Rabu, 30 Januari 2013

abadilah.


nanti kenangan itu akan merenggutmu,
menguras segalanya.
aku ingat pada hujan yang sama kita sua.
saling merangkai, saling memagut rasa.
rasa yang mengijinkan aku khilaf
rasa yang menyatakan.."hai bangunlah! ini nyata."
rasa yang tak diijinkan otakku berharap.
tapi seperti masih aku, dan kamu

kita tak pernah ingin begitu, meski mengusir rasanya tak mau
tiba-tiba dan tak terduga rasa itu tanpa permisi
mengorek hati, memberi garis pada puisi

ahh...
coba kau pahami, bukankah kita itu seperti 
sepasang liliput, kerdil, lucu, ajaib.
ya..kita punya serbuk ajaib yang bisa menyulap 
kata menjadi senandung jiwa
kita bersayap
ahhh...gak ya...xixixixi

riuh penat mengembalikanku
pada realita yang kupunya
saat nanti aku meninggalkanmu disana
di dunia yang tak terlihat
aku menemukanmu dekat, 
menyimpanmu..niat
tanpa kutinggalkan sisa asa itu.
sedikitpun..sedikitpun

maka biarkan saja ini bertahan sampai sekarang
sebelum semua menjadi abu-abu,
menjadi dejavu
karena aku ingin menemuimu sebelum dejavu

abadilah.

30 menit


mendengarkan ost perahu kertas, tenang..
aku seperti punya radar neptunus :)
sambil menikmati hujan deras, jernih "menepih"

sepertinya nanti malam rasi bintang sempurna
kilau bintang menyebar, mengubah menjadi 
kabar sinis menjadi romantis.

beginilah, senja ini. 30 menit menikmati sentuhan nada yang menyentuh hati
memandang hujan,  menyeretku pada kesepian kemudian mengubah
dunia menjadi begitu magis.

tuhan sayang padaku
memberikan akhir indah 30 menit tanpa kupinta

satu saja

satu saja..sebelum aku pergi.cintai aku

Selasa, 29 Januari 2013

MAAF DIA BUKAN PELACUR? kata lelaki buta


oleh Siti Khadija Mahadiba pada 28 Januari 2013 pukul 14:46 ·


Matanya kosong ia hanya mampu melihat satu warna, yaitu gelap. Dia hanya mampu menggapai satu warna, yaitu hitam. Matanya adalah sebuah tongkat bambu tak berukir. Kesepian menggelayut, kesedihan berselimut. Dia hanya mampu mengembangkan senyum tulus dari sungging bibir kering.

Tak ada yang salah dengan dua bola matanya, tetap berbinar tapi tak bersinar. Buat dia tak ada yang istimewa selain sebentuk raga dan jiwa bahagianya. Apakah dia bahagia? Mungkin, mungkin hari ini, atau mungkin nanti. Achh…aku hanya menyaksikan nya.

Matanya mencalar, menyibak semua pandangan dari gelap. Buat dia hari berlalu tanpa terlewati siang.

Malam itu seperti biasa, perjalanan kecilnya diawali dari sebuah taman kota. Sebuah taman yang hanya mampu dia bayangkan. Kadang tangannya menari-nari mencoba melukiskan, kadang pula matanya seolah bicara, mencari sumber suara yang ditangkapnya.

Hmmm…taman inilah tempat dia membangun kebahagiaan. Disini dia bebas melukiskan tawa, tangis, dan suara jerit bocah-bocah, kehangat keluarga yang tergambar dari tawa mereka.

“Biarkan aku egois, menikmati taman ini sendirian”. Batinnya.

Malam semakin larut, lelaki itu merapatkan jaket tebalnya. Tangannya meraih, mencari tongkat bambu yang terjatuh. Uhhh….desahnya.
Tiba-tiba sayup terdengar suara rintihan, entah dari mana asalnya. Yang pasti dia mencarinya, suara itu semakin jelas, setelah dia menemukan bangku kecil di ujung taman, persis dibawah pohon teduh.

Dia wanita, dan itu suara tangisannya.
“Kenapa?” Tanya lelaki itu, berusaha menenangkannya. Sementara wanita itu tersentak, sesaat dia mencari wajah sumber suara yang bias karena lampu taman yang temaram.
“ohh, gak ada apa-apa. Hanya sebuah peristiwa kecil.” Jawab wanita sambil terisak.
“Peristiwa apa yang menyebabkan seorang wanita mengeluarkan air mata, hingga terisak. Begitu kecewakah?” Tanya lelaki itu kembali.

Dan wanita itu memulai ceritanya.

Dia Hanum, seorang pengajar di salah satu universitas swasta, dan malam itu dia mengalami peristiwa. Dia dirampok, semua habis tak bersisa. Bahkan dia dicampakkan oleh perampok begitu saja. Sampai akhirnya dia berjalan, semua terkoyak bahkan baju dan jilbabnya. Dia malu, dia merintih. ceritanya.

Akhirnya matanya berbinar, dia merasa tak buta. Lelaki itu semakin bersemangat berjalan ke taman, dan menanti berjam-jam. Hanya untuk mendengarkan sebuah sapa “Hai…” kemudian pergi kembali. Dia seolah mampu menggambarkan sosok tak berwarna member warna-warna cerah di hidupnya.

Akhirnya seperti biasa, pertanyaan kembali muncul. Pertanyaan dari suara hatiku. Abadikah bahagia itu? Mungkin, sekarang sampai nanti. Bagaimana selanjutnya? Aku tak mengerti.
Yach…dia hanya menjawabnya begitu. Kala malam, saat malam yang ditentukan. Lelaki buta, ingin mempertahankan bahagianya yaitu meminang wanitanya (Hanum). Tak seperti biasa, malam ini angin menyibak keras daun-daun rindang, sepertinya alam mengoyak memperdengarkan suara ramai dari dedaunan pohon teduh.  Detak jam berlalu, dan angin malam masih terus menemaninya. Hening, sepi ..

Dia berdiri, aroma wangi khas tercium dilobang hidungnya. “Hanum, hanum…” bisiknya sambil mengambil tongkat. Dia mencari sumber harum yang sudah menjadi kebiasaanya. Dan dia menemukannya, mendengarkan suara percakapan keras, juga sedikit berbisik. Dia memperjelas pendengarannya. Yach…itu suara Hanum, dan dua suara yang berbeda. Siapa? Tanyanya menyelidik.
Akhirnya percakapan itu ditangkapnya. Dua lelaki bersuara kasar itu memaksa Hanum. Sembari mengumpat ..”Dasar Pelacur!!”

“Maaf dia bukan pelacur!” kata lelaki buta  tiba-tiba. Yang kontan membuat Hanum tersentak. Kemudian menggiringnya untuk pergi. Namun lelaki buta itu tetap berusaha menghadap kedua lelaki bersuara kasar itu. Yang arahnya membabi buta. Suasana begitu ramai, dan gaduh akhirnya sirine polisilah yang menenangkannya.

***

“Aku memang pelacur..!! dan yang merampokku ada mereka yang mencampakkan aku, tanpa memberi apa-apa?” akunya malam itu kemudia berlalu.

Seketika lelaki buta itu limbung. Semula yang gelap menjadi hilang. Dan benar dia kehilangan.

Lelaki buta masih setia, duduk disebuah bangku taman kota. Kata-katanya yang dipersiapakan untuk melamar sang wanita tercekat. Meski Hanum telah mendustainya. Dengan mengawali kisah pertemuan yang berbeda, tanpa mengatakan siapa dia sebenarnya.

Lelaki buta itu menggapai gelap yang luas, sungguh keistimewaan adalah hakiki. Tanpa bahagia di merajut hidupnya. Tanpa senyum lagi di bibir keringnya. Hanya tatapan kosong yang mengabur bersama desir angin yang sontak mengalir. Dan suara hatinya berkata kembali, Abadikah bahagiamu? Dan dia hanya bergeming.“Kau bukan Pelacur untukku, Hanum.” Suaranya berhenti

:: Ketika aku bicara soal cinta, aku sering mengatakan cinta begitu sederhana namun suci. Kehilangannya tak akan pernah terganti. Ketika aku berkata tentang lelaki buta yang mencintai hanum? Butakah dia?

Cerita Mahadiba
(maaf jika penulisanku kasar. Sekali lagi maaf)




Rabu, 23 Januari 2013

He's


Dia adalah jarak
Dia bukan dia
Dia orang lain
Dia asing
: dia bukan pemilih 

itulah rahasia yang sebenarnya. aku menguaknya
menyerahkan pada kecewa.

Dia adalah rasa
Dia tak bicara
Dia membawa cinta sederhana
Dia ada
: dia tak memilih untuk pergi

kau telah menyesuaikanku, yang dibangun dari
mimpi yang limbung.

Masih dia :

Dia yang tak membiarkanku dingin
Dia penguat imajinasi
Dia tak pernah berhenti
Dia selalu menjadi hati

tak urung kita adalah sepasang puisi.
memilih bisu menyimpan rasa yang semakin mencandu

hei, engkau lelakiku
senja ini langit sewarna karamel
kau tau..: aku suka itu 

Begitulah semestinya cinta


dari celah angin mengirimkan resah, semalam aku mengencani langit yang sendirian.
hawa dingin melenggang sembari menebar dingin yang tak sanggup aku tepikan.
secangkir kopi mocca, menghangatkan kedua telapak tanganku. sesekali aku meneguknya.

lelaki pencuri kalbu membisu, dia tak bersuara, hanya nyanyian dari detak jantung sisa percakapan saat senja.

apa yang dikatakan tadi, 
tentang.."aku ingin CINTA yang lebih baik"

aku menatapnya dengan tatap dingin, sembari menggeser letak duduk kami
kau tau..
"wanita itu bukan barang rusak yang meski di perbaiki,
jika kau ingin CINTA dia, biarkan dia mencintaimu dengan caranya.."

lelaki pencuri kalbu masih membisu. sepertinya masih ada yang menyumbat tenggorokannya. di sulutnya sebatang rokok untuk menutupi rasa kalutnya.

aku menatapnya, mencoba mencari kembali celah tatapannya
"semua yang diawali dengan sempurna belum tentu kisah selanjutnya
akan menjadi sempurna". 

dia masih membisu, namun ada sungging kecil di sudut bibirnya : berkomitmenlah?
"komitmen lebih kuat dari pada cinta, benar?" katanya mengangkat alisnya kearahku.
aku tersenyum...merasakan nafas yang terwakili dari hembusan angin yang menemani kami.

love means to feel, not plan...
"aku mencintaimu seperti aku mencintai hidup.." kataku, sembari beranjak.

lelaki pencuri kalbu, melempar pandangan kearahku. dia merengkuh,
hanya detak-detik jantung yang seolah berbicara, mewakili rasa. berbisik 

"temani aku..!" pintanya. 

alam seolah berbicara. aku meletakkan kopi di genggaman, menatap nanar langit hitam. dan malam ini, ada dia yang menemaniku menatap langit, memilah langkahku nanti. yang rela menghargai cinta dengan membiarkan aku mencintainya dengan caraku sendiri. terima kasih.

Senin, 21 Januari 2013

PROSA HUJAN


aku suka aroma hujan, dan kau juga. setiap mendung datang
kita berdua sigap dengan tangan terlentang dan terbuka.
hujan adalah mahligai dimana kita habiskan bedua
menikmati derasnya, bercinta dengan curah dan bergumul mesra dengan genangan.
kadang bibir kita menggigil biru dan kaku, membiarkan mata mereka melihat 
percumbuan aku dan kamu.

kita pasangan serasi penyuka hujan. bahkan malam saat hujan. 
tak lelah berlarian di genangan.
membiarkan terguyur. kita tak berpayung, tak pernah ...
hingga terdengar cemburu mereka vulgar

lihat mereka, menatap jengah memandang rendah. 
Huh! apa itu cerita hujan? hardik mereka
mereka bersembunyi disudut teduh dengan pandangan lelah.
kita masih bergandengan, sembari menyebarkan prosa-prosa hujan
dan derai hujan.

"hujan adalah cinta" aku berteriak lantang

srkkk...srkkk...satu persatu tangan mereka menyobek, mencabik
prosa kita, menyebar dan lumat dengan basahnya. muntahkan semua cemburu
sinis..biarkan genang ini mengalir warna hitam dari tinta yang terbuang

hahahhha...kita bergandeng tangan

"ini adalah cinta.." bisiknya, dan aku mengangguk manja.

Minggu, 20 Januari 2013

Rindu lagi


dipersimpangan kita pernah dipisahkan
padahal langkah kecil kita pernah beradu
dan pegangan tangan kita pernah bersatu
mata kita bertemu dan pernah terpejam, 
sejenak saja.

jika bukan engkau, disitu aku merekam semua
perbincangan kita, menjadi sebuah prosa tak bernama

hmmm...
kita berjarak, padahal itu hanya sebuah pelarian yang mestinya kita tahlukkan.
kita pernah bertelanjang, aku mengukir namamu di tatapan matamu
dan kau mengukirku dalam sayap rindu, itu kamu! kau dulu bilang begitu

hmmm...
bukalah kembali kotak hitam yang berisikan puisi lama kita
yang bersembunyi diantara secangkir kopi beku dan moccachino dingin
pasti masih terdengar senandung yang bertuturkan rindu. pasti.

kau mahluk sinis yang tak bisa romantis. yang bisa memperhatikan,
mendengarkan, dan bersembunyi disatu realita maya.
ini masih tentang rindu yang diam-diam menemukanmu

Dia Adalah HATI KITA


ketika atap-atap rumah kita mulai pecah,
ada yang berhenti mematung di luar jendela
memperhatikan saja,..
dia tak bicara, hanya dia bebas menyusup dalam 
kamar kita. mencari celah untuk menimbun keinginannya.
kita..
aku dan kamu, mengurai masing-masing cerita
mengumbar perasaan yang tak sengaja.
terdiam, hanya terdiam
memandang kata-kata yang terlempar keluar dari jendela
dan dia memungutinya, begitulah dia hanya menelan ludahnya
saat cinta kita mulai ditepikan.

pelan-pelan, dia tenggelam. ketika hujan di luar jendela belumlah terang
dia melantangkan puisi-puisinya. meski basah dan melabur setiap goresannya
namun dia masih setia disana.
dan kata-katanya masih berhenti di luar jendela dalam genangan ketidakpastian

lantas siapa dia?
sayang kau tak tau siapa dia?
dia adalah hati kita.

Jumat, 18 Januari 2013

Atas nama rindu


atas nama rindu 
aku memelukmu

bicara tentang
hari-hari tanpa aku
letih
penat yang mengharu

diam..
hanya ingin merasakan 
detak resah yang ingin kau tinggalkan

atas nama rindu 
aku memelukmu
mencuri dengar dari detak jantung
dada bidang yang kau persembahkan
menikmati alur dari lajur rusuk
yang kau gambar
menikmati cerita yang kurangkum melalui
pupil mata yang menggelayut manja
di tiap kertipnya

selama  kita masih bisa
melepas lelah bersama,
biarkan saja kita  tertidur
sampai mimpi mencumbu
menghipnotis ragu
romantis melawan egoku

jika masih bisa
atas nama rindu
aku memelukmu

Ternyata aku tak bersayap


dan ini seperti jalan beraspal yang basah, aku berdiri diam dengan balutan kain hitam
dan kau berdiri berlari memutih.

ini adalah isyarat, 
sepasang malaikat sekarat, terkulai lemah tanpa sayap dan yang satunya menenangkan diri diujung cakrawala menghitam...dia kelelahan

selembar prosa tak bertuliskan nama, terjatuh dari angkasa. menjuntai, terombang-ambing disebuah dahan rapuh. dari mana dia? kenapa begitu tiba-tiba? 
dua tanya menghujani ku, silih berganti tapi masih tak tertemui jawaban yang pasti.

diluar hujan..
sejak abjad pertama dari sebuah prosa kubacakan. angin merintih, rintikpun menitih..
ini seperti sebuah airmata. ada kisah tawa yang mengatasnamakan cinta dan sesal.

malaikat itu adalah sebelah hati, dia berkata "akulah jiwa hitam yang kelelahan mengikutimu, dan aku jiwa putihmu yang berjuang menuntun melawan kelelahan"

aku tersenyum, prosa ini adalah lembar catatanku sendiri, dimana aku berdiri dan berpijak mencari keberadaan hakiki.

aku merengkuh tubuhku sendiri ... ternyata aku tak bersayap.

Aku Kangen Ibuku


nak...

aku adalah perempuan biasa
yang hanya punya rahim
punya air susu
dan satu...

aku punya
satu cinta 
yang tak tertandingi

dan aku telah menjadikanmu anak surga
karena kau dibesarkan pada surga yang sama



: sungguh aku kangen ibu :'(

Untuk Ibu


Ini, kisah dibalik aku dan ibu. ini persembahanku untuk dia : IBU

Dulu aku berdiri disebuah cermin
dalam kamarku.
dengan rambut terikat, berdiri lekat
menatap dengan jalang, mencari-cari liar.
kuraba wajahku yang masih lembut, tak tumbuh guratan-guratan 
kuraba jemari dan tangan dengan balutan kulit yang kencang
dan kedua kaki yang panjang.

"lihat ibu, aku tak cacat. aku punya dua kaki, 2 tangan?" kataku sambil meraba2 kaki dan tanganku
"apa aku buruk, sampai aku tak pantas berdiri di depan sini?" tanyaku kembali pada cermin yang bisu
itulah, egoismeku 

sampai tentang suatu malam, perbincangan dari dia dan orang-orang tersayang. 
mengatakan ini takdirmu, aku telah membicarakan pada Tuhan. dan DIA merestuinya.
aku tak bisa berbicara denganmu, kau hanya mengatakan apa yang nyata. namun
aku tak bisa melihat dibaliknya.

kini, waktu telah bergulir. dan aku kembali menatap sebuah cermin
Didepan cermin disudut pintu kamar, kubiarkan mataku menjelajah liar. Meraba gurat-gurat halus yang terlihat disudut mata, menghitung jumlah lipatan diarea perut.
Kulebarkan sedikit ujung bibir hingga tersungging senyum yang kuumbar. Realitanya aku sama, masih sama
tak ada perubahan. Ku kembalikan sudutpandang keposisi semula. Itu menurutku.

tapi aku berbeda, sejak rahimku mulai berbicara dan janinku membentuk raga.
perbincanganmu pada Tuhan, makna dibalik restumu...adalah do'a. ibu.

***
kau sejelma puisi cinta
yang bukan syahdu merayu
bukan penggal-penggal syair gombal

kau adalah syair
yang tumbuh dari putik kenanga
bunga terharum di semua semesta
sampai
rangkai aksara tak bisa menembusnya
kau tema yang tak bisa diungkapkan
hanya dengan airmata bernama cinta dan do'a
untuknya...

bahwa kita ingin pulang
kembali ketempat semula surgamu

Sayang...


ini masalah komitmen sayang...

rasa percaya dijadikan acuan untuk kebersamaan.
bukan tentang harga yang harus dibayar sebuah rasa
atau semua akan sia-sia atau sebuah ego mengatasnamakan rasa bangga.

ahh..
jika begitu denda aku sebelum semua menjadi sebuah proses.

Wedding ring


"wedding ring"

ayo!! katamu menarik tanganku
kemana? jawabku 

saat itu aku sibuk membolak balikkan buku catatan,
sebentar lagi ujian pun diluar jendela senja.
aku masih kelas 2 Menengah Atas waktu itu
dia menatapku sekali lagi

ayo.. ajaknya, kali ini penuh harap

aku ganti pakaian, T-shirt putih dan celana jeans
kujadikan pilihan. rambut panjang kuikat sekenanya.

aku melihatmu duduk tertunduk, 
memainkan jemari sendiri.
kita kemana?

tepat disebuah toko, berkilau semua sewarna gold
hum! aku mengangkat kedua alisku, isyarat tanya?

dia menyelipkan dijari tengahku sebuah cincin berbatu kecil. simple.
sederhana kilaunya sempurna seperti matanya saat itu.

wedding ring!
untukmu. 

Aku ingin mengulang


Aku ingin mengulang semua dari awal. 
Ketika tawa kita masih tentang hal yang sama. 
Lelucon yang bergulir garing adalah kebanggaan kita. 
Ketika ucap mulut berubah jadi senyum kerucut.
Atau ketika aku terpekur mendengarmu mendengkur.
Lalu mengecup romantis saat kita alpa.

Aku ingin mengulang semua dari awal
Kenalkan aku? 

Buat aku ....


buatku persahabatan itu seperti moccahchino coffee
dari proses alami, segar, hangat, eksentrik, nyaman
menyatu.

meminum segelas moccachino coffee, 
seperti menyatukan kerbersamaan di setiap perjalanan.

Analogi aku


Sahabat facebook, memintaku untuk membuat analogi catatan pribadi buat buku yang disusun, disana ada 10 puisi pilihanku, dari puluhan puisi hati yang aku buat..
semoga semua menjadi jembatan untukku, dan semoga bermanfaat.
------------------------------------
cinta, buatku hidup itu adalah inspirasi dan cinta
apa yang kita lakukan berawal dari sebuah pemikiran
dan akhirnya berbenih cinta. 
Yach..paling gak, berfikir tentang bagaimana kita 
bisa memahami dan menikmati cinta untuk yang kita cintai
itu saja sich...

Ibuku menyetujui nama yang diberikan nenekku, yaitu SITI KHODIJAH
kata beliau biar seperti istri Nabi Muhammad SAW, (AMIN) tepat tanggal. 7 Desember 1978.
Sekarang aku berkeluarga mempunyai seorang suami dan dua pasang malaikat kecil
IQBAL dan NAQILA. Disebuah dusun terletak diujung kota Tahu Taqwa, Kediri
tepatnya. Jl. Raung No. 47 Kemuning Kediri.
Aku tak punya hobby khusus, selain menulis dan sedikit berolahraga, yach..
supaya terlihat bugar gitu aja..
Khahlil Gibran aku suka banget karya dia, dia inspirasi
semua tulisanku tentang cinta.

Dengan ini, semoga apa yang sebagian ku torehkan menjadi
inspirasi untuk semua, mereka yang cinta dan mencintai.

Saatnya mendengar


dengarkan satu, menit saja untuk mendengarkan 
mengacuhkan bicara,membiarkan lidah kita untuk sejenak beristirahat
mengembalikan telinga kita kepada hakekat aslinya.
semenit saja, aku meminta.

dengarkan, temukan..
diluar sana masih banyak yang terabaikan, dan mungkin di sini 
didalam, ada yang terlupakan.
maka sejenak kita diam, menyisihkan waktu untuk mendengarkan
semesta mengiba

dengarkan, suara hening suara denting, suara hujan, tenang..
sejenak kita lupa pada bising, kata tak bertema, kosong dan janji-janji manis

dengarkan, sejenak dengarkan suara hati, murni, jujur yang sesungguhnya
bukan pertanyaan tapi sebuah jawaban dari pertanyaan tersulit.

sejenak, satu menit saja, tak lama untuk mendengarkan
agar kita tersadar bahwa kita adalah manusia biasa.

KETIKA


ketika suapan sarapan adalah rasa kesepian.
ketika barisan abjad adalah hampa
ketika senandung harmony pagi adalah kepasrahan diri
ketika setiap langkah adalah jejak tak bernama
ketika apa yang kita genggam adalah jemari keegoan 

aku akan menciptakan cinta adalah ketika menemukanmu diam

Setiap hari aku jatuh cinta


dan setiap hari aku akan jatuh cinta
pada setiap jejak di tanah kota ku.
rapi...
seperti barisan abjad 
di telepon genggamku..

mesra bersemangat membara.
selamanya, selama aku bisa
kita, mereka bisa membuat 
setiap hari merasa jatuh cinta....

Rindu itu aku, katamu dulu


rindu adalah ketika duduk berhadapan dengan sebuah layar beradiasi,
8 jam menikmati, rindu tak habis saat menemukan tiba-tiba ide yang datang.
rindu adalah inspirasi yang harus dinanti, salah satunya begitu.

rindu adalah ketika jemari tak berhenti dan otak berjalan terus,
mencari makna bahasa, yang mungkin tertinggal di balik dinding aorta.
rindu diam di tempat yang tenang hening, kadang menanti gerimis hujan
dan denting dari petikan gitar yang terdengar pelan.
rindu adalah aksaraku tercipta di ujung tintang, salah satu rinduku begitu

rindu adalah ketika sinyal redup terang, atau low bat menghadang. 
bercengkerama dalam diam, bercanda sesuatu yang kering, atau rindu
kata-kata gombal. hehehe...rindu kelakar panjang, yang bikin tertidur
juga mendengkur. rindu adalah teknologi yang mati, kira-kira begitu

rindu adalah ketika aku bilang, jangan tidur dulu! ada secangkir kopi untukmu,
dan kau memperhatikanku diam, hanya terdiam. rindu itu kata-kata yang keluar
dari ucapanku, dan kau mengatakan, marah mulu! hufftt..rindu itu bersamamu, salah satunya begitu

rindu adalah aku, itu katamu dulu

Ketika malaikat adalah Nyawa


ketika malaikat adalah nyawa
dan selir Tuhan menjelma menjadi puisi cinta
bangunkan aku sang pujangga
sebelum aku terlelap lebih lama
ceritakan kembali apa yang membuat bergetar
dan menunduk diam
tentang pengakuan cintanya

maka bangunkan aku sang pujangga
sebelum dia menjemputku
dengan sayap esanya

Aku merindukannya


ini bukan tentang musim puisi yang hampir mengering
tapi ini tentang gerimis yang dilahirkan dari rahim langit.
tatkala suaranya menelisik jemari
segaris celah rindu bersembunyi

Tetaplah di sini,


Jika tak keberatan kupinta kau untuk menemaniku"  

Tetaplah di sini, 
seperti dulu kita sering menatap mentari. 
Bersama menghirup aroma pagi yang masih bergelayutkan kabut beku.  
Duduk di pembaringan menikmati gugusan 
bintang dengan bentuk rasi-rasinya.  

Tetaplah di sini, 
tapi jangan berdiri di depanku. 
Untuk melihat jelas raut muka, 
berdirilah di sampingku. 
Kita tanami ladang gerasang itu dengan perdu wewangian. 
Dengan aroma surga yang biasa kerap 
kau bawa di sungging senyum dan tatapan mata. 

Atau .. Berdirilah di belakangku, 
seolah kau bayangan takdirku.   

Masihlah di sini, 
dengan setia menanti bait perbait puisi yang belum jadi. 
Kita bersama merangkai sajak, 
tanpa harus meninggalkan jejak.  
Saling memilin mimpi dan membenamkan 
luka yang dulu pernah menganga.  

Aku ingin kau tetap disini, 
bukan untuk ragaku, 
namun untuk tenang akan jiwaku. 

Karena kau adalah kedamaian 
yang tak bisa kusembunyikan.

"dia", perumpuan anonim yang mencintaimu


ini bukan tentang musim puisi yang hampir mengering
tapi ini tentang gerimis yang dilahirkan dari rahim langit.
tatkala suaranya menelisik jemari
segaris celah rindu bersembunyi

...


ini pena yang berujung tinta,
mengikat erat pada jemari lentik "dia"
kemarin "dia" menuntaskannya
melanjutkan sisa puisi yang tak jadi
ada yang bungkam, ada yang tak mau diam
kau tau dimana? yup!! digejolak hati

gugusan bintang menyemai
meski gelap belumlah datang
"dia" mendengar penggalan suara 
tak berempunya...dia siapa? untuk apa?

seperti sutra yang terpintal dari sari jerami
tak ayal terjadi..
berulang penggalan suara teringang
dan menjelma menjadi rangkuman aksara

"dia" menangis..
"dia" berteriak..

mengapa kau gagu, mengapa kau bisu
puisi itu tak pernah jadi
tak pernah...

"dia", perumpuan anonim yang mencintaimu

Maaf aku selingkuhi waktu


seperti lupa, saat mulai berprosa
berpuisi...
maaf aku selingkuhi waktu
karena aku bahagia berpagut manja dengan keduanya
aku dan puisi


Ini padamu


padamu aku melontarkan prosa atas nama kedekatan,
kita berkarib bahkan terjalin bagai temali kuat. 
saat kita terpejam, ada sumbar realita yang menggeliat.
drama cinta romantis, dengan cita cita cinta yang belum terealisasikan manis.
aku merekam semua pergumulan rahasia dari hati fana ke hati nyata
sepasang manusia.
seperti.. pernyataan cinta yang tak terhingga

padamu kita bertautan, seperti berpegangan tangan
pada ujung hujan dan berhenti saling menanti pelangi.

xixix...lucu, jika begitu, kita seperti 2 bocah kembar
yang berlarian menembus hujan. kita tak berpayung..membiarkan kan saja,
hujan membentuk lekuk tubuh kita.

hmmm..padamu ini mimpi yang dilontarkan atas nama keinginan.
jangan pernah selesai, atau jangan berhenti tak beralur rapi. 
endingnya harus tersenyum. xixixi

seperti sekarang..seolah aku melukis warna putih dari bekas napak tilas
candamu. memberi jalan kecil tak berbatu ke arahku, padaku.
begitulah jika padamu kita berkisah, berdrama romantis.
cuma kita..dan ratusan pernyataan cinta yang tak terhingga.

pada siapa? ya..padamulah....
xixix

Kata-kata yang kubaca dari skenario


aku membacakan puisi pada setangkai mentari,
yang kusunting dari bunga matahari.
lantas aku membawanya pergi, 
disuatu taman tempat tumbuh pohon-pohon rindang.
aksaraku menyebar sampai ke penjuru langit
serpihan maknanya berhembus dan terhirup dari sedah nafasku.
hhmmmm...
kata-kata yang kubaca dari skenario 

Aku merekam untukmu


aku merekam untukmu, ketika gerimis menggantikan hujan.
saat mendung mulai memikatku, saat sendu benar-benar merampungkan rindu
dan saat resah diam menyerah.
aku menyimpanmu dalam labirin menunggu.

AKU BELAJAR


aku belajar menyederhanakan rasa, belajar mengungkap bias,
belajar memaknai rasa, sederhana..begitu biasa.

aku belajar bukan sekedar lewat tulisan namun dengan sentuhan.
belajar berucap lewat suara, bertutur lisan masih sederhana sederhana. 
belajar berekpresi lewat sungging senyuman juga rengkuhan.

darimu, denganmu, aku belajar menerima kekurangan,
menikmati terbang, menikmati setiap peristiwa
menjadi butiran mutiara kenangan yang ku temukan. 
aku belajar rela, apa adanya, apa kau bilang...hmmm? 
rock n roll ya..

dan kini masih denganmu aku belajar kehilangan
tapi bukan menghilangkan

Jumat, 11 Januari 2013

Ternyata aku tak bersayap.


dan ini seperti jalan beraspal yang basah, aku berdiri diam dengan balutan kain hitam
dan kau berdiri berlari memutih.

ini adalah isyarat, 
sepasang malaikat sekarat, terkulai lemah tanpa sayap dan yang satunya menenangkan diri diujung cakrawala menghitam...dia kelelahan


selembar prosa tak bertuliskan nama, terjatuh dari angkasa. menjuntai, terombang-ambing disebuah dahan rapuh. dari mana dia? kenapa begitu tiba-tiba? 
dua tanya menghujani ku, silih berganti tapi masih tak tertemui jawaban yang pasti.

diluar hujan..
sejak abjad pertama dari sebuah prosa kubacakan. angin merintih, rintikpun menitih..
ini seperti sebuah airmata. ada kisah tawa yang mengatasnamakan cinta dan sesal.

malaikat itu adalah sebelah hati, dia berkata "akulah jiwa hitam yang kelelahan mengikutimu, dan aku jiwa putihmu yang berjuang menuntun melawan kelelahan"

aku tersenyum, prosa ini adalah lembar catatanku sendiri, dimana aku berdiri dan berpijak mencari keberadaan hakiki.

aku merengkuh tubuhku sendiri ... ternyata aku tak bersayap.


Kamis, 03 Januari 2013

MISS U


aku rindu untuk melangkah ketika aku terjaga
aku rindu untuk tidur saat aku mendamba
aku rindu untuk menangis ketika aku peduli
aku rindu untuk tenang ketika aku ingat takdir
aku rindu untuk KAU temukan ketika masih sanggup untuk setia

ketika hujan aku rindu kemarau
ketika terik aku rindu kesejukan
ketika gerasang aku rindu kedamaian

sepanjang tandus langkah kujejakkan
ditiap incinya menyisakan do'a

aku hanya ingin sejenak, menghabiskan sisa waktu 
hidup ....dengan-MU

Kita adalah sepasang mimpi.


kita adalah sepasang mimpi.

seperti bintang berpegangan kuat pada galaksi rase bintang diangkasa.
langit adalah tempat aku menempa, memaku jiwa. kala purnama mulai menyapa.
dan kita sempat terlelap sambil memegang mimpi menjadi imaji abadi,
dan tak mengenali kembali kemana kesucian langit yang menggariskan takdir kita.

kembali terulang, menjadi kenangan yang melahirkan senyuman membuat kita tegar, berhadapan
meski bayangan lintang memudar. 

genggam tanganku? musim ini kita telah menyala api kemudian kita mengharap kelahiran hujan
dan yang terakhir kita mencoba meraih pelangi. kita seperti sepasang daun yang terlontar dari ranting
dan terjerembab pada tanah basah, kadang dingin kadang berputar-putar pada masa siang dan malam
hujan dan panas.sampai benar-benar terhempas.

tatkala kupandang purnama pada temaram kemarin. 
ada masa yang masih berputar mengelilingi curah airmata, desah sapa telah kita suatu awal, dan pada
heningnya penantian telah kita jadikan cerita yang terlupakan.

genggam tanganku? sesungguhnya kata-kata yang terurai lepas, adalah janji yang telah diucapkan, menjadi patri
dalam lubuk jiwa terdalam. 
kemudian menjadi hamparan pada kepasrahan kita menyerukan cinta sebagai segalanya. yang membuat sempurna.

kita adalah sepasang mimpi, yang meninggalkan purna, mengejar jejak matahari untuk menghangatkan jiwa kita.
melupakan bahwa telah ada air mata yang tak mengalir diatas ketentuan cinta pada derai doa. 

MATI DALAM PELUKANMU


sesungguhnya
kematian telah mengubur jiwa
dalam pelukannya

dan burung nazar telah
lama mengabarkannya

AMARAH


boleh kau tumbangkan aku
boleh kau patahkan aku
tapi..
jangan sekali-kali 
patahkan "mereka"
karena jika kau berani menyentuh jiwa suci mereka

kau bisa berhadapan dengan ku.
karena aku tak akan diam

:jika perempuan menggeliat


*AKU BERBICARA  PADAMU!!!

Believe in me


tetaplah disini
berjalan disisi
wahai engkau sang hati...

kita bagai pendaki
tertatih berjalan menyusuri
bukit terjal dimana nurani bersembunyi
sampai ke ujung menempa kabut yang terselimuti

genggam tanganku
erat pelukan lenganmu
wahai engkau pemilik kalbu...

kita bagai sepasang jiwa buta
menitih lembah terjal dengan gelap
meraba di tiap tikungan kerapuhan
mengalahkan keheningan menjadi keteguhan

ku ucap sekali lagi padamu
wahai engkau sang penguasa sanubari...

kita hanya sebatas lingkaran
yang hanya punya satu titik keabadian
saat keluh mengalir biarkan kita saling membasuhnya
saat air mata mulai menetes di sudut pipi kita saling menyeka
ketika kita lelah, menundukkan wajah
kita dendangkan kembali bait-bait maha cinta yang kita buat
tersenyum merekah dan melenalah jiwa.

disetiap perjalanan kita, bawalah lentera keikhlasan
rentangkan sesak yang menghimpit rongga dada
dan biarkan rangkaian sesal berbaring menjadi tumpuan kita berjejak
sayang...aku berujar kembali padamu

kekuatan cinta akan hadir abadi
jika sebening air mata tak terlukiskan digaris senyum
hari-hari kita. 

................................ percayalah.


PUAN


puan..
menetes lagi
sebutir sulaman dari kelopak mata terjatuhkan, 

menatapnya, 
memangku setiap kalimat yang digoreskannya

menunduk,
berkali-kali aksara itu tumpah di pangkuannya,
dia tertunduk lemah.

untuk kesekian kalinya, aku tak mampu mengeja 
maknanya...
seperti hilang pudar, terbawa warna langit yang pudar
oleh kedatangan senja.

untuk kembali kesekian kalinya..puan berkata

"janjimu pada sang maha, kan kubimbing kau
saat mengeja puisiku, kita remah bersama resah dalam kegamangan"

"aku ingin mencintaimu seperti aku yang menciptakan rasa itu,
aku enggan bersembunyi dipadang ilalang kemudian merangas dan terbakar sendiri"

kau berdiri,
menjamah pandangan, menelusur setiap lekuk senyuman dan berkata....

"kita ada babak dalam ruang keinginan yang mendalam,
kita adalah percintaan dari sebuah cinta sepasang manusia 
yang hanya bermain dari nafas dan meniupkan kembali sebuah makna cinta.
kita adalah sepasang ketakutan yang enggan berhenti untuk saling memahami.
kita adalah sebuah pena dan tinta yang tak lelah menggoreskan sebuah kisah dari sebuah puisi hati"

sayup-sayup puan berkata,

"kita adalah kemasan dari jejak mereka yang meninggalkan"