hujanlah yang menyaksikannya, dan gerimislah yang rela menyusun rinai menjadi rindu,
menaburkan diantara jeda aksaraku.
aku padamu, sebagaimana telah kuhargai senja saat mengibarkan lembayung, dia tak mampu membakar rindu untuk dijadikan abu,
sebab ada aku yang menjadi kalimatmu.
ingatkah engkau, tentang romansa yang kuceritakan semalam? bukan sekedar rangkaian kisah dia tak bernyawa.
namun dia tumbuh menjadi penghubung antara maya dan nyata.
Dalam ruang kata, imaji ku bingkai indah di sematan salam. selamanya meski dalam bisunya do'a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar