Ku katakan padamu senja itu,
sebelum kau beranjak dari wajah mega.
Kenapa kau begitu kuat menyentuh sukma
Kenapa nada yang kau ciptakan tak sumbang
Tanpa jawab,
Hanya wajah muram yang kau biaskan.
Jika saja aku bisa memberi mu setitik embun
Jika mampu aku memberi sentuhan sukma tanpa prahara
Jika makna dinding itu tak bersekat
Jika gema itu hanya satu suara
Tentang kamu...aku mampu
Tanpa suara,
Kau terdiam di balik permainan jemari
Resah...
Saat lembayung senja mulai terbuka,
Ucapmu tak terhiraukan lagi
Bagai bicara aku di ujung mimpi,
Terpana menatap siang, sembunyi dibalik malam
Untukmu pemilik jiwa indah, dengan satu panah
Kau tepat memasang busurmu, tepat pula mengujam anaknya kesanubariku
Namun...
Ku ingin indah pula memaknainya
Memaknai satu perasaan dengan penghargaan jiwa abadinya
Buatku kau sajak indah yang tak terbaca
Kau goresan indah penuh makna
dan...
Kupetik sajak dari sang pujangga pula,
Untukmu, sekilas rasa dari rasa sebenarnya.
***
"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana...
Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."
***
Itu saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar