Sunyi, puisi tentangmu menyekap rindu yang teramat panjang,
Sekejap puisiku menjadi lengkap ketika sepasang janji bertautan
Cinta telah memberi kita ruang yang panjang untuk saling memahami
Aku dan kamu
Kita berbicara meluruskan tiap aksara pada harapan
bahkan tak jarang kita membawa airmata menjadi saksinya
Ah..
Biarkan satu persatu ranting menggugurkan daunnya yang menguning
Meninggalkan sebuah nama pada tepian mimpi
Biarkan debu membawa kepasrahan dedaunan untuk berserak
dari gemulai rayu sang angin
"Bawa aku perempuan bermata kabut?" pintamu senja itu
Aku hanya seorang yang membawa cinta pada pusara rengkuhmu
waktu yang akan menuliskan semua pada tutur puisiku
Atau aku harus membiarkan takdir memapahku
"Singgah dan berterus teranglah kepadaku, mata kabutku?" pintamu sekali lagi
Kita bernafas dari napak tilas luka
Diam dan hening adalah sisi seyap yang pernah kita lagukan
(dia yang mengatakan itu, sayu menatapku)
Sekawanan unggas pulang kesarang, rimbun ilalang riuh tak menghalang
Sebelum luka mengungkap sempurna, kuselipkan do'anya diantara tanda semesta
Diam hanya memujaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar