membaca kembali alur yang hilang,
yang merubah tawa menjadi derai air mata
menanti dan terus menanti
nama itu kuselipkan dalam kabut
yang pernah singgah di antara lelah dan resah
nama itu kutitipkan pada garis senyum sang embun
di singgasana yang bertahta bernama rerumputan
nama itu tergores di lembaran suci yang kutangisi
dalam pelukannya yang mengusik jiwa
nama itu kadang menjadi bintang
yang dengannya memberi kedamaian
bisikkan maafku mengatas namaimu,
disegala arti yang kau singgahi
aku sendiri..
membaca kembali alur yang hilang,
mencoba melukis senyum di kanvas matahari
dan menarik kembali embun yang berbisik
: kau begitu berarti meski jemarimu berhenti menulis puisi
darimana dapet inspirasinya mbak? aku suka bgt puisi2nya...
BalasHapus