setengah berlari,
diantara rumpun-rumpun yang tumbuh subur diberanda jiwa
setengah berlari,
kusingkirkan pagi agar menjauh
secepat pula menggapai matahari
setengah berlari,
saat keangkuhan fajar membuat menggigil kaku
diatas nurani yang terdiam
setengah berlari,
ketika tiupan angin menghanyutkan
dan kemudian menerbangkan
namun terhenti seketika, saat sisi jurang kebahagiaan
yang telah DIA ciptakan menjadi penggalan luka yang
telah disandarkan.
lembut...
kemudian aku yang tak sungkan melukis sebentuk rupa
melalui cermin pantulan dari bias raga
sesungguhnya,
tak bisa menghindari apa yang telah menjadi kehendak-NYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar