Kenapa aku memetik senja sore ini,
yup...
kita berdua keterasingan yang berada pada luar nyata
ditengah kerumunan dan hinggar suara cinta
aku duduk memeluk lutut sendiri di pinggir kota
dan kau mengasingkan diri di sudut kota.
aku menunduk di tengah desah sang bayu,
kemudian kau bermain anak-anak gerimis
ada banyak yang kita bicangkan dari senja sampai pagi menjelang,
tetapi ada juga banyak diammu merundung, memapah laraku
kau menggeser kembali tempat duduk
seperti langit yang menggusur jumputan bintang di langit malam.
tapi kenapa aku enggan beranjak pergi,
rerupa angin imajiku mengusung banyak tanya,
di sepatah belahan kata tereja.
Duka selalu menjadikanku hamba yang paling egois,
yang menganggap kamu adalah kepunyaan, yang menjadikanmu adalah
pelukan, yang membuat kamu permaisuri di balik awan
dan aku lebih nyaman berpelukan dengan sunyi, bermesra dengan sepi...
aku masih enggan bergeser,
kita berdua adalah manusia yang terdampar dari peperangan egois
kita berada pada ruang yang sama, diam dan duka. sungguh pilu..
ketika aku tak bisa membuatmu tetap berada di sudut kota
ketika itu pula aku menghampiri tangismu secara misteri
mungkin, dengan sentuhan kalbu atau rasa yang tak bisa terlihat
atau aku akan membelai rambutmu, mengatakan
betapa manis tutur-tuturmu yang tak menggoyahkan aku,
mebut kusentuh pelukanmu..meski jasad tak berpihak selamanya
aku menghembuskan nafas panjangku, semoga sampai kepadamu
mu,
yup...
kita berdua keterasingan yang berada pada luar nyata
ditengah kerumunan dan hinggar suara cinta
aku duduk memeluk lutut sendiri di pinggir kota
dan kau mengasingkan diri di sudut kota.
aku menunduk di tengah desah sang bayu,
kemudian kau bermain anak-anak gerimis
ada banyak yang kita bicangkan dari senja sampai pagi menjelang,
tetapi ada juga banyak diammu merundung, memapah laraku
kau menggeser kembali tempat duduk
seperti langit yang menggusur jumputan bintang di langit malam.
tapi kenapa aku enggan beranjak pergi,
rerupa angin imajiku mengusung banyak tanya,
di sepatah belahan kata tereja.
Duka selalu menjadikanku hamba yang paling egois,
yang menganggap kamu adalah kepunyaan, yang menjadikanmu adalah
pelukan, yang membuat kamu permaisuri di balik awan
dan aku lebih nyaman berpelukan dengan sunyi, bermesra dengan sepi...
aku masih enggan bergeser,
kita berdua adalah manusia yang terdampar dari peperangan egois
kita berada pada ruang yang sama, diam dan duka. sungguh pilu..
ketika aku tak bisa membuatmu tetap berada di sudut kota
ketika itu pula aku menghampiri tangismu secara misteri
mungkin, dengan sentuhan kalbu atau rasa yang tak bisa terlihat
atau aku akan membelai rambutmu, mengatakan
betapa manis tutur-tuturmu yang tak menggoyahkan aku,
mebut kusentuh pelukanmu..meski jasad tak berpihak selamanya
aku menghembuskan nafas panjangku, semoga sampai kepadamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar