Aku pernah menceritakan bagaimana kisah yang diukir dari ketidak tahuan, dari ketidaksengajaan di temukan dan menemukan, sampai akhirnya pada suatu ketika dimana kejujuran atas semua dusta yang menganga menjadi satu pilihan.
Aku pernah bercerita tentang satu nama "Dia" tanpa penutup mata, tanpa basa basi, juga tanpa sekat yang kuberi isyarat purnama.
Aku pernah menemukan satu puisi di sebuah taman kecil penuh bunga, dengan awal percakapan "hai"
aku menemukan satu pena yang tergeletak disisi sebuah puisi indah, ...
kukagumi dia, dengan tak segan-segan aku berkata "sukaaaaaaaaa"
Hmmm....disebuah gerimis itu pula saksi kita menulis sebuah puisi, aku di sebuha kota sunyi katamu, dan kau menatap purnama di dalam jendela...
Ya...kamu, dan pasti kamu...ini satu puisi yang kusuka darimu.
Kebo,
Disuatu Taman, Aku dan Gerimis
aku menemukan sepi
bunga gugur
dan puisi
sisa rintik biarkan menggenggam kisah tersembunyi di daun letih
berayun seadanya..
aku menyebutkan jalan ketabahan
ada kesunyian dari redup matamu
senyum menipis
dan dua helai kertas putih yang belum terisi
katamu
"aku akan menulis puisi, satu untukku satu untukmu"
dan masih kau genggam sampai tak ada kata kehilangan
ini musim kedua ketika gerimis berkunjung lagi
: aku masih disatu taman kemarin
bersama gerimis yang kau kenali
aku menemukan sepi
bunga gugur
dan puisi
sisa rintik biarkan menggenggam kisah tersembunyi di daun letih
berayun seadanya..
aku menyebutkan jalan ketabahan
ada kesunyian dari redup matamu
senyum menipis
dan dua helai kertas putih yang belum terisi
katamu
"aku akan menulis puisi, satu untukku satu untukmu"
dan masih kau genggam sampai tak ada kata kehilangan
ini musim kedua ketika gerimis berkunjung lagi
: aku masih disatu taman kemarin
bersama gerimis yang kau kenali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar