Senin, 30 April 2012

semalam akhir april....tentang tidur nyenyakku


semalam aku tak terjaga
angin malam membuaiku

semalam aku tak bicara
desir air hujan menina bobokkanku

semalam aku menikmati
lelapku diantara hangatnya tubuh kekasihku

semalam...
lelap, dan pejaman mata
diam, menikmati alurnya mimpi
dan terangnya lunar menyinari dari
celah-celah genteng kaca

dan semalam nyenyaklah aku...
dan tak terjaga seperti biasa,
hilang imsonia...
semoga untuk selamanya




mungkin kubagi untukmu...
penanda bahwa ada yang nyata 
dan tak maya adanya

mungkin kiramu palsu
dan bual belaka
tak sekedar bahwa ada 
kesungguhan didalamnya

somethink




adalah gemersik sunyi,
berhembus di sela pori-pori dedaunan
bersenandung di desau angin malam
berkata pada jiwa yang tak lagi terdiam

adalah sebuah cacatan panjang
lukisan dari cerita berjenjang
nikmati lantun indahnya sajak
menunggui setia ingatan yang berdetak

menemuinya...
adalah sebuah ruang semu, ruang fana
temui paras maya dalam melodia kata-kata
meretas kisah pada jantung jiwa

menyekatnya...
menatap nanar mata
sebuah keinginan dan kejujuran
berujung pada satu pengharapan
pada muara hasrat ringkih pada batin tersesat
kusut pada banyangan nyata 
dalam belantara maya

jika...
percaya aliran suci merambat lembut
isi relung hati
biar kutampung lembut sebentuk kata sayang
pada sebentuk pengharapan
rasa yang abstrak, 
tapi itulah kepingan kehidupan yang 
sejalur dengan raga


kepada tuanku


tuan...
apa kau tau, aku diujung jalan itu bungkam
aku terdiam, mengamati satu persatu punggung yang menghilang
meninggalkan ku sendiri..
diam dirundung sunyi, dalam kehampaan diri

tuan...
apa kau sadar, diterik panas lentera berkuasa
aku tak berkutik, mengamati jalur yang menggelitik
menetrakan nurani, ciutkan hati

tuan...
langitku tak cerah, tak biru
bahkan cenderung kelabu
namun hanya satu yang membuat aku menunggu
aku menunggu sisa gerimis
untuk sematkan sebuah rindu

Sabtu, 28 April 2012

untuk yang semestinya,


terhanyut pada kumparan waktu,
yang tak seharusnya

kurebahkan diri, disudut nurani
percakapan antara 2 hati
menikmati apa yang telah ternikmati
atau menghapus apa yang telah terjadi

kadang terhenyak pada satu keadaan
yang tiba2 datang menghujam
kesadaran itu bangun
hingga menjadi bulir2 asa yang tak terbendung

pejamkan mata sejenak, 
meregang segala yang telah mengekang
sekedar menjamah balutan indah 
yang kusebut itu mimpi,saat mata terjaga

jika kini lepasan tangan yang tergenggam meregang
jangan salahkan genggaman, juga keadaan
dan jika genggaman merubah menjadi lambaian
jangan juga dipermasalahkan

tak ada yang mampu merubahnya,
hanya aku membicarakan tentang cinta
untuk yang semestinya, 
menjalani hati atas jiwa yang semestinya




saat aku membutuhkannya


tertunduk tanpa mampu berkata
yang terasa debar itu mengurungku
yang terjadi butir ini menggenang
bak lautan lepas menanti gelombang
yang datang mengguncang

kenapa tutur itu berkata
seolah memberi suara syahdu menenangkan
kenapa harap membiarkan berjalan
membawa terbang di suatu kerjaaan

membacanya..
hanya mampu membacanya
meski sedikit berbata
namun isyarat itu masih terbaca
tepat pada maksud dan maknanya

Jumat, 27 April 2012

saat diam menanti jawaban


aku diam
dan engkau juga diam

tak ada yang saling membuka
sepatah ucap tak tercipta

aku diam
dan engkau diam

membingkai masalah
menjadi buntalan rapi yang terbungkus indah

aku diam 
dan engkau diam

saling bungkam
hanya menggamit dan memaksa bersembunyi
di kelamnya malam

aku diam
dan engkau diam

menikmati cepatnya detak jantung
hingga jatuh terkurung

aku diam 
dan engkau diam
kita sama sama terdiam
dalam bungkam
dalam perenungan
sampai hari terang penantian
bertandang...
memberi ulas senyum
pengharapan

sampai aku tak mampu terdiam
dan engkau juga tak diam

siang ini


masih di bawah langit asingku, terik
mencoba mencerna sepersekian detik
yang terlintas hanya sebatas
kenangan yang tak berbatas
masih menanti kabar
tentang yang dikatakan rindu
aku akan sama esok hari ???

pada angin aku menitip rindu yang sama
memburu seperjalanan angkuh
membungkam pada setia lusuh

pada angin aku berucap
pada nama yang enggan terungkap

kugenggam engkau jiwa yang sebenarnya


saatnya membicarakan tentang utuhnya  sebuah perasaan
pada pertautan jiwa sebenarnya
dan sajak ini membicarakannya
mengenai segala yang tentang rasa
jadikan senyum pada asa menghapus butir air mata
mengubah nestapa menjadi raja bahagia
kaburkan lamun pilu menjadi senandung lagu rindu


menyambut uluran tangan yang tergenggam
berjalan beringin 
adanya satu perjanjian...
tak akan terlepaskan

Kamis, 26 April 2012

ketakutan akan perasaan

seperti ini kah, rasanya aku takut kehilanganmu,
kehilangan sepertiga dari perasaanku,
kehilangan tawa yang pernah lepas
kehilangan tatap mata yang teretas

seperti ini kah, rasanya aku takut terabaikan
pada setiap kata yang terharusnya tercatat
pada setiap suara yang harusnya terdengar
pada setiap tingkah yang semestinya dinikmati

seperti itulah...
setiap perasaan hati
pada rasa yang enggan pergi,
enggan merasa 
...
sendiri

Senin, 23 April 2012

kasih..kinasihku


terik mentari, sinar terang surya
adalah sebuah kisah
tentang suatu siang
di tengah perpadatan
ada hingar
penantian
dan senyuman terumbar
ketika pelukan hangat
menjadi gambar 
memagut jiwa
melepas segala imaji 
yang pernah tersirat
dan kala surya
mereflesikan semua
apa yang terasa...
tanyaku???

rasa apa ini??
rindu, kala berpeluk mesra
rindu, kala jauh tak terasa

genggaman jemari luruh
bercerita...di sepanjang perjalanan
sebuah tujuan
pertemuan...

terik ini membakarku
tanpa menghanguskan rasa
terik ini tak menghalangi
diksi sebuah cerita
pada penyatuan rasa
kasih..kinasihku
pada nya

PRASASTI CINTA

kubingkai paras warna dalam gelembung
kenangan..
saat mulai mengisi relung yang terenda 
pada potongan kisah dan rentang waktu

kupercikan rasa di dalamnya
saat mata kita tak bertatap
saat tubuh tak mampu berpeluk
saat tutur hanya terbingkai larik
larik abjad 

wahai arca berkilau kilau
bibir terbuka rupa berkata
terikat prasastiku bersama segenggam masaku

wahai kilauan jernih gilang gemilang
sentosa semayam di atas durja
padma seraga terbayang bayang
di kucupi cahaya lentera jiwa

lenalah aku...
lenalah aku sementara waktu
dalam rangkum kenangan lama bersamamu

(Nyanyian Kidung Sunyi)

Jumat, 20 April 2012

s.e.m.o.g.a

aku sematkan engkau dibatas penantian terdalam
kurangkai pada sebuah sajak tak istimewa
saat aku bertanya pada bulan kala malam
tak satupun bintang menjawabnya
atau semilir angin menyapaikan pesan
sekali lagi, aku bertutur pada kabut di pagi hari
tak setitik embun pun bisa menyahut
menyapa pada hangat fajar menyelimuti

ada apa dengan sebuah rasa,
aku tak mau hilang, tak ingin berhenti pada peredaran
rasa itu lekat terkunci
dalam tempat istimewa yang bernama hati
rasa itu akan tetap terpatri
pada haribaan kalbu yang hakiki

sampai nanti,
mungkin sampai nafas terakhir terhenti
atau pada tempat pasrahku pada nadir takdir Illahi
padanya, sajak ini berkata
padanya, sajak biasa ini berbicara...
untuk sekerat jiwa yang merasa

semoga!

Kamis, 19 April 2012

apa aku wanitamu..???

aku wanitamu,
bernaung dia antara rongga iga
yang tersembunyi dalam balutan raga
sempurna

aku wanitamu,
dalam lilitan kerudung suci
dan basahnya air murni

aku wanitamu,
ikhlas menengadahkan tangan, tanpa menatap jelas.
menerima kilat yang akan meluluhkan
juga pijakan kaki tanpa alas.

dia lelakiku,
kesejukan kala jiwaku memanas
semilir angin kala gerah melanda
air sejuk kala dahaga merajuk

dia lelakiku,
tempat piala itu ada
dimana harga telah dibawanya
dimana banyak tanya yang seharusnya

dia lelakiku,
dan aku bertanya...
tentang siapa aku.
bukan kah aku wanitamu???
dan hilang senyum
lelakiku

DDP (Deret Depan Pintu....) jadi inget ...:)

sesaat aku mulai menginjakkan kaki kembali dipulau ini,
aku mengenal mereka...
saat setengah dari masa ku putih abu-abu,
meskipun awalnya...
penghinaan, lagi...lagi dan lagi
biarkan saja, mereka melakukanya..
karena aku bukan siapa-siapa,
tak jengah aku berkacak pinggang
bukan menyombongkan
tapi ada masa, kala seseorang harus berharga


yah...dengan hobiku, corat-coret,
dengan suka ku menulis aksara, meski mungkin
aku belum mengeluarkan buku, atau
belum ada yang teralu istimewa

aku mendapat julukan...si pembuat surat cinta,
hhehehe....
tulisan dan coretan isengku tercipta saat sendiri,
saat dimana aku menyadari ohh....aku di hina lagi

dan ..
aku diterima, berada di samping-samping
mereka, meciptakan diari indah yang kini entah
...

kenapa aku tiba-tiba rindu mereka...
Dina Lusianti, Anton, Ardiansyah, Kelik, Kepik (Novi), Sari, Kristanti,
Vera

...cerita antara minten, jarno, dia..dia..dan dia.















Siapa dia..dia dan juga dia,
ke tiga lelaki dewasa itu bersimpuh dalam jasad renta
yang terbujur kaku, dalam balutan kain putih bersih
sebelum masuk dalam keranda dan dibawa dengan usung
dan derap kaki shalawat ke tempat abadinya.
Mereka mengindahkan gengsi, melupakan jati diri
bahwa laki-laki pantang mengeluarkan air mata,
bukan untuk saat ini, dan bukan untuk kali ini.
Air mata mereka mungkin bukan hanya sekedar
air mata, asin, tak berwarna..
buat mereka itu adalah air mata berharga,
bahkan termahal dari kilauan permata, aliran dan
raungan yang terdengar dari mereka tak cukup menebus
berharganya dia (wanita renta, yang kusebut "minten")

Dia, sesederhana namanya "minten"
wanita renta yang berpasangan, namun sang suami tercinta lebih dulu
meninggalkannya dan ketiga jagoannya..
yach..ketiga lelaki dewasa itu jagoan minten
yang begitu dia cintai...
Jali, Agus, Rohman...itu mereka
mungkin Jagoan yang dimaksud adalah anak-anak minten,
jangan salah, mereka memang anak minten namun bukan
tercipta dari titik air suci minten dan suami, bukan
bernaung dirahim minten dan bukan keluar dari liang
sempurna minten..
ini awal kisahnya,

Minten dan Jarno, sepasang pengamen jalanan
dengan berjualan gending jawa, Jarno suami sekaligus partner
Minten, Jarno penabuh gendang dan Minten sinden yang cantik
begitulah tiap hari, mereka berjalan melewati toko,
parkir pasar, rumah,di ujung keramaian, yang
banyak pengunjung...sampai akhirnya pulang kerumah
dan bergabung kembali ke dalam ruang tempat tinggalnya.

Jali jagoan pertama, didapatnya dari seorang wanita cantik
dengan riasan menor. Yang semula berkata,"Bu, titip anakku sebentar ya.??"
katanya, dengan memberikan sebotol susu dan tas kecil.
sampai akhirnya sepucuk surat terselip di dalam tas
dan mengatakan, ambillah dia. wajah lucu Jali kala itu
meluluhkan hatinya, yang merindukan seorang bayi.
dibawanya serta si Jali dengan wajah berseri.
hanya kata, "Alhamdulillah, ya Alloh..."
Dendangan minten kini terdengar setiap malam,
buai merdu terdengar mengalun kala menina bobokkan
anak pemberian.

Hanya selisih beberapa tahun,
Kembali dia mendapatkan Agus, kali ini dari seorang lelaki
setengah baya, serta merta memberikan namun dengan satu syarat
"aku hanya menitipkan dia, suatu hari jika saya mengambilnya
berikanlah..."karena minten dan Jarno merindukan tangisan bayi
juga karena kerendahan hati, mereka menerima..
Agus jagoan kedua.

tak berselang lama beberapa bulan, sewaktu sang suami tercinta
mengamen sendiri, bukan pulang membawa sekantong uang, malah
di pelukannya dia mendapatkan bayi kecil..dan dia di beri nama
Rohman...

begitulah, ketiga jogoan mereka...tumbuh. menjadi dewasa,
sangat dewasa, dan tiba pada saat mereka menentukan pilihan..
masih ikhlas, minten menceritakan tentang mereka siapa mereka
ada penantian untuk mereka. Tapi...mereka
membendung air mata yang kini mengalir
menjadikan lautan permata persembahan buat si ibu.

Tuhan...keihklasan apa yang Dia berikan
telah menjadikan mereka hidup dan bernyawa,
menjadikan mereka sumber dari segala sumber..

dan cerita keihlasanya tak berhenti, menjadikan sumber
inspirasi, aku harus menulisnya, agar mereka bisa
memetik bahwa cerita ini nyata, bukan skenario, goresan pena semata
...cerita antara minten, jarno, dia..dia..dan dia.

enggan...

awan hitam menggelayut di pundak cakrawala
bias merejang pada sinaran surya
mengintip dari celah kecil dalam jendela
risau gemulai raga lalu lalang di beranda

bayangnya menggelepar 
menjejal dalam lingkup waktu singkat
terjebak dalam sepi yang menyusup,
meresap lepas hingga tak mampu beringsut

aku berada di sana
di sudut kota yang bercerita
selaksa surga memenuhi ruang hati
untuk berfantasi...
menjejaki nurani yang tersembunyi

bersama rintiknya yang mulai datang
kembali kulanjutkan cengkerama dengan mimpi
kulanjutkan kembali berbicara pada sebuah kisah
yang sementara harus bergulat dengan ragu dan percaya

jangan enggan kau menikmatinya
berhenti membacanya seketika
akan adanya tercipta, banyak segala tanya
tentang siapa, aku, dia dan mereka.

Rabu, 18 April 2012

kala dia mencoba menerka

kutambatkan jelujur jiwa
pada pengelana sukma
kunaungkan sekeping kalbu
pada penaut rindu

apa yang terjadi..
kala koyak hati melanda
senyum itu tak mampu menyamarkan
tawa itu pula tak cukup memburamkan

kau ...
jelas mampu membacanya
meski tak kutulis beberapa aksara

kau ...
jelas bisa melihatnya
meski raut muka tertutup cipratan jelaga

usah kau usik rasa percaya
jelas nyata..
bahwa aku ada bergumul dengan rasaku
tanpa kau tau..
karena harga rasa
sepercaya separuh hidup bahagia

kurindu....bapak ibu ku

bermanja dalam pelukan ibu
berteduh pada ketiak ayah
melingkarkan tubuh pada keduanya
mencari kehangatan 
melepas segala kepenatan
...
meski aku telah merasakan
mengandung, melahirkan...
memberi kemanjaan yang dulu pernah aku
rasakan, memberi seluruh tubuhku
yang dulu pernah kuhangatkan pada mereka

aku ingin kali ini
kembali...
inilah titik kerinduanku pada mereka
...
aku ingin mengulang dulu 
seperempat dari sisa usiaku
sampai tak terlewatkan
semua masa kecilku....

pilu...



percakapan

tentang nanti
ucap nada sumbang
yang tak di dengarkan

aku berbicara padamu
bukan pada bintang
bukan pada daun-daun yang bergoyang
juga bukan pada desir angin malam

kala ini kuhentikan ujung pena
tak ada secarik kertas yang menerima
tak mampu tergoreskan sedikit kata
aku hanya ingin bicara
empat mata
antara yang sudah dan setelahnya
yang tertunda dan yang ada

sedikit saja...
kusela waktumu
karena hati terkoyak nafsu
untuk segera berkata
...

pilu....

Selasa, 17 April 2012

kepada rasa tak berdaya



kepada rasa tak berdaya

kau telah mengajarkan
aku rasanya hhhhhhhh.....(tak bisa terkatakan)
dengan begitu sempurna

aku ingat engkau...

tiba-tiba aku ingat engkau...
dia sahabat karibku
yang dulu pernah mengulum waktu
menjejal suka dalam kisah biru muda
...
tiba-tiba aku ingat engkau
beberapa angka yang menunjukkan kabarnya...
mendengar suara
juga membayangkan bagaimana dulu
aku melihat senyum lucunya
...
tiba-tiba aku ingat engkau
kisah biru muda
kisah sederhana, dengan berbagai cerita lucu kekanak-kanakan
berlanjut ...
pada penyatuan kisah kembali
di sela renggang waktu yang tak pernah terhenti

ohhh....
tiba-tiba aku ingat engkau,
hanya sekedar ingat
sekelebat wajah dari sebuah senyum
menjadi garis pembatas 
bahwa dulu ada kisah tertanam
yang tumbuh menjalar dan terhempas
karena garis telah membatas

Rasaku tak bergeming meski tertiup angin...

Aku tak pandai mengungkap
apalagi menyimpan dalam-dalam
sebisanya kusembunyikan
entah di balik dahan
atau di rimbunnya daun

yang terasa hanya terlalu...takut
melayang diterbangkan
mendekap terlalu erat

tak ada yang mampu merubahnya
jasadmu mengikatku, rohmu memberi simpul mati 
disanubariku, begitu kuat
sangat mengikat..

Aku bukan matahari, juga pelangi
usah kau nilai dengan sebelah hati
hanya dari satu sisi
tapi...
ajari aku ikhlas menjadi serupa warna pelangi
kala bias hujan mulai terlihat
karena hujan tak terlihat sempurnah
tanpa hadirnya bias warna pelangi sesungguhnya

Minggu, 15 April 2012

. . . . .


aku hanya suka sepi, sunyi 
tanpa suara...tapi bukan untuk diam

aku punya suara
hanya suka menyimpan
dalam kecupan ringan

menenggelamkan
dalam lautan sukma 
menjaga hingga tak sampai menjalar
hanya mengambil jeda
untuk kemudian
berkata

bersama..

andai saja bisa duduk bersama
akan kutanya padamu
apa tak cukup sempurna 
saat aku berdiri
apa tak cukup kuat
genggaman tangan ini

jika haluan adalah alasan
maka kau halukan semua tanpa pembuktian
dan alur mengalir dalam gang terjal

saat bersama, terima 
dan akui saja

Jumat, 13 April 2012

aku begitu mencintaimu


aku mencintaimu
tak mampu kujelaskan, 
kenapa?

aku hanya belajar
menyampaikan kata hati, 
bahwa...

aku begitu mencintaimu

Kamis, 12 April 2012

de ja vu...kah..???

   Ada separuh pertanyaan besar bersandar dikepalaku, tentang benarkah aku pernah melihatmu?? Dulu...disuatu hari atau disuatu masa..tapi yang pasti aku telah bertemu kamu, menghapal wajahmu, tapi kemudian menghilang..tanpa berujung pangkal. Apakah ini de ja vu ? Ya...de ja vu, bukan sekedar ingatan masa lalu, ia adalah saat dimana kita merasa sekarang dan mengenal, pernah melakukan sebagi sebuah peristiwa lampau tapi nyata, tersentuh dan ada...hhh....aku juga merasakan sensasi yang misteri pada satu peristiwa baru-baru ini

   Ohhh...mungkin saja kita pernah bertemu, dalam perjalanan panjang pada arah kehidupan yang entah kapan, dan kita diperemukan lagi pada hati yang seharusnya tak mampu dimengerti...
Aku mengenalmu, menyelami, seperti halnya kamu...dengan sepenggal perasaan, menyisakan sepenggal cerita yang dekat, aku tak mampu mendefinisikan ini, perasaan indah ...atau ..adanya de ja vu atau .... hanya permainan imaji..imajiku ...

   Someday..sometime ..masa itu terlewati, seperti halnnya aku tak mampu memberi arti...de ja vu kah ini...?? nanti...pasti akan ada jawab yang tersiar, kala sebuah pertemuan, pada satu pembuktian dalam kehidupan yang jauh dari sebuah bayangan permainan imaji, atau de ja vu..

   Sekarang biarkan aku menikmati ini....

biarkan...saja



jangan memandangku seperti itu,
pandang saja genggaman tangan kita
takut saat terpejam
genggaman tangan terlepas dan menghilang
akan kubaca semua hingga tuntas
terlepas..
agar kupastikan baik-baik saja
kau disana..

seperti saat tangan menggenggam sunyi
meski bukan yang teringini
tapi saat aku berjalan menjauh
aku melihatmu lebih jelas
melihatmu utuh

seandainya..bisa
biarkan ku gunakan cara
menumbuhkan segenap rasa
menumbuhkan kembali cinta
meski jauh...
tak tersentuh

surat untukmu mas ku...

Dear mas dik...
     Gimana kabarmu hari ini mas, aku tau  dimana pun kau saat ini pasti kau dalam keadaan terang. Sudah melihat ku mas, sudah melihat semua kerjaanku, mas sudah membaca semua tulisanku..kamu tau mas, aku sepertimu, persis sepertimu, aku suka iklan, aku juga suka tulisan. Rasanya tak sia-sia kau tuntun aku dulu, “disini tempatmu dek...” (aku ingat, saat itu kau genggam tanganku sambil membawa tas punggung besar yang terlihat berat). 

     Berapa tahun kau meninggalkan aku mas, cukup lama...cukup membuat rata gundukan tanah yang dulu basah, cukup membuat akar kokoh batang kamboja. Bujurmu hening dan perihku kala itu, terlalu cepat tanpa meninggalkan pesan, hanya sebuah kesan mendalam..tentang betapa cintanya kau pada kami

     Entah ...saat ini aku ingin menulis surat untukmu, tersampaikan atau tidak...terbaca atau hanya menjadi penghias beranda, tapi aku tau kau disampingku saat tulisanku tercipta, kau juga tersenyum melambai kala aku hilang inspirasi. Dalam setiap raut rupa terselip mata yang sama, dalam rangkaian aksara ada aliran hati yang sama..  

Dear mas dik...

Sedikit do’a ku juga ku ulurkan pada surat ini, tenanglah kau disana, Dia mengamitmu dalam singgasana indahnya, benderang menyinari jalanmu, hingga gelap tak kau temukan..love you...tersampaikan salam dan peluk rindu untukmu....

Dari ku...adikmu

Rabu, 11 April 2012

puisi cinta

malu...
tak mampu sembunyikan raut muka yang bersemu
kala tiba rindu yang menderu

rikuh...
pada bulan sang pujaan 
setianya bintang pada langit menghitam

kelu...
pada angin yang selalu
sampaikan pesan mendayu

pada badai atau kemarau panjang
enggan aku bertanya pada penunggu kalbu

upaya ku jadi tanah biarkan
pijakan jejak saat melangkah,

upaya ku jadi telaga biru
biarkan indah untuk kau selami

upaya ku pulau pasir
biarkan sang riang mendesir
kala kau kunjungi

biarkan pemanis pada kecap rasa
menghilangkan hampa,
usahlah perih luka tergantung
pada kuncup hati, menjadi beban
pada mahkota

nikmati ini...
seperti gravitas yang enggan pergi
seperti, pagi..
kala kupandang lukisan romansa pelangi
terlalu indah ...
begitu indah...
hingga menjadi bingkai hasrat hati
yang disebut cinta

tentang aku dan DIA


kau pasti melihat, kedua mataku yang sembab...
aku memang menangis semalam,
isak tangis tak terelakkan...
bahkan aku tak mampu membendung aliran
beningnya...
mataku masih memerah sekarang,
masih terasa panas..
relung kalbu juga menjerit sampai detik ini
tapi..itu bukan karena kamu...
bukan tentang mu

itu, tentang peluapan perasaan..
pengaduan dan pengemis belas kasihan pada Tuhanku.
aku dalam genggamanNya, nafasku, kematianku...
kehendaknya, atas putaran roda, 
juga pembalikkan hati manusia 
aku percaya...
Dia bersedia mendengar perih hambanya

Tuhanku ...
mencintaiku, menyanyangiku..
hingga Dia menitipkan ladang ujian padaku.
Ijinkan aku sejenak "Bercinta" denganNya,
bermanja dipangkuanNya, dalam waktu
yang tak ada batas..

jangan melihat air mata ini,
jangan perdulikan sembabnya netra ini
ini hanya sebuah ekspresi
dalam penyambutan ujian yang diberiNya..
yakinlah aku baik-baik saja,
Dia ada didekatku, memperhatikanku..
tak lepas pandangan dariku...

Tuhanku ...
tak kan membiarkan keterpurukan dalam semua kesulitan,
dalam perwakilan perasaan aku percaya
engkaupun bisa melakukannya sama..
karena Tuhanku memperhatikannya...



Selasa, 10 April 2012

Saatnya berkata tentang indahnya kita...

Bila ciuman lembut itu tetesan air,
akan ku berikan luasnya hampar samudra padamu

Bila teduhnya pelukan itu sepucuk daun,
akan ku berikan rindahnya pohon untukmu

Bila cinta itu bagai planet diangkasa,
akan ku berikan seluruh cakrawala semesta padamu

Bila persahabatan itu adalah kehidupan,
akan kuberikan seluruh nya menjadi kepunyaanmu

dia ... sama... kamu


yang tetap sama adalah dia...
cara memandang wajah rindu
letih..lelah dan membisu

yang tetap sama adalah kamu...
berdiri terpaku,
diam dengan ribuah sahaja
menatap lepas...
tak berfana

kala pandangan mata
mencoba meraup segala yang terpampang
jelas...
berganti menjadi bias
dalam kerontangnya syahdu...
yang mengalun membiru

mungkin hari ini,
aku tak tau apa yang terjadi
dan kualami..
tapi satu hari nanti
semoga jadi ungkapan syukur
yang terdalam
dari cintaku 
pada indahnya hidup

aku untuk mu ...


Saat kau lepaskan aku..
ingat bagaimana perjuanganmu
mendapatkan ku
-----
Saat kau tak mencintai aku..
ingat pandang pertama
kala cinta itu menyapamu
-----
Saat bosan menggelayut manja di kalbumu..
ingat saat indah genggaman 
tangan pada penyatuan
-----
Saat kau mulai mendua..
bayangkan setiap kehadiranku
menantimu dengan setiaku
-----
Dan saat kau mulai dalam dustamu..
ingatlah aku pada jujur ucapku

******
maka kusimpulkan, atas segalanya
bahwa, rasakanlah betapa berharganya
cinta untukmu

Sapaan C I N T A


Jangan hadirkan cinta dengan sebuah paksaan,
karena cinta laksana benih..
meski hanya sejumput atau segenggam,
hanya akan tumbuh pada tanah pilihan.
Maka...
Mulailah taburkan benih-benih cinta itu
dalam ladang kesucian jiwa
dan sirami dengan air kasih suci 
niscaya tumbuh mekar dan abadi

Minggu, 08 April 2012

sepertiga resah....



bisa kah kau ampuni...

dari alpanya bunda
yang mungkin salah mengartikan 
tentang cinta

bisa kah kau pahami
dari ketidak pahaman
ayah tentang artinya sebuah rasa

serah
tentang senyawa hidup
anugerah jiwa yang terbelah
penyatuan iga yang menyerah

resah ...
kebaikan dusta
atau tulusnya dosa

tulis puisi
tentang tangis
gerimis 
hati miris

selaksa mendera
kala menghitung usia
semakin berada dijejak
waktu yang lama
...
semakin lama

ada...

legam rindu terbentuk
dari senyawa air mata yang tak dikenal
dalam serat pembuluh nadir darah
mengalir indah...
direlung kalbu menderu,
dalam musim hujan,
dan padamu aku berhutang
kehidupan yang mampu berserah
dalam pasrah...

maret










----
maret..
penyatuan
hujan dalam pelangi
dan pelangi dalam pelukan
hujan

Kamis, 05 April 2012

i miss you....


rindu ini seperti cerita sunyi
yang sederhana berbicara
bersembunyi dari balik syaraf
kenangan dan ingatan
kadang berwarna kadang tak ada

rindu itu aliran pilu
yang bermuara
dari entah...
pada hembus nafas dan hela nafas
yang tertuju pada satu masa

dan

kemudian...
berpulang menjadi sesak
yang menghimpit rongga dada

Rabu, 04 April 2012

buyarkan...


















hari semakin melagu diperataran waktu
memakan kisah demi kisah dari cipta
dalam sekat rindu yang sambat dan masih hangat
kala tawa, berganti tangis
kala ego mengulang kembali
simpulkan jabat tangan
dengan hampar dusta

ribuan tanya, mengawang
puluhan harap, mengimbas
pun..waktu titipkan
sang mungkin
yang segala dongeng sebelum tidur
tentang keajaiban dalam hidup bahagia selamanya

kita, masih menghafal mimpi
yang masih asing di seberang nyata
meski kita tau semua semu
menghalalkan hanya pilihan
makna yang lebih dari sekedar dosa

dan kita...nisankan saja semua,
amarah, kebencian, kepedihan,
juga kerinduan, dendam
dan yang terakhir
dari keadilan cinta.

temani aku...

mau...
temani aku disini,
memandang simpul dari sebuah senyum 
muncul dari langit
tanpa pesan
tanpa kesan yang dalam
buram...

mau...
duduk disini
dekatkan, rapatkan tubuh
temani membaca rindu
yang tercipta dari gigil rasa
di tepian sejatinya malam
tanpa secangkir teh 
penghangatnya

jangan jemu
saat terjaga bersamaku..
biarkan lenyap melumat mimpi
yang dihadirkan pada bayang palsu
yang tak semestinya hadir
pada ujung bibir

masihlah di sini, 
jangan pergi...
biarkan hening bersemayam di kening
merapalkan mantra dengan kata-kata
kerinduan yang gamang 
pada ucap selamat tinggal
atau juga sebuah sesal.

tak berkeluh...


apa pantas
menjejali seraya berkata
"sayang.."

ketika itu
larutku pada genangan peluh
di sebuah angkasa diawang-awang

(harap...tak berkeluh)