Bagaimana gambaran wajah Lilian,
aku bisa melukiskannya, mungkinkah seperti
kuntum bunga lily yang mekar putih bersih, indah
tak gampang layu
mungkin itulah yang sempat kulirik dari sudut matanya.
Binar bahagia terlontar
dengan seringnya senyuman dan permainan jemarinya
yang resah, menanti...sebuah pinangan.
Detak detik jam mulai berdetik..tik tik tik
dari tempat hingar hingga detik terdengar keras
lengang...awan mulai merambat menggati layar
biru yang dari tadi ikut menunggu
Lilian, masih bertahan tersenyum,
dengan bayangan sosok Bayu datang membawa pelukan sayang
Layar angkasa birupun berubah warna
menjadi gumpalan-gumpalan awan hitam yang temaran
disertai semilir angin...
memainkan rambut panjangnya yang tergerai indah
sonar, beberapa pasang mata seperti menangkap
menyergap sembari merangkum beberapa pertanyaan
"Sedang apa kau disitu..?"
hawa dingin membuncah, menggelitik hidung
mendung....
Hingga...
Awanpun pecah, seiring dengan desau angin
yang melahirkan rintik-rintik hujan..
sekawanan burung, sesegera terbang mencari tempat teduh,
berbeda dengan rumput-rumput
dan kuncup bunga kamboja
mereka seolah berteriak sesuka ria
menyambut datangnya sejuk membawa aroma bahagia...
dan Lilian...membiarkannya basah,
membiarkan cipratan tanah merah basah mengotori
seluruh tubuhnya...
tak seorangpun menyapanya,
hanya seorang lelaki tua membawa payung berkata...
"pergilah, meskipun berapa tahun lamanya kau menunggu
dia tak akan datang meminangmu,
karena Tuhan memilih dia lebih dulu untuk menemaninya
dan membiarkan dirimu hidup bersama sisa kenangannya..
..ayo, bangkitlah!!"
Ajak juru kunci itu..
Lilian, menatap tersenyum...berdiri, tersenyum
tertawa, terjatuh, berdiri lagi, tertawa sendiri....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar