Lalu membacanya seperti sebuah sabda bumi,
dan malam telah menyediakan serahim subur untuk pengaduan
Kisah itu dimulai dari satu malam
Dia menyimpan semangat kita yang enggan padam
Membiarkan kata-kata menjadi nada-nada indah meninabobokan
Gugusan aksara dan bintang bertabur di lembar langit yang semakin renta
Kita di sana (tunjuk satu bintang yang jatuh tak sengaja)
Mencari awalan cerita untuk ditulis didalam sebuah kata.
Merebahkan dada pada keheningan dan mengantarku pada rasa percaya
"Engkau esok yang membawa kisah baru untuk diseru" jelasmu
"Kita tak kalah bukan? dan kau tak mengalah bukan?" kupastikan itu
Aku,.. aku telah terlanjur mengirimkan sajak pada semesta
Di satu ruang sepi yang menjadikanku alkisah, hanya itu hanya cinta.
Aku jadikan untuk ruh impian pijakan senyum tak berjarak dari tatap yang sama kepada matahari
Bersandinglah sebelum puisi kusimpan dimataku, kuciumi aromanya lalu kuterbangkan impiannya
Biarkan satu persatu kepak-kepaknya mencapai mahligai langit berdenyut mengisi napasku
Aku mengerti bergandeng bersisi adalah senyum yang begitu roman kita kutip dari buku hati
"Boleh ku ucapkan puisi untuk matamu?" kau lembut menatapku
"Aku sudah ada didalamnya, sejak pertemuan pertama itu"
Berjelaga
Dan telah kuhalau butir debu berkali-kali di matamu
Khayalku sejelmamu
Pegang aku...puanku
Kamis, 24 Oktober 2013
CENGKRAMA PAGI
Dan kutemui pagi
Pada kibas gerai rambut basah perempuan lugu
Menyunting tatapan dari bilik embun
Yang merangkul manja diujung melati
Semalam aku begitu damai
Menyalakan ribuan bintang di dua retina miliknnya
Damai, menelisik antara kedip mata
Damai pada ucapnya, "aku sayang Mama"
Tiada yang dapat Engkau ambil dariku
Apapun itu
Tak ada yang mumpuni selain harapan
Juga ini, Cinta...
Yang sedemikian sederhana
"Telah kita ciptakan surga antara ego,
kelembutan sekaligus kesetiaan"
Pada kibas gerai rambut basah perempuan lugu
Menyunting tatapan dari bilik embun
Yang merangkul manja diujung melati
Semalam aku begitu damai
Menyalakan ribuan bintang di dua retina miliknnya
Damai, menelisik antara kedip mata
Damai pada ucapnya, "aku sayang Mama"
Tiada yang dapat Engkau ambil dariku
Apapun itu
Tak ada yang mumpuni selain harapan
Juga ini, Cinta...
Yang sedemikian sederhana
"Telah kita ciptakan surga antara ego,
kelembutan sekaligus kesetiaan"
KAU DISINI .....
Kau di sini
Aku menghilang
Kau menetap
Dan aku kembali pulang
Seperti pori
Dinding dinding merekam
Langit langit menguntit percakapan
Gema taburkan ingatan, sedikit kenangan
Kau di sini
Aku menghilang
Kau menetap
Dan aku kembali pulang
Seperti sepi
Menganyam seribu memori
Mengharap hujan tak berhenti
Malam sendiri bulan merapat mati
Kau di sini
Dan aku kembali pulang
Menjadi tempat ternyaman selimuti hati
Aku menghilang
Kau menetap
Dan aku kembali pulang
Seperti pori
Dinding dinding merekam
Langit langit menguntit percakapan
Gema taburkan ingatan, sedikit kenangan
Kau di sini
Aku menghilang
Kau menetap
Dan aku kembali pulang
Seperti sepi
Menganyam seribu memori
Mengharap hujan tak berhenti
Malam sendiri bulan merapat mati
Kau di sini
Dan aku kembali pulang
Menjadi tempat ternyaman selimuti hati
YANG TELAH MEMINTA
Dan bila,
Telah ada dalam tubuhku
Cipta dari rusuk keabadian
Aku tahu, pertemuan itu sebuah persinggahan sementara
Yang lambat merapuh, lunglai kemudian jatuh terhuyung
Sampai memfana di jalan waktu
Kemarin aku menjadi perempuan penunggu satu musim yang tak lelah menumpahkan gerimis
bahkan kemarin aku juga menjadi separoh dari pelangi yang bermisteri
"Lalu apa kau masih mencintainya?" seorang pria bertanya
Aku menyebutmu buku, lembaran dari sebuah catatan sunyi
Aku menyebutmu airmata yang tumpah dari sedu sedan sesal
Dan
Aku menyebutmu masa lalu
Kemudian pria bertanya itu, memegang tangan perempuan itu
mengajaknya menghitung terbit matahari
"Hiduplah bersamaku" ujarnya.
Telah ada dalam tubuhku
Cipta dari rusuk keabadian
Aku tahu, pertemuan itu sebuah persinggahan sementara
Yang lambat merapuh, lunglai kemudian jatuh terhuyung
Sampai memfana di jalan waktu
Kemarin aku menjadi perempuan penunggu satu musim yang tak lelah menumpahkan gerimis
bahkan kemarin aku juga menjadi separoh dari pelangi yang bermisteri
"Lalu apa kau masih mencintainya?" seorang pria bertanya
Aku menyebutmu buku, lembaran dari sebuah catatan sunyi
Aku menyebutmu airmata yang tumpah dari sedu sedan sesal
Dan
Aku menyebutmu masa lalu
Kemudian pria bertanya itu, memegang tangan perempuan itu
mengajaknya menghitung terbit matahari
"Hiduplah bersamaku" ujarnya.
BERCERITALAH AKU
Berceritalah aku
Tentang dirinya
Keangkuhan
Tentang suara
Batin
Tentang satu masa
Mendewasa
Kemarin dan hari ini
Adalah persamaan dua wajah yang membawa ku pada satu pilihan
Sama-sama menemukan satu awalan yang sama untuk memulai satu cerita
Adalah ikatan suatu ingatan panjang dari rindu dan detak waktu
Berceritalah aku
Tentang kehadiran yang kumulai dari satu pejaman
Berkata, meminta pada-Nya
"Takdirkan dengannya"
Dan daun-daun jati saling bersentuhan
Menyematkan setiap pinta yang kutujukan
Tentang dirinya
Keangkuhan
Tentang suara
Batin
Tentang satu masa
Mendewasa
Kemarin dan hari ini
Adalah persamaan dua wajah yang membawa ku pada satu pilihan
Sama-sama menemukan satu awalan yang sama untuk memulai satu cerita
Adalah ikatan suatu ingatan panjang dari rindu dan detak waktu
Berceritalah aku
Tentang kehadiran yang kumulai dari satu pejaman
Berkata, meminta pada-Nya
"Takdirkan dengannya"
Dan daun-daun jati saling bersentuhan
Menyematkan setiap pinta yang kutujukan
Langganan:
Postingan (Atom)