Rabu, 23 April 2014

Ini hidup, Kiya!

baiklah, Kiya
aku terlalu letih untuk menjawab semua pertanyaanmu
hujan yang terlambat datang, gerimis yang terlalu singkat turun ke bui, tentang pelangi, belum lagi tentang senja yang berwarna merah saga..

kau ingat Kiya,
bagaimana aku pertama menyawapa dengan rupa asliku,
bukan rupa yang sejurus dengan penipu
dan kau tau agaimana ekspresi yang kau berikan kala itu...
hahaha....satu alismu kau angkat apik, simpul heranmu.

Kiya, kau hebat
layaknya penulis diksi, kau bersembunyi disisi pelarianmu atau pencarianmu,
kau hebat, begitu eksentrik bahkan menarik,
kau penulis yang membangun duniamu sendiri
belahan yang begitu membuatku takjub
meski aku berangsur melihat kotak pembuanganmu
ya...rasa sedihmu

kau ingat Kiya, ketika tangisan pertamamu pecah,
tangisan itu adalah kekahwatiranmu.
dan aku menyarankan,..
berlarilah kearah hujan, rasakan bagaimana hujan menyapu air matamu dan biarkan tubuhmu basah karena itu
seperti hujan memelukmu pekat sepekat pelukan sayang kekasihmu.

baiklah Ki,
sekarang kita bersulang atas kenikmatan hidup.
hidup untuk menyayangi dan disayangi, hidup untuk bahagia dan membahagiakan
dan kita butuh alasan untuk itu...
Sangat simple, Tuhan mendatangan mereka untuk alasan yang baik
taruh saja sebuah kalimat..
"Tuhan pasti menyayangiku.."
dan sepenggal hidup adalah seperti sebuah dlama dan kau adalah pemeran kehidupanmu sendiri
dimasa datang, dimana masa yang telah menjanjikan...
dan Tuhan menjamin itu, kiya.

Baiklah, Kiya
singkatnya.
Yakin pasti Tuhan menggenggammu.!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar