Kamis, 24 Oktober 2013

PEGANG AKU, PUANKU

Lalu membacanya seperti sebuah sabda bumi,
dan malam telah menyediakan serahim subur untuk pengaduan

Kisah itu dimulai dari satu malam
Dia menyimpan semangat kita yang enggan padam
Membiarkan kata-kata menjadi nada-nada indah meninabobokan
Gugusan aksara dan bintang bertabur di lembar langit yang semakin renta

Kita di sana (tunjuk satu bintang yang jatuh tak sengaja)

Mencari awalan cerita untuk ditulis didalam sebuah kata.
Merebahkan dada pada keheningan dan mengantarku pada rasa percaya

"Engkau esok yang membawa kisah baru untuk diseru" jelasmu

"Kita tak kalah bukan? dan kau tak mengalah bukan?" kupastikan itu

Aku,.. aku telah terlanjur mengirimkan sajak pada semesta
Di satu ruang sepi yang menjadikanku alkisah, hanya itu hanya cinta.

Aku jadikan untuk ruh impian pijakan senyum tak berjarak dari tatap yang sama kepada matahari

Bersandinglah sebelum puisi kusimpan dimataku, kuciumi aromanya lalu kuterbangkan impiannya
Biarkan satu persatu kepak-kepaknya mencapai mahligai langit berdenyut mengisi napasku

Aku mengerti bergandeng bersisi adalah senyum yang begitu roman kita kutip dari buku hati
"Boleh ku ucapkan puisi untuk matamu?" kau lembut menatapku
"Aku sudah ada didalamnya, sejak pertemuan pertama itu"

Berjelaga
Dan telah kuhalau butir debu berkali-kali di matamu
Khayalku sejelmamu
Pegang aku...puanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar