Tak salah...jika aku tetap berdiri, di sudut diam. Mengantri bersama jutaan pemimpi. Tak ingin terbangun. Sampai sang mentari jelas menampar, membangunkan raga untuk terhenyak sejenak. Tak sanggup...melipat yang telah terbuka. Lembaran kisah yang telah tertulis oleh sang pujangga aksara. Masih membiarkan terbuka, terbias pada sosok pembawa tahta jiwa.
Tak salah...ku menantinya. Pada hujan yang membawa kesejukan, dan pelangi sebagai balas kesetiaan. Rengkuh, sebongkah tubuh yang bernafas. Dengan banyak mimpi yang tak terpenuhi. Meski satu perstu menatap, dengan mimik muka enggan, bertanyalah mereka, adakah mimpi tergantikan??? Namun jawab singkat selalu terdapat, aku tak akan beranjak dan berdiri diamku, aku tak ingin terbangun dari segudang lamun, mimpi bukan erangku, biarlah...kedua sayap ini yang membawanya terbang ke alam sempurna, alam mimpi yang begitu sempurna...dan aku tak mau terbangun sampai kau bangunkan aku dan memberi senyum nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar