Hari demi hari hanya sesaat kita lalui,
Terlalu pagi untukmu pergi??
Bukankah fajar belum lengah untuk menutup mimpi
Belum lelah aku menatapnya
Belum hilang lukisan wajah dalam siratan rona indah
Namun mengapa kau berkemas?
Beranjak dan memberi pembatas
Kugoreskan tinta dengan sepenuh hati,
Seraya melepas gundah hati yang sulit kupahami.
Pedih...saat jemari letih menyentuh senja menutup hari
Perih...menjelang petang kau tak menyisakan hati
Selamanya...
Kau rinai hujan yang tak pernah lepas dari mendung hitam
hingga gerimis menyentuh rinai mu tak pernah lekang
Selamanya...
kau ranting yang tak pernah kering,
Menanti daun-daun berganti menguning
Kau tahu, dan aku juga tahu
Tak ada yang kekal abadi
Bahagia adalah tempat persinggahan dini
Datang dan pergi, tak mampu terhindari
Terima kasih untuk tenteram yang telah kau bagi
Melalui pelukmu..juga desah nafas iringi ucapan kata sayang
Terima kasih kau izinkan aku membalas kata
yang pernah kau bisikkan melalui rintihku...
"Aku cinta kamu"
Tenang,
Ketika rindu datang,
Telah ku pasang rasa yang membentang
Kusiapkan bisik jawaban
Dari celah rimbunnya dedaunan
Pada sepanjang jalan taman pertemuan
Rasaku, menemanimu
Pada balutan selimut penghangat raga gigilmu
Asaku, menjagamu
Dari hembusan angin kencang meleburkan hatimu
Hingga kau sadar,
Bayangan ragaku akan pudar
Kau harus kehilanganku...
Sampai nanti jiwa lain terpilih olehmu.
Menemanimu, dan hadirnya tumbuh dalam lubuk hati
yang memanggilmu.
(Jantungku berdetak kencang, pelukkan lututku tak kulepaskan
isakku mulai tersengal, "TUHAN...aku merindukannya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar