Selasa, 19 Juni 2012

Cintaku malam ini luluh sendiri


Pada pesisir rasa, dipelabuhan bernama cinta. Serunai camar melambai, menukik bahkan menerjang angin pantai yang membuai sayapnya. Yang terjadi rasa cemas di punggung bulan uang rapu. Saat ranting rindu mulai berkabut, embun bergelayut di dahan malam. Bercengkerama pada mata yang masih terjaga.

Kau mengetuk dinding yang hening, dengan gerimis yang masih disisakan sang hujan. Diam memendam hitan, masih rahasia, masih maya pada senyum dan renyah tawa. Terbit di waktu sempit dan hilang di batas hari, kisahku pun pamit.

Jika kau maya yang bernyawa, kuselesaikan rajutan indah dari pintalan hati. Pada sekat, yang berongga. Pada kalimat yang berjeda. Hingga bayang tak sirna melengkapi lubuk sanubari.
Ku sisakan jejak di pesisir, dengan prasasti yang kunamai hati. Jengah, sejarah lupa..biarlah, pun putaran waktu menggulung rindu. Kupetik titik hujan dan kubawa kelautan. kuseberangkan dengans erangkaian salam untukmu. Layar hati berkembang, perlahan berkibar di langit merah.

Sabit..titip senyum di batas mimpi, setia ku akan menanti hati itu sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar