perempuanku,
ketika sebutir air mata jatuh
diantara lipatan telapak tanganku
seolah mengendaplah seluruh aliran darah
dalam tulus seperti jiwa luluh
entah...
bagaimana lagi kupuisikan kembali,
hujan, atau embunkah aku mengawali
atau kubiarkan saja aksaraku larut
tanpa satu makna yang tereja
perempuanku..
maaf, atas kesedihan yang kuciptakan
pada air mata yang kau teteskan
pada rindu yang kusandarkan
pada nyanyian malam yang kudengungkan
dimana aku bisa menatapmu,
kapan lagi aku menyebut namamu,
dari sudut mana warna jiwa kutemui lagi
kini, dihampar samudra aku mengucap rindu,
biarkan riak gelombang menyentuhku,
sepasang camar menyampaikan pesan
dan angin tenggara mendamaikan
aku rindu, aku rindu pada perempuanku
yang mengulang menjadi mimpi dalam bayangan
aku rindu pada pemahaman cinta
aku rindu pada senandungnya
Ya tuhan..
garis ini Kau yang telah suratkan
dan aku jatuh pada keindahan, keihlasan
dalam persembahan cinta pada perempuanku,
yang telah kau miliki di surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar