Belum lama, sejak gelap itu beranjak, memang terlalu singkat untuk tafsirkan senyum, tawa lepasmu. Sejenak, kebisuan itu datang, hanya sejenak. Saat detak waktu semakin memutar jelas, menjadi rentang dinding rindu.
Kita telah berjanji?? Tak akan membiarkan kabut menghentikan pandangan kita. Tak jua julang gunung membatasi bujur raga kita. Karena sakit rasa, jika semua harus menghilang sia-sia.
Baru saja gerimisku berlalu malam itu. Sapa pagiku juga sementara, menggandengku, dan menghilang kala terik tepat membayar tuntas rinduku. Pergimu terbawa sang penguasa ragamu, seolah melirik tepat di jemari manismu. Melepasmu??
Terima kasih, untuk ukiran indah di angkasa biruku, untuk derai tawa seperti kidung bahagia para bidadari suci. Sekarang, izinkan aku untuk terus mengingatmu, karena pejamku pada malam, tak mampu menghapus jamah lembut jemari, tak bisa melenyapkan hangat desah peluk, tak membiarkan kecup mesra di ujung bibir dan...menghapus sepi di atas kerinduanku...
Suatu saat nanti, saat mimpi yang kita sandarkan harus berakhir. Jangan pernah lupakan hari ini, Hari dimana kita memulai dengan senyum bahagia dimana kita merasa hidup selamanya...
Dan kusaksikan kau pergi...bersama gulita merengkuku malam..itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar