Jumat, 18 Mei 2012

catatanku tentang perempuan itu



















Yach...
belum sempat aku membaca catatan terakhirmu
belum puas rasanya aku merasakan senyum manis itu
belum hilang rasanya mendengar tawa kecilmu
kenapa aku tak bisa membaca isyarat itu
sebuah isyarat baru yang kau tulis
pada deret sajakmu
meskipun kadang isyarat itu tak terlagukan
namun saat ini lagu itu terngiyang

aku tak pandai berucap lisan
aku hanya sigap merasakan dalam sebuah tulisan
namun...satu kata yang mewakili
dari relung sanubari
maafkanlah aku...
entah ..
perasaan ini datang selalu di akhir sebuah kisah
penyesalan...yah...
dan akhirnya kata yang mengikutinya
adalah andai...

andai, aku tak mendiamkanmu
dengan semua gejolak hati yang tak semestinya
perasaan yang berkecipak dalam genangan air
dengan harap menghilangkan jejak yang
tersulut
aku ingat, bagaimana celotehmu membangunkan
setiap mata terkantukku,
aku terbayang, bagaimana tawa-tawamu
kau tawarkan hingga detak desir dalam jantungku
tak terkendali
aku tak bisa lupa, saat egomu
kau suguhkan dalam bincang tiap malam

ohh....
jika aku tau tawa malam itu adalah
titik tawa terakhir yang kau suguhkan
aku akan membiarkan kau tertawa
melepas semua beban sakitmu
dan aku tak pandai membaca isyaratmu
maafkan aku...

kini, kerinduanku padamu tak terkalahkan
dengan penyesalanku,
aku rindu perhatian, dan kata-kata "jangan...!"
aku rindu senyum manis meski kadang
aku mendengar erang meringis dari suaramu
dan kala rindu telah sampai batas
aku hanya menikmati
baris-baris sajakmu,
bait perbait puisi rindumu
lembar-perlembar catatan usangmu
...
seperti saat ini,
sengaja kutulis catatan untukmu
untuk perempuan yang kunamakan
"RINDU"
...

1 komentar:

  1. Ehm, begitu ya? Informatif banget. Aku numpang promosi juga deh sambil baca beritanya.
    Poker Online, Game Facebook, Judi Online, Nagapoker
    Terima kasih.

    BalasHapus