Kamis, 19 April 2012

...cerita antara minten, jarno, dia..dia..dan dia.















Siapa dia..dia dan juga dia,
ke tiga lelaki dewasa itu bersimpuh dalam jasad renta
yang terbujur kaku, dalam balutan kain putih bersih
sebelum masuk dalam keranda dan dibawa dengan usung
dan derap kaki shalawat ke tempat abadinya.
Mereka mengindahkan gengsi, melupakan jati diri
bahwa laki-laki pantang mengeluarkan air mata,
bukan untuk saat ini, dan bukan untuk kali ini.
Air mata mereka mungkin bukan hanya sekedar
air mata, asin, tak berwarna..
buat mereka itu adalah air mata berharga,
bahkan termahal dari kilauan permata, aliran dan
raungan yang terdengar dari mereka tak cukup menebus
berharganya dia (wanita renta, yang kusebut "minten")

Dia, sesederhana namanya "minten"
wanita renta yang berpasangan, namun sang suami tercinta lebih dulu
meninggalkannya dan ketiga jagoannya..
yach..ketiga lelaki dewasa itu jagoan minten
yang begitu dia cintai...
Jali, Agus, Rohman...itu mereka
mungkin Jagoan yang dimaksud adalah anak-anak minten,
jangan salah, mereka memang anak minten namun bukan
tercipta dari titik air suci minten dan suami, bukan
bernaung dirahim minten dan bukan keluar dari liang
sempurna minten..
ini awal kisahnya,

Minten dan Jarno, sepasang pengamen jalanan
dengan berjualan gending jawa, Jarno suami sekaligus partner
Minten, Jarno penabuh gendang dan Minten sinden yang cantik
begitulah tiap hari, mereka berjalan melewati toko,
parkir pasar, rumah,di ujung keramaian, yang
banyak pengunjung...sampai akhirnya pulang kerumah
dan bergabung kembali ke dalam ruang tempat tinggalnya.

Jali jagoan pertama, didapatnya dari seorang wanita cantik
dengan riasan menor. Yang semula berkata,"Bu, titip anakku sebentar ya.??"
katanya, dengan memberikan sebotol susu dan tas kecil.
sampai akhirnya sepucuk surat terselip di dalam tas
dan mengatakan, ambillah dia. wajah lucu Jali kala itu
meluluhkan hatinya, yang merindukan seorang bayi.
dibawanya serta si Jali dengan wajah berseri.
hanya kata, "Alhamdulillah, ya Alloh..."
Dendangan minten kini terdengar setiap malam,
buai merdu terdengar mengalun kala menina bobokkan
anak pemberian.

Hanya selisih beberapa tahun,
Kembali dia mendapatkan Agus, kali ini dari seorang lelaki
setengah baya, serta merta memberikan namun dengan satu syarat
"aku hanya menitipkan dia, suatu hari jika saya mengambilnya
berikanlah..."karena minten dan Jarno merindukan tangisan bayi
juga karena kerendahan hati, mereka menerima..
Agus jagoan kedua.

tak berselang lama beberapa bulan, sewaktu sang suami tercinta
mengamen sendiri, bukan pulang membawa sekantong uang, malah
di pelukannya dia mendapatkan bayi kecil..dan dia di beri nama
Rohman...

begitulah, ketiga jogoan mereka...tumbuh. menjadi dewasa,
sangat dewasa, dan tiba pada saat mereka menentukan pilihan..
masih ikhlas, minten menceritakan tentang mereka siapa mereka
ada penantian untuk mereka. Tapi...mereka
membendung air mata yang kini mengalir
menjadikan lautan permata persembahan buat si ibu.

Tuhan...keihklasan apa yang Dia berikan
telah menjadikan mereka hidup dan bernyawa,
menjadikan mereka sumber dari segala sumber..

dan cerita keihlasanya tak berhenti, menjadikan sumber
inspirasi, aku harus menulisnya, agar mereka bisa
memetik bahwa cerita ini nyata, bukan skenario, goresan pena semata
...cerita antara minten, jarno, dia..dia..dan dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar