Minggu, 29 Desember 2013

MENCARI PUISI

Tuhan, kau tau
semalaman aku mencari puisi yang biasa kubaca sebelum mulai bermimpi
kuaduk isi laci meja rias, mungkin disana dia tinggalkan

Ah, ternyata tak ada
kemana dan dimana, Tuhan?

Sekali lagi kuaduk isi laci,
padahal disitu dia biasa sembunyikan kata-kata indah
sebelum dia melenggang pulang
masih tak ada, hanya tersisa lembar puisi usang

Telah kurapalkan semua yang menjadi lakumu
kusimpan selekat detak jantung
Ah, Tuhan belum mendengarku kali ini
Debatkan para pujangga
apa makna sebuah cinta
membosankan
atau semestinyalah merah sewarna cinta

Malam,
di tepi ranjang paling menderita
langkahku memutar
keluar ruang tempat kami berpesta

Tuhan, aku menemukannya! teriakku
ternyata Dia belum menghukum rinduku

"Kau adalah bidak didadaku
tempat meletakkan asmara juga amarah
Kau sebuah tungku
dari petik abadi satu nyala bertungku yang tersebut rindu
Untukmu, satu
aku punya cinta melebihi usia matahari, camkan itu"


terima kasih, kau dan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar