Selasa, 26 Maret 2013

Kusebut sebuah nama "dia"

kusebut sebuah nama "dia"
ketika senyum merekah
seperti anggukan kepala
pada mekarnya kuncup-kuncup rose

aku menyebutmu "engkau"
menjalin untaian rasa
dengan doa, dikuntum-kuntum
semerbaknya cinta

aku masih merajut sebuah benang merah yang tersulur
dari pintalan sayap kupu-kupu, di bawah cahaya
di bawah terangnya purnama
dan itu kamu.

tentangmu pernah menjadi satu-satunya
kupu-kupu di atas nama kupu-kupu bersayap sendu
dan engkau masih seutas asa, dalam rajutan cerita

kini, jauh dari segala kerinduan
esok dan kemarin
engkau masih bersayap kupu-kupu
selama waktu berjalan
selama akhir masih kunantikan

terbang dan hinggaplah
tersematlah sekuntum bunga yang tak layu
bahkan gugur pada kalimat berbicara
siapa yang sanggup menyentuhmu
selain dia yang tak ingin terlupa

saat musim mengganti sayap kupu-kupu
yang tak pernah kupunya
dan aku rose yang masih menggenggamnya

separuh nafasku mengembara
pada sejarah dua cerita
rose dan kupu-kupu bermetafora

Kukatakan padaNya



Aku menceritakan segala, tentang dia (tentangnya).
kita bagai sebuah buluh yang terbelah, engkau sebilah
dan aku sebilah,yang dalamnya tumbuh serbuk kesucian.
kita bersekat dan beruas-ruas, terpisah dari satu ruang dengan ruang lainnya.
perhatikan sulurnya, semakin ke puncak sekatnya semakin hilang.
sekat itu adalah sebuah penggalan dari sebuah harapan,
jika kita ingin menjadikan buluh itu indah, kita harus memecahnya
menghilangkan sekat dan membentukknya.
seperti kita, kadang apa yang kita inginkan selalu pada satu kesimpulan
bersama, "ahh, aku tak bisa jika berpisah denganmu?"
padahal, pemisahan itu justru menjadikan kita semakin menjaga,

senja ini aku memilin seberkas angin, dan kusampirkan di pundaknya.
ini bekal manis untuknya, sebuah harapan yang terjaga. simpan
dan yakin ini indah nantinya.

aku menceritakan kembali, selagi mentari belum menyapa
aku percaya dia karena dia nyata, aku percaya bahagia itu adalah harapan.
untukku dan juga dia.

sebelum ada kata terlambat.

Aku Terakhir

letih
terdiam

tentang mu
serumpun embun dihelai rumput ilalang

lelah
pasrah

pada batu-batu persinggahan
sebelum kuletakkan kaki penatku
menghanyutkan mengurungku

dari sepersekian waktu
kusiapkan, juga kusisipkan
aroma harapan, rindu yang terpendam
tak sanggup kubaca hingga malam menyapa

ingin tak pernah mengenal hari itu
hari dimana aku tak diizinkan melewati takdir
hari dimana aku tak direstui menggumam mimpi

kuretas segala durga, kutanami gerimis yang mulai
menghijau, kutandai mentari dan siap kumekarkan

maka...

bersinarlah, tersenyumlah dalam kegelapan
banggalah pada temaram
atas bahagia yang kubagi, dan atas bahagia yang terdamba saat ini

maafkan atas keteguhanku yang tak kau pahami
semoga, kau tak marah kali ini...

Jika kau tak menjawab, aku tak bertanya kembali


aku tak sanggup mengartikan air mataku di embun pagi,
rasanya tak pantas.
aku tak sanggup mengartikan suara-suara sunyi
yang samar terdengar di setiap perjalanan

masih ku ingat, saat dia diam tanpa jawaban
sedang aku setia menanti kalimat-kalimatmu

debur, dalam riak gelombang lautan itu hatiku
merekah, semerbak itu adalah jiwaku

tentangmu adalah samudra,
begitu sulit mencapai dermaga
dari tiap kayuh aku senandungkan buraian kecil
senandung manis yang kucipta

tentangmu adalah pesisir
dengan sepasang camar terbang riuh rendah
bernyanyi menari menanti senja
kau lihat, betapa kepak sayap camar memawanya pulang..

izinkan deru berbisik di telinga,
di bilik harapan yang tersekat
aku datang membawa kabar
mimpi sederhana yang kutawarkan
kita bisa mewujudkan...

temaram, denganmu semoga kau memahami
biar nanti kutafsirkan lukisan semesta
bagaimana aku masih setia...

* tanpa memberi jawaban,
senja menggambar nyanyian camar menuju ke tempat tujuan.

Romantis Apatis


aku masih melihatmu, tertidur diantara lelap mimpi meletih
mengigau tentang runtuhnya, sebuah penyesalan

dihadapanmulah itu aku
jiwa yang berkuasa
yang membelenggu raga dan hasrat
bahwa akulah yang paling mencintaimu
dan engkau begitu

kita terpisah dalam rindu,
cerita terlarang yang berjudul semu
mengikat tanganku
membelenggu pelukan ragaku

dengar...dengarkanlah adamku
saat sang jeda memasungku
mengikat di tiap malam-malam yang keramat
gerhana menyepuhnya
menjadikan purnama melingkar sempurna

aku disana, memilih nafas untuk kubisikkan
bahwa hanya engkau yang kupunya

rasaku menyentuh,
menembus daging dan aliran darahku
membuat ucapan mele
mengalir lewat salam, pada kata...cinta

cinta, kata itu masih untuknya


** malam semakin melarut, semilir angin merayap diantara anak rambut yang tergerai.
aku menatap kembali ujung mata yang terlelap.
maaf .... tenaga dan hatinya telah menyerah,
jiwa, tangan dan kakinya pasrah
netra dan nafasnya telah kalah
ngking menggema

Heart to Heart: Jika Nanti

Heart to Heart: Jika Nanti: Jika nanti aku menjadi amnesia ada orang yang membaca lembar perlembar isi blog heartmahadiba sampai pelan dan perlahan ingatanku data...

Sabtu, 23 Maret 2013

Kembalilah

samar, sebuah lambang kebaikan kau tebarkan dalam hening
tak mengerti namun kubiarkan untuk sekedar memahami

ingin berhenti pada alur ini
ingin berlayar pada gelombang yang menderas

dalam labirin yang bernama takdir
kita tersesat

yang selalu mencari makna arti bahagia
mencari hidup yang semakin mengering

tak ada yang berhak selain Dia
juga memusnahkan sisa-sisa kelam
mencoba untuk kembali
pada kekuatan yang pejam

di satu musim kembali berjanji
tak akan berganti malam sebelum menjelma mimpi
ku balut rembulan dengan senyum mengembang

malam...
aku berayun
dalam alunan gerimis
aku tetegun

kembalilah
ikhlaskan tangisku pecah
bawakan aku kembang ilalang
untuk penghias halaman
nanti saat subuh datang
dan embun bertandang

itu saksi abadi
untuk mengingatmu
bahwa masa pedih itu telah hilang...
selamanya

Try

Karena itulah aku hadir dalam sosok kabut,
ingatkah engkau ketika kuulurkan tanganku
lewat celah rindu? mungkin tidak, sebab saat itu bukanlah
engkau yang sungguh engkau adanya.
Engkau telah berubah menjadi bayang lain
yang menghadirkan malam pekat. Bukan lagi
sajak-sajak indah yang tertulis pada ranting-ranting senja.

Kadang aku bertanya pada Tuhan,
dimana kelak tempatku ia siapkan. namun bila memang harus engkau,
maka sungguh aku takkan berpaling dalam nama apapun.
Ketika selamat tinggal bukanlah hal yang asing dan menyakitkan,
dan selamanya menaklukkan rasa.

GUGUR HATI

Ada lagu tanpa irama yang kuselipkan, lirih menepih
ada bintang tanpa cahaya yang selalu berkedip meski tak terlihat semesta

Seperti merpati yang kusangkarkan
dia mengepak lelah menua di peraduan
letih, mengamati sendiri bulir-bulir kecil jatuh
dari mega yang membawa kekasihnya

Masih kuingat suaranya
menggema, menciutkan rona yang meraut di wajahku
sungguh... aku mengingatnya

aku mencintainya seperti malam yang mendamba surga
aku mencintainya seperti kuncup kamboja yang tetap harum meski masa layu tiba
aku mencintainya seperti dedaunan yang ikhlas menerima terpaan hujan
aku mencintainya seperti apa yang ada di dia

namun,
kau mengetuk genting dengan gerimis, hingga bercelah dan terbelah
dia menorehkan prasasti bisu, untuk mengutippun rasaku tak mampu

Dengar diamku, sedari malam aku memuja tanpa kata,
dari bingkai cerita aku bersuara,
ini serpihan teguh yang harus berlabuh
tanpamu,
dan dia merenggutmu

maafkan aku, maafkan aku wahai kekasihku

biarkan kukayuh bidukku ketepian, merelakan layarku mengikuti arah angin
dan membiarkan merpati menghilang, mengucap pamit tanpa suara
menembus langit, memuja langit tanpa berbilang

aku tak penah mengangapmu pergi, hanya gugur hati

maaf, maafkan aku