Dahulu raut wajah ini sendu pilu. Kebisuan dari ucapan yang tak terdengar.
Dahulu wajah ini muram. Menahan luka dari jelaga yang menganga.
Dahulu wajah ini hampa memendam seribu hasrat terlepas...
desis hati dengan cinta dan nista yang masih bersama....
Hasrat hati bukan bermain kata, pena ini menari mengalir sesuai isi hati,
menghiba atas alunan jiwa kerinduan yang tertata rapi di sanubari.
Seperti eloknya sang pungguk menyanyikan panggilan sayu...
Aku memilih mengganti kalimat sendu menjadi syair cinta
yg semestinya menjadi alunan pujian jiwamu,
Yang pasti semua kalimat ini,
tertata dalam secarik kertas untuk melukiskan pesona jiwa,
mengenang kata kata cinta dibenakmu...
Merindukanmu? Jelas merindumu?
Tak ada yang menyangkalnya, lumrah, wajar.
Insani yang indah, terbuai dalam helai2an sendu merayu.
Bukan puisi tentang cinta namun hanya sebatas bait-bait
kerinduan yang jelas nyata mendamba.
Meraba ilusi dan membalikkan yang ilusi
menjadi sesuatu yang lebih nyata.
Dalam kejujuran ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar