Masih tak ada hujan dan rindupun merambat pelan.Sepertinya dia bersembunyi disayap-sayap peri,
acap kali kudengar harmoni dalam dentingan nama, dalam panjatan sajak berirama.
Seperti kerjapan senja disisi kepalsuan puja. Sisa dari kerinduan pun meredup, tak ada cahaya yang menjemput
Kau tau?? mengapa aku masih menatap hujan, meski dia tak datang. Sebab yang kurindu hanya percikan.
Bagaimana iya menciptakan kesejukan, bagaimana dia memberi aroma khas yang pada apapun tak lepas.
Disinilah, tempat dimana sebuah rasa bahagia, karena cukup dengan sebuah tawa, dan dekapan
hangat mengalir diantara jiwa yang menggigil.
Berterbanglah kerinduanku bagi seekor kupu, tanpa kepakan suara yang terdengar. Dalam senyum tergores tak bersuara,
Patahlah reranting rindu mengajak sang hujan, bermain maya dibalik terik fatamorgana.
Menarilah, ada yang ingin kurahasiakan tentang tulisanku, yang tak bersuara tak cukup terlihat, namun ada dan tiadanya
bagian rindu selalu kubawa serta.
Takkan berdusta, berharap bahwa kidungku menjelma menjadi semerbak aroma hujan yang kurindukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar