Jumat, 30 November 2012

MEMBACA KEMBALI ALUR YANG HILANG




membaca kembali alur yang hilang,
yang merubah tawa menjadi derai air mata
menanti dan terus menanti

nama itu kuselipkan dalam kabut
yang pernah singgah di antara lelah dan resah

nama itu kutitipkan pada garis senyum sang embun
di singgasana yang bertahta bernama rerumputan

nama itu tergores di lembaran suci yang kutangisi
dalam pelukannya yang mengusik jiwa

nama itu kadang menjadi bintang
yang dengannya memberi kedamaian

bisikkan maafku mengatas namaimu,
disegala arti yang kau singgahi
aku sendiri..

membaca kembali alur yang hilang,
mencoba melukis senyum di kanvas matahari 
dan menarik kembali embun yang berbisik

: kau begitu berarti meski jemarimu berhenti menulis puisi

1 komentar: