Sabtu, 23 Mei 2015

Diam yang Terlupa


Diam yang Terlupa

menggenggam impian, kupikir akan membuatku menjadi seorang lelaki yang begitu tabah berada dalam sepi

terhempas gelombang debar luka
untuk kemudian menyudut mendiami sejuk airmata

: aku berharap kepedihan serupa pelukan

hangat

mengajarkanku tak limbung
terhanyut arus beku

Sebuah impian kupikir berupa pintu penuh cahaya
disisi-sisinya terukir bingkai senyummu dan warna mata yang aku sukai

Aku pikir, impian serupa sampan kecil di padang lautan bintang yang mengarungi malam untuk membaca sajak-sajak bulan
kita begitu bahagia menjadi sepasang bintang paling terang yang jatuh di taman paling sunyi

kita pun sepakat untuk membuat puisi untuk esok dan pagi yang sama-sama kita cintai

kupikir impian adalah huruf-hurufku
bait syair syahdu prosaku

juga rahasia degup jantungku

Aku pikir impian tak lebih dari sebuah kepergian
kepada airmata jatuh melambat
di sunyinya pemakaman sederhana

kepergianku

-SAS-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar