aku sematkan engkau dibatas penantian terdalam
kurangkai pada sebuah sajak tak istimewa
saat aku bertanya pada bulan kala malam
tak satupun bintang menjawabnya
atau semilir angin menyapaikan pesan
sekali lagi, aku bertutur pada kabut di pagi hari
tak setitik embun pun bisa menyahut
menyapa pada hangat fajar menyelimuti
ada apa dengan sebuah rasa,
aku tak mau hilang, tak ingin berhenti pada peredaran
rasa itu lekat terkunci
dalam tempat istimewa yang bernama hati
rasa itu akan tetap terpatri
pada haribaan kalbu yang hakiki
sampai nanti,
mungkin sampai nafas terakhir terhenti
atau pada tempat pasrahku pada nadir takdir Illahi
padanya, sajak ini berkata
padanya, sajak biasa ini berbicara...
untuk sekerat jiwa yang merasa
semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar