Hidup ini memang tentang meninggalkan dan ditinggalkan
Akan ada cara dimana bisa lepas sekuat genggamanmu.
Yup....
Seperti perempuan pada satu taman
Begitu tabah merayakan kehilangan
Bukan dengan lontaran kembang api,
atau menerbangkan balon-balon ke udara..
"Aku terlalu letih, pada asa yang senantiasa kucari lekuk sempurnanya,
Dimana lekuk terindah sebuah cinta bersembunyi?
Dipuisinya, didalam dompetnya atau dilemari tempat dia menyimpan kemejanya?"
Tapi nek, bukankah itu sebuah kesetiaan?
tanya seorang gadis muda
Iya, kesetiaan yang tak cukup berani dikatakan
Berharap memiliki keberanian untuk menjelaskan,
bahwa sesungguhnya mencintainya lebih takut untuk suatu kehilangan dirinya.
Gadis itu menggenggam tangan perempuan itu renta itu.
Ada yang membuatku gemetar.
"Entah berapa puluh tahun lagi aku bisa
membaca sebuah kesetiaan,
Ketulusan yang kerap ditulisnya
tersimpan rapi disebuah kotak kayu ukiran", gumamnya dalam hati
Mau diapakan ini, nek.... kata gadis itu
membawa kotak kayu berukir
Mata perempuan itu menerawang,
Aku sanggup bertahan, meski mungkin nanti satu kepak akan menyeretku kedalam takdir. Kemarin dan hari tadi aku telah memintal aksara tanpa jemu, memilih sajak-sajak tilawahku.
Dan akhirnya kerapuhankulah yang bebas menari bersama keangkuhanku sendiri"
Jadi ambilah.
Buka dan bacalah.
Aku akan mengukirnya pada karang-karang dipantai,
pada batang pohon jati, berharap suatu nanti akan terbaca dan abadi
***
Ada hari dimana engkau akan sendirian
Mendekap bayang nun jauh berjalan
kadang gaduh
Kadang menangis
Kadang tertawa
membuncah, menulikan pekak telinga
Lantas, kau tak melihat airmata mengapung dikelopak mata..
Seperti mendekap siapa, aku lumpuh
Seperti menggandeng, aku hilang
Seperti memeluk, aku lenyap
Kini,Ketika rindu menjadi tajam
Bibirku akan membiru
Kelak kulit ku menggembur
Dan cekung mata menjadi lebar
Aku hanya sepenggal kisah
yang tak bertuan.
* satu lembar puisi yang nenek simpan
Tertanda, DIBA
Akan ada cara dimana bisa lepas sekuat genggamanmu.
Yup....
Seperti perempuan pada satu taman
Begitu tabah merayakan kehilangan
Bukan dengan lontaran kembang api,
atau menerbangkan balon-balon ke udara..
"Aku terlalu letih, pada asa yang senantiasa kucari lekuk sempurnanya,
Dimana lekuk terindah sebuah cinta bersembunyi?
Dipuisinya, didalam dompetnya atau dilemari tempat dia menyimpan kemejanya?"
Tapi nek, bukankah itu sebuah kesetiaan?
tanya seorang gadis muda
Iya, kesetiaan yang tak cukup berani dikatakan
Berharap memiliki keberanian untuk menjelaskan,
bahwa sesungguhnya mencintainya lebih takut untuk suatu kehilangan dirinya.
Gadis itu menggenggam tangan perempuan itu renta itu.
Ada yang membuatku gemetar.
"Entah berapa puluh tahun lagi aku bisa
membaca sebuah kesetiaan,
Ketulusan yang kerap ditulisnya
tersimpan rapi disebuah kotak kayu ukiran", gumamnya dalam hati
Mau diapakan ini, nek.... kata gadis itu
membawa kotak kayu berukir
Mata perempuan itu menerawang,
Aku sanggup bertahan, meski mungkin nanti satu kepak akan menyeretku kedalam takdir. Kemarin dan hari tadi aku telah memintal aksara tanpa jemu, memilih sajak-sajak tilawahku.
Dan akhirnya kerapuhankulah yang bebas menari bersama keangkuhanku sendiri"
Jadi ambilah.
Buka dan bacalah.
Aku akan mengukirnya pada karang-karang dipantai,
pada batang pohon jati, berharap suatu nanti akan terbaca dan abadi
***
Ada hari dimana engkau akan sendirian
Mendekap bayang nun jauh berjalan
kadang gaduh
Kadang menangis
Kadang tertawa
membuncah, menulikan pekak telinga
Lantas, kau tak melihat airmata mengapung dikelopak mata..
Seperti mendekap siapa, aku lumpuh
Seperti menggandeng, aku hilang
Seperti memeluk, aku lenyap
Kini,Ketika rindu menjadi tajam
Bibirku akan membiru
Kelak kulit ku menggembur
Dan cekung mata menjadi lebar
Aku hanya sepenggal kisah
yang tak bertuan.
* satu lembar puisi yang nenek simpan
Tertanda, DIBA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar