang wajahnya dikenalinya. Dia Anjar dan Rio, anak pertama dan kedua Astini.  Tuhan..!!! Jantungnya berhenti berdetak, pria itu yang hampir 4 tahun dicarinya, penantian kesetiaannya sampai dia berada disini, harus meninggalkan semua. Hanya untuk pria ini, pria yang didepanku saat ini. Setelah dia mendekap kedua buah hatinya. Wanita itu memeluk pria itu, mengamati setiap lekuk wajahnya. Tak ada yang berbeda, hanya warna rambut yang mulai ada perubahan. Pelukan erat tak bisa dihindarkan. Kerinduannya benar2 dinantikan. Tangis kecil Ragil terdengar. Pria tegap itu melepas baret dikepalanya. Tak terasa air mata meleleh melihat bayi kecilnya yang mulai berjalan. Di gendongnya Ragil. Sepertinya Dia mencurahkan semua penyesalan yang dialaminya, tak henti2nya dia memeluk ke 3 anaknya bergantian.

...

“Ragilllll...!!!!” teriakannya mengagetkan aku. “Iya..bu!!!, sebentar!!!. Secepatnya  aku merapikannya dan mengembalikan kedalam kardus tempatnya aku menemukannya. Di sudut gudang yang tak terpakai aku menemukan, sebuah kotak kardus, berisikan diari milik Ibu, yach...itu milik ibuku. Ku tutup kembali gudang itu. Dan mencari sumber suara yang  memanggilku. Segera aku memeluknya dan menciumi seluruh wajah nya yang mulai keriput. “Aku mencintaimu bu, sangat mencintaimu..”.

Minggu, 11 Maret 2012

...I think about ...

kala wajah bersemu merah
dan ..
hati mulai bermekaran
seperti kuncup bunga melati
yang segar disiram air hujan

menikmati rindu yang melantun
menikmati senyum yang mengulum
juga jiwa yang menggelora

dan  hidup
menari diatas hamparan karpet emas
membumbung...tak terlihat
menikmati kilaunya...
sendiri.

saat ....
menikmati, menata hati,
menenangkan 
ada yang tersekat
sejenak terhenti
sesaat diam membenarkan

bungkam seketika,
disudut rentang waktu yang entah lama
atau hanya sekejap
atau lama menjadi hunian hati yang 
tak mampu terhenti

rundung lusuh saat mendengar
yang sederhana hanya mampu merasa
dengan tanpa bisa berkata

untuk yang tak bisa tersebut nama
goresan aksara perwakilan jiwa
tenang pada satu rasa yang tersimpan rapi
menjadi misteri sampai nafas kembali terhembus
untuk NYA.....

Rabu, 07 Maret 2012

w h y ... ? ?

kenapa saat kau meminta
tanpa memberi satu kata
rindu dan kata cinta

kenapa saat kau meminang
bukan yang didepan mata
bukan yang menjawabnya

kenapa saat permaisuri memutuskan
suara tak didengarkan,
seolah  menghilang

dan...

sekarang hanya yang memahaminya
memaknai dan menahan semua tanya
jawab tentang, "KENAPA?"
ketika tak satupun
mau berkata saat mata berkaca
menanti jawabnya
akulah...
yang menjadi bahan tanggungan
atas segala sebab dari hati
yang tak bisa berteriak
lantang...

Selasa, 06 Maret 2012

sembunyikan rindu


dan ilalang itu

menyamarkan 

dalam kebisuan

menyembunyikan 

dari perasaan sebenarnya


tentang rindu

dan rasa

tak terhentikan

seperti berada di ketinggian,
memaknainya...
pada harapan, pada sebuah perasaan
menjulang seolah menyentuh langit biru
pengharapan...
pada sebuah mimpi
nyatakah, atau hanya satu
gambaran kala mata terpejam
kala benar-benar hati dipermainkan
oleh dewi malam...

kumainkan saja, sendiri...
malam sunyi pada sebuah mimpi yang 
tak akan terjaga, kala mata
terbelalak manja
biarkan saja, rasa ini bersemayam
luruh di pengabdian jiwanya
sampai benar-benar
tak akan pernah berfikir
untuk menghentikannya

saat tak mampu menahan ego hati

pejamkan mata,
bungkam suara
biarkan seolah tak bernyawa
habiskan sisa nafas terakhirnya
berhenti nafas,
tak terbuka selamanya...

Tuhan, angkat dari dunia
jujur pada jiwa
tak mampu melihatnya bahagia

...

Dia telah dengannya
pilihan jiwa sebenarnya
janji yang ada, hanya bias senja
saatnya menghilang kala anggukan kepala

aku bukan pilihannya
bukan jiwa emasnya
bukan pembuat bahagia
bukan kekasihnya

Rusaknya sebelah jiwa
tentang romansa hati

Demi jiwa yang terlukan,
deminya...
sembuhkanlah sementara
dengan hanya berkata pada hati
katakan dengan suara menggelegar

"Kau bukan indah untukku,...
nanti...ada akhir bahagia tentang 
cinta sebenarnya"

saat dia ada


ruang kosong, hampa

bahkan pengab...

dan...

sosok ini didalamnya,

sementara

setelah itu

percuma

terbuang

dan tak terlihat kembali

kala ruang penghuni abadi 

datang kembali...

tak melihat nya

ragaku berdiri disudut

ruang yang mulai pengab

dengan nafasku sendiri

Senin, 05 Maret 2012

bicara tentang kisah


tentang kisah sebelum adanya asa itu,
langkah kaki gontai merapat menepi
disepanjang jalan yang terlalui
sekilas saja senyum tak terhadirkan
dari raut wajah ini...

sampai disebuah tempat yang tak terlihat
sapa lembut menghadirkan untuk mengawalinya
nurani tak mampu mendustai
hadirnya mempunya arti sendiri,
tentang segala yang menggugah hati

jajaran bintang di gelapnya malam
menjadi kebisuan...menjadi wajah rembulan
buai halusnya meluluhkan relung nurani
membawa getar halus disaat serpih
bintang mulai memancar...

tentang kisah sebelum adanya asa itu,
satu pinta padanya...
jangan pernah menghilang dari penghuni jiwa
tak bergeming meski putaran waktu bergerak cepat
tak akan meghilang 
meski angin kencang menghembus membawa riuhnya hujan
membasahi.

tentang ini...tentang kisah
yang ada kala ada satu asa
dan kisah ini tercipta...

Maafkan aku menduakan CINTAmu...

Suamiku...

Ampunkan dalam maafku...dalam pengakuanku. Saat ini hati dan perasaanku terbagi, memang salahku kenapa semua itu terjadi, mungkin takdir Tuhan harus terjadi. Dan sejak saat ada dia, hidupku lebih bermakna, hari-hari tenang penuh kedamaian..aku tak memungkirinya. 

Perasaanku tak mampu lepas begitu saja, dia yang mampu melepas gundah dan penatku. Saat genggaman tangannya erat, jemarinya lembut menyentuhku. Tatapan matanya memberikan teduh jiwaku. Dan saat tubuhnya memelukku erat, erat seolah tak mampu melepaskan...dekapannya benar-benar membuat aku gila,  sentuhannya dan kecupan bibirnya membuat aku tergoda...

Suamiku...

Aku mengakui padamu aku mendua, menduakan cinta mu...tak mampu menjaga perasaanmu...Berada dia antara  dua CINTA. Dan aku tak mampu apa yang harus aku lakukan....melepaskannya setelah semuanya ada..aku tak mampu, aku tak sanggup memberikan untukmu CINTA utuhku lagi untukmu...aku tak mampu melepaskan rasa ini, aku tak mau kehilangan CINTA ini.

Aku selalu menciuminya, saat dia berada disampingku, saat matanya terpejam dan tubuh pasrahnya. Hangat rasanya dalam dekapannya. Memeluk dan mendekapnya tanpa batas waktu..kupandangi  tak henti-hentinya memperhatikannya setiap lekuk tubuhnya, harapku semoga tak ada yang tersakiti..aku begitu memperhatikannya, dia telah menjadi obat lelahku, obat segala gundahku, dan ...obat segala resah dan risauku..

Suamiku,

Aku sangat mencintai IQBALku dan NAQILAku...karena mereka harapan hidupku.


Jumat, 02 Maret 2012

dia yang tak mampu ku sebutkan

menemukan bagian yang hilang
pada patahan rusuk yang melengkapkan
tanpa lelah dikumpulkannya serpihan hati
dan menyatu melembutkan kalbu ku

dia yang tak mampu ku sebutkan
yang tak ingin mengungkapkan

perih yang terjalani, menghilang
samar seiring sejak pertama sentuh lembut bibir
sadarkan jiwa adanya dia
selain dengan nya

aku, seperti mencintai sebuah misteri
yang menyelimuti hati,
menjadikan bongkahan rahasia hati

cahaya itu mengekorku
membawa terang membuka langitku 
kala mesra tatapan kudapat dari sepasang mata
masih....dengan berselimutkan rahasia

yang mencintainya,
untuk yang tak mampu kesebutkan
yang telah membantu mengembalikan serpihan patahan rusuk
dan telah menguatkan

nanti...koe

kutarik garis lurus menembus cakrawala biru
lurus....tak berkelok,
fantasi mengusik ketenangan, 
simphony membuai kediaman 
membuat lubang-lubang kecil 
membuat gencatan antara nurani dan jiwa

dahulu...
bentangan kain putih tanda kekalahan
telah membalut sebagian raga lemahku,
seperti terombang -ambing di lautan bebas
dihempas dan diseret kembal oleh ganasnya ombak laut
dan ..
kala raga compang-camping lusuh terdampar di sudut karang
sendirian, meski di sekeliling ada tangan dan jiwa menggenggam
kesendirian masih menjadi karibnya yang setia

pernah ...
kala kain merah dan berhias ribuan permata
indah....kilaunya menyakitkan mata, membuat picik pandangan
membalut utuh raga, 
saat tubuh terbalut utuh, 
binar indah terpancar, 
layaknya seorang bidadari penghuni surga 
yang turun kebumi,

kini...
naungan hati menemani, 
meski selintas pandang hilang, meski hanya bayang suram 
menempel di dinding kusam, naung hati sumber inspirasi,
memberi banyak arti di semua kata, memberi kemenangan pada
setiap perlombaan antara kerinduan dan kebencian
naung hati saat ini,
pengubah muram menjadi puluhan cerita 
naung ku kini,
peneman hati, penenang jiwa, bukan yang ada, namun yang 
tak terkata, tak tertangkap sepasang mata.

Kamis, 01 Maret 2012

IKRAR KU PADA CINTAMU PELANGI


bertahanlah...

demi masa lalu cinta

demi mimpi indah kita

tentang akhir yang bahagia


tersanjunglah

aku memilihmu cinta....

jalan ku hanya padamu 

cinta harus memiliki

sebisanya....

goresan lukisan di awan menggumpal 
hitam...kelam
sahaja ku pada gerat rasa yang tertunda
dibalik maya, diantara fatamorgana dan sebuah mimpi

tak bisa...begitu saja
enyah dari hadapan, sembunyi di bilik cinta..

yang mengetahui, rindu pada satu jiwa yang terisi
yang mengundang dan menghempaskan diri

menggoresnya, menyisakan sayatan kecil
yang menganga...perihnya tertahan oleh senyum
dan sapa yang mengembang...

tak kan lagi...
bisa menahan...

sebelah hati ...

Lama sudah aku merasa
Kau tak pernah menyimpan cinta
Pada diriku
Pedih hatiku ini

Selalu ku coba menutup mata
Berharap nanti kau beri hati
Namun ternyata tak jua sirna
Cintamu padanya tetap kau juga

Bertepuklah sebelah tangan
Cintaku ini pada dirimu
Sakitnya hati saat bersaksi
Melihatmu lagi bersamanya

Aku beranjak dari hidupmu
Dari masalah, dari belenggu
Telah kau sakiti, kau khianati
Semua mimpi, mimpi indahku

Aku menyerah untuk mencinta
Ajari aku melupakanmu
Kini kusadari di dalam sepi
Meski ku pedih cinta tak ada lagi

Cinta tak ada lagi, cinta tak ada lagi
Cinta tak ada lagi

Selalu ku coba menutup mata
Berharap nanti kau beri hati
Namun ternyata tak jua sirna
Cintamu padanya tetap kau juga

Aku beranjak dari hidupmu
Dari masalah, dari belenggu
Telah kau sakiti, kau khianati
Semua mimpi, mimpi indahku

Menatapmu di kejauhan cinta

Aku beranjak dari hidupmu
Dari masalah, dari belenggu
Telah kau sakiti, kau khianati
Semua mimpi, mimpi indahku

Cinta tak ada lagi

proof of love ....

apa itu pembuktian cinta
haruskah menyerahkan, memasrahkan
memberikan kemurnian jiwa utuh yang
tak semestinya

pernah terjerembab di dalam kobaran api membara
panas....membuat gerah
tak ayal keringat membasahi seluruh raga
bermandikan deru nafas yang tersengal

berlarian di sebuah ladang hijau
yang banyak ditumbuhi rumput lebat terawat...
berlarian disela jan yang tersisa
tersembunyi...

terengah...menahan lelah
nafas memburu...bercampur pilu yang mengulum sanubari

nyata...dan ada

pernah menyibak sebuah tirai putih
menjadikan bercak noda merah mengotorinya
mengembalikannya....yang ada masih menyimpan
tanpa bisa mengembalikannya menjadi putih
menjadi secemerlang awalnya.

jika dapat mengembalikannya..
tak ayal di sampai disini menulis 
dan menelanjangi.

senandung ini...menemani penantianku

dulu ku mencintaimu
terasa bahagia
namun kau hilang tanpa jejak
membuat bertanya
apa salah diriku
hapus memori itu
tak semudah dibayangkan
bagai hantu di siang malam
mendera batinku

bayang dirimu 
begitu rasuk kalbu

reff:
akal sehat ku berhenti 
kala menatap indah matamu
hingga melumpuhkan jiwa
kau mencuri perhatian dan sayangku
takkan lagi ku pungkiri semua

saat kucoba tegar
hadirmu kembali
ada dera di sekujur tubuh
lelah tuk berpikir
sakit ku melihatnya

bawa sejuta maaf
entah dari hati
letakkan janji sekali lagi
di atas segalanya

akankah ini
hanya pelarian tanpa ujung


aku memang cinta padamu




saat mendengarkan bait senandung ini, mengingatkan pada
harapan yang menggantung...entah dan entah.
selaksa aku, seditikpun tak bisa kembali menikmati raut itu,
jangankan bisa menatap untuk mampu bersenandung kembali, 
begitu menyulitkan aku...

"Aku menyukai apa pun yang di nyanyikan pelantun ini, bagaimana denganmu??" tanyamu siang itu.
"dengarlah setiap alunan nadanya, begitu membuat jiwa seperti terbang,
dengarlah semua lirik yang di tulisnya...indah bukan? jawabku ...dan aku
begitu menyukai semua pelantun ini.." lanjutku

Dan...itu lah kamu, setiap pertemuan...senandung senandung ini yang membuat
indah suasana, menjadi tak sunyi dan terlihat mati.

bertemu kembali...dan memilih menyimpannya dalam hati. Dalam ketaksadaran,
dia mengingatkan bahwa, apa yang kita miliki saat ini adalah yang abadi
untuk saat ini, bukan harapan...namun, entah kapan, atau suatu hari nanti
saat bertemumu kembali, senandung ini bisa kita nikmati kembali,
seperti saat ini...

dan...

aku dan kamu berdiri disebuah lorong panjang, sebuah pilihan yang harus
dilakukan dan sulit untuk di terima, dari punggung dan menatap punggung...
hilang menghilang...hingga kini, tak terlihat kembali, bahkan punggungnya
tak bisa terlihat...
hanya senandungnya menemani, menjadi kenang setiap nadanya...

akankah senandung ini, menjadi kembali terdengar dari dua pasang
terlinga kita..seperti ucapnya padaku, sebelum dia menghilang dari
pandanganku....

















tuanku yang bijaksana

kenapa...???

tak bisakah sekejap ragamu berhenti
di tempat ini.
bukan di persimpangan
sebagai singgahan waktu terbuang

tak mampukah sementara jiwamu
merapat ke sebuah dermaga
bukan ditepian pantai
yang datang dan pergi bersama busa buih lautan

datang..dan pergimu
seolah sebuah bayangan

seolah awan hitam yang bergumul 
diantara birunya langit
dan senja

aroma wangi yang tercium saat jasad bernyawamu
hadir menapaki relung kalbuku dulu...
begitu mempesona...menggelitik nurani
untuk bisa sekedar bergidik

santun dari tutur bijaksanamu
memecah gurat gulana yang menjadikan 
rentan jiwa sakit yang cukup lama

hadirmu ...itu dulu untukku
pesonamu ... itu indah untukku

dan...

hanya pertanyaan yang bergumul mesra 
menanti jawab dari sebuah tanya...
dari...darimu tuanku yang bijaksana