Suma Aji Swasana feat Mahadiba
Tentang daun pagi yang kau nanti
tentunya tentang bulan yang menipis di pinggir mataku
Angin penyingkap kabut
biar saling bertepukan tanpa harus mengerti
keraguan gugurnya gerimis yang terjatuh,
jauh dibelakang ranting rapuh
Tak lebih,
kita hanya sepasang mata dengan warna ketabahan yang sama
berdiri terjal dilorong jendela
mengurai lugu cerita-cerita hujan
Pias yang melayang sebelum terhampar dipipi daun
mungkin mewakili jumlah degup yang ada
seperti lebatnya lamunanku
menjaring berat sepi
Aku menulis puisi
kau menjelma kata
salur bayangmu menyiksa manis
sederas arus bisuku
Rebah,
rebahlah gundah di sisi kerinduan
pada sakit yang tertahan
pada bibir yang beku tak bisa mengucap
tak lebih kita menjelma
aku pada sepasang rahasia
dan engkai di tempat yang begitu rahasia
Kata-kata adalah hujan
puisi adalah daun berguguran
cerita adalah gerimis yang tertahan
seperti air mata...
Kapan kita menyelesaikan?
Biarkan redup menggulung tulisan kusam
kepada debar, kepada denyut yang bergitu berharga
mungkin kepada mimpi yang tak terkabar
Kau tak perlu khawatir dimana akhir ceritanya...
Kediri, Semusim Kali ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar