aku pernah menitipkan setetes airmata pada hujan
dan dia meleburkannya, membawanya
aku mengenali, mengenali ketiadaan
yang telah menunjukkan makna airmata
setiap tetesannya adalah riwayat sederhana yang membawanya kembali ketitik nol
seperti serupa ketika para penyair mengkumandangkan sajak-sajak terindahnya
apakah aku harus berlari, menghindar..pergi
atau aku harus berdiri mematung
membuat lukisan dari bayangan yang tak tersentuh tuhan
isak yang kukeluarkan kemarin adalah pengorbanan
yang menghapus dahaga lelah
menghabiskan kegersangan atas pengingkaran...
maka kureguk, akan kutadahi air mata ini menjadi suara-suara ketulusan...
seperti nyanyian kemarin yang alpa tersentuh
ijinkan aku menyembunyikannya sendiri
diam...dalam cinta
dan dia meleburkannya, membawanya
aku mengenali, mengenali ketiadaan
yang telah menunjukkan makna airmata
setiap tetesannya adalah riwayat sederhana yang membawanya kembali ketitik nol
seperti serupa ketika para penyair mengkumandangkan sajak-sajak terindahnya
apakah aku harus berlari, menghindar..pergi
atau aku harus berdiri mematung
membuat lukisan dari bayangan yang tak tersentuh tuhan
isak yang kukeluarkan kemarin adalah pengorbanan
yang menghapus dahaga lelah
menghabiskan kegersangan atas pengingkaran...
maka kureguk, akan kutadahi air mata ini menjadi suara-suara ketulusan...
seperti nyanyian kemarin yang alpa tersentuh
ijinkan aku menyembunyikannya sendiri
diam...dalam cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar