Jumat, 31 Agustus 2012

Kepada perempuanku..aku berlagu


Dan tak kala perempuanku membisu
wajahnya menyimpan beberapa tanya
Katakanlah meski hanya desah yang bersuara
Kembali bibirnya terkatup..

Aku menyayangimu juga menyayanginya..
Sebuah rasa yang terpasung dalam ikatan takdir
Tentang janji-janji yang terurai pada birunya langit
Tentang dermaga yang menanti perahu di tiap layarnya
Tentang bias jingga yang siap kita tatap pada setengah waktu yang tersisa

Kau telah menjadikanku puisi-puisi bermakna
Karena engkaulah perempuanku...
Nyanyian keikhlasan kusyairkan untuk menyentuh jiwa dalam rengkuhanku
Meski hanya sebatas fana...hanya separuh nafas dalam aliran darah yang tersisa

kekasihku....


aku tak pernah buta, apalagi membutakan sepasang netra ini untuk melihatmu. aku tak pernah tuli, bahkan pula untuk menulikan sepasang pendengar dari suara-suara jiwamu.

tataplah senja, biarkan mimpi yang menghapus kegelisahan yang menderaku, menghanguskan ladang kebencian dalam ribuan tanyaku.

ketahuilah kekasihku...

meski tak sempat aku mendengar jawaban bintang yang selalu kutanyakan,
namun biarkan sebagian tertuliskan pada bait-bait aksara yang tak bernama.

aku tertunduk pada lembaran rindu yang tak kupahami.

Rahasiakan cinta



bahwa pada saat berdiri dipusara malam.
saat semua penghuni bumi terlelap.
tak akan ku ingkari
meski purnama hilang kebesarannya,
meski matahari mengkerakkan bumi

untuk kita,
yang pernah menyulam air mata menjadi
hamparan samudra
yang kadang pernah menyadari
lentera itu tak selamanya menyala

akan kulampiaskan senandung hasrat
pada kesaksian fana.

padamu..
ini kuasaku bait-bait sajakku
tak kuingkari jeda pada kalimat sendu dan rindu
tak kutampik ucapnya aksaraku pada kesetiann cinta.
karena dia yang telah memintal rahasia yang maha rahasia.

aksaraku adalah bisikan yang tak bersuara.

Rabu, 29 Agustus 2012

Kau dan keabadianku


ketika nanti cinta akan kembali menyapamu kembali, entah nanti atau esok nanti
ketika itu pula kau lepaskan jemari ini...

kau dan keabadianku,
yang menjadikan tulisan-tulisan puisiku...

***

Nyanyian surga, dendangkan sepenggal kata ini,

" Jika sisa jalan yang kulalui menuju ke tempat yang salah dan jemarimu telah melepaskanku,  biarkan tangan tuhan yang mengamitku untuk menempatkan kebenarannya"

***
kau bisa membacanya dengan tanpa redup nyala pijarmu.

Malaikat telah menyuntingmu


malaikat itu telah mempersuntingmu, dengan tanpa menyisakan hembusan nafas lagi.
membiarkanmu bermandikan air hujan, lalu kemudian mengering dengan sinar tajam matahari bersinar.
kembalinya ruh suci yang berkibar di keabadian,
seksama meninggalkan kefanaan membekasnya jejak pengakuan
dari kebaikan atau bahkan kebalikan.

sebenarnya,  ketika cinta yang akan meninggalkan dia akan mengisyaratkan.

ini antara Cinta dan dia


dan akan kubiarkan cinta menyembunyikan dirinya,
menyembunyikan ketakutannya,
menyembunyikan kesempurnaan hidup.

dan tetap akan kubiarkan langit gelap tetap
menanti rintihan hujan
perang antara golak dalam ruang pendambaan

dan masih akan kubiarkan dia lambat menenggelamkan perasaan
untuk sebuah kejujuran hati,
namun tak akan kusapu bersih sebuah perasaan pada musim ini.

tak kan gugur penyesalan yang mengering bersama sekuntum air mata

Cintalah simbol keagungannya


Isyarat itulah yang mengembalikan pada kekuatan
yang bermula tanpa adanya warna dan hampa
sebelum semuanya kembali menjadi tiada,
tak kan kuingkar dalam pejaman mata..

bahwa cintalah simbol keagungannya

Biarkan hanya mencintaimu


padamu...
ini persembahan syair senandungku
untukmu..
saat denting lagu
tak kau dengar alunan merdu
namun selalu ku lantunkan dalam melodi rindu

padamu...
ini uraikan sajak terakhirku
untukmu..
hening telah membawa perihku
memaknaimu
namun kaulah pelabuhan hatdalam pilu dan sepi

padamu...
ini cerita sunyi
untukmu
yang tertata indah dalam uraian kisah
yang terbawa desir angin dan sejuk oleh rinai hujan
yang ku bawa dari simpuh rasa kalbuku

biarkan hanya yang mencintaimu.

Begitu sungguh merindu

engkau barisan rindu
yang tak berjejak
namun pasti meninggalkanku
bayangmu seakan tertulis disanubari
mengekang dan mengikat
pada rongga hati yang mencuat

telah lama aku menguntai perih
menapak setiap jenggal jalan yang kau lalui
telah lama aku meredam pilu
pada hadir nyata tawa dan senyummu

ya tuhan...
jika mampu kulanjutkan sepotong kisah tak berjudul ini
biarkan embun yang menyejukkan nanti.

begitu sungguh merindu

Senin, 27 Agustus 2012

CINTA TAK AKAN MATI


Bahkan biarkan suara yang tak terbaca

atau tanya yang tak pernah terjawab

Cinta tak akan mati bahkan rindu ini

tak akan mati meski ribuan pedang tersembunyi

tak akan gugur walaupun dihunus ribuan kali.

SEPUCUK RANGKAIAN AKSARA YANG TAK TERTATA


sepucuk rangkaian aksara yang tak tertata
terselip di antara bias fatamorgana
terkadang menyilaukan
bahkan juga hilang membias bersama senja yang datang

sepucuk saja rangkaian aksara yang tak tertata
menjadi penghujung rasa,
tentang cinta, penghargaan jiwa
bahkan juga rahasia yang masih menjadi rahasia

sepucuk saja rangkaian aksara yang tak tertata
ku sebut sebagai perjalanan
dari langkah tertatih, terseok bahkan tersungkur
ternyata masih saja berjalan di atasnya

dalam sepucuk rangkaian aksara yang tak tertata
mungkin menjadi saksi
dalam tangisan ini atau bahkan terpingkal tawa ini
sesungguhnya memang masih untuk dinikmati

meski hitam menemani,
dalam hujan tersembunyi
kelak..
akan kuabadikan kisah aksaraku ini.

Berbahagialah kasih dan elegi kisah tersimpan.


Kasih dan elegi kisah dalam coretan dinding dingin.
Kasih dan yang telah menguatkan, merundukkan batin ini
hingga tak perlu kau menatap kembali surya yang berpijar
hanya untuk hangatkan detak jantung dalam kebekuan.

Kasih yang tertuai dalam ribuan tawa,
hingga hilang saat telah larut, terbawa terbang bagai awan bersayap.
Menjelma menjadi tundukan kepala dan iringan doa.

Berbahagialah kasih dan elegi kisah tersimpan.

TUHAN


TUHAN dengarkan lagi..
Dalam telinga umatmu
Aku tetap debu yang menunggu hembus angin

Aku masih rinai hujan
Seperti apapun kemarau mengeringkan
Aku dan ketenangan
Masih menginginkannya

DIA

Jika masih ada embun yang menetes
Biarkan aku dengan ibadahku untuk-MU
Sebelum fajar tak menyingsing kembali
Sebelum malam tak berganti pagi

Kan kusempurnakan arti ladang tandusku
Kutata ulang setiap persimpangan jalan yang terlewati
Kusucikan pilihan hati
Dan kusederhanakan kembali segala pinta itu
 
Pinjamkan satu hari lagi untukku

Di mana Engkau Kekasihku?



Di mana engkau sang kekasihku?
Apakah kau masih setia menantiku di meja makan,
menanti sarapan yang kusajikan

Di mana engkau sang kekasihku?
Ataukah kau berada di sebuah taman,
yang biasa kita mengulas masalah kehidupan dan ikatan

Di mana engkau sang kekasihku?
Apakah kau berada di sebuah kamar dengan wewangian
dan menyembunyikan, membenamkan tubuhmu dalam selimut tebal

Di mana engkau sang kekasihku?
Yang pada akhirnya penantian abadi di sebuah bilik suci dengan bentangan sajadah panjang
memimpin setiap jenjang do'a puja yang dilantunkan

Bahwa aku sang pendamba bulu perindu


istirahatlah...
ketika gerimis penuhi wajah
kala dingin mengilukan tulang
juga gejolak kisah tenggelamkan purnama
sang perempuan menantimu setia

terpaku pada sketsa lensa mata
saat pertemuan senja memenuhi cakrawala
diam...berkemas tinggalkan lintas bayangan
dan rinai gerimis undang gelapnya malam

menghitung ribuan bintang sendiri
seperti menanti musim tak berganti
hilangkan jejak yang terselip di ujung waktu
...
dan diamku sekali lagi
menunggui malam berubah warna kembali

kau mungkin tak mengenal apalagi mengira
bahwa aku sang pendamba bulu perindu
penyimpan cinta tak bersyarat
memekarkan kuntum-kuntum bunga bermekaran
ditaman jutaan hati...

dan...

saat mengukir namaku di sudut sepimu
ingatkan kau pada catatan senja
yang terselip rapi di berkas kertas dan pena
memandang jelas punggung yang hilang
bersama munculnya senja kembali
namun tak tertinggal senyum pada
pijar indah matamu

MEMUJAMU TANPA SYARAT

Jika tak keberatan, biarkan aku dan tirakatku menguntai dalam bulir-bulir suara yang menerangkan suara panjatan do'a.

Jika kau ijinkan, puisi dan aku adalah suara terakhirku, sebelum tak sempat aku mengeja ayat yang memerlukan jawab.

Jika kau perbolehkan , akan kutafsirkan cinta yang bersemu, akan ku bekukan rindu yang tabah, bersandar pada rasa yang lelah

Dan nanti jika sepanjang malam, belum sempat kulayarkan bentangan mimpi yang telah kuciptakan, aku akan menggubah setiap alinia, menjadi sepenggal kisah yang tak pernah lelah bermain makna.

Hanya itu yang bisa kukira, semoga di setiap gubahanku ada penantian yang masih setia.

Aku memujamu tanpa syarat, namun aku telah mengisyaratkan hati atas nama cinta.
Padamu..padamu dan setia yang berujung rindu

MERASA RINDU


Jika kau sakit hari ini,
tentang sesaknya merasakan rindu
biarkan saja..
kemudian, kita arungi puluhan hari bersama
menulis aksara itu...

Jumat, 03 Agustus 2012

ANDAI AKU BISA



aku menemukanmu cinta
diantara puing nestapa yang tertinggal
aku menemukanmu rasa
setelah kau bawa terbang semuanya

kita punya kenangan istimewa
punya sejuta impian yang entah kapan kita wujudkan
kamu tau...
kita hanyalah sepasang burung dari kertas
yang indah untuk dipegang dan melebur pada waktu yang ditentukan

aku menemukanmu cinta
yang merambat pelan seperti denyut perasaan
dan 
aku telah memaknaimu teramat dalam
seperti setiap kata dalam syair yang kugoreskan

begitulah cara mencintaimu
sederhana dan penuh keheningan