seperti aku memandang
begitupun detik menyatakan
aku berbaring
ditepi jalan yang mengering
mencoba melukis kembali
lukisan inggatan yang tak pernah kembali
yang pernah melebur, pupus
di balik bibirku yang basah
warna kesedihan menjadi warna hitam
ia telah melingkar dalam rona lentik mata
warna cinta menjadi warna merona
yang membakar pipi saat aku menyebut namanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar