Selasa, 18 Juni 2013

Lembar untuk kekasihku

ini adalah lembar surat untuknya yang disampaikan angin,
dimana aku tak sempat menyampaikan padanya

kita berdua laksana sepasang manusia renta
tertatih, berjalan bergenggaman
mengikuti gemertak langit dan rembulan
hingga redup di kelam sang singgasana fajar

berdua kita menapaki pelan arah langit
menghimpun kalimat-kalimat angin di lembah
padang-padang gandum

takdirku kini berada lekat dihatimu
bahwa disetiap detak jantung adalah laku jalan gerak bintang kesaksian
takdirku kini menari di lingkar cahaya ketidak mampuanku
...
"entah, entah lah.."
aku enggan gundah, biarkan aku mengadu ihklas pada desah nafas yang kau hembuskan
biarkan aku terpaku membawa lembaran risalah yang tak bisa engkau maknai

untukmu,
berapa lagi kurangkum kalimat-kalimat sederhanaku, seperti kesederhanaan
insan dibarisan mega menyaksikan lembutnya bayu menggugurkan dedaunan

ahhh..
wajah rembulan, lewat selembar surat ini,
saksikanlah kesungguhan yang dikatakan hati
bahwa langitku kina enggan berbintang.


prosa terakhir kutulis
halaman terakhir lembar beradiasi
ah...
kamu majas dan aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar