Minggu, 17 Juni 2012

Rasa sepertiga malam


Tentangmu, serumpun embun. Lelah dalam penat, letih dalam hening. kau segenggam rasa yang tak pernah terjamah. Bagai lukisan senja tanpa hiasan mega, kau masih indah terbiaskan awan putih di sudut cakrawala. Aku buta dan engkau tuli itu yang tepat untuk kumaknai. rasa ini diam, sediam batu karang yang goyah seketika terhempas oleh terjangan ombak. rasa ini kokoh setegar gunung dalam kuat pendakian untuk menggapai puncak keindahan. Rasa ini tenang setenang buliran air mata di ujung netra yang jatuh kala rindu tak berkata. Inginnya aku mengatakan, kenapa kau tak membalasnya? kenapa kau tak memandang isi dari kalbuku.

Tak salah kusebut kau pucuk himalaya. Kau salju di ujungnya.

Tak jarang inginnya ku kembali pada beranda gurau yang dulu kudapat, bukan rasa dan bukan cinta.Karena dengannya kau diam seribu bahasa, kau tak mampu berkata. Paling tidak jangan sembunyikan itu di pundak bayu karena aku tak mampu menangkapnya, bahkan sulur rindu pun tak kamu berikan...

Bukan lelahku menantimu. Aku akan tanami jejak kecil langkahmu dengan serumput rindu yang tersisa, akan kusirami dia, hingga enah kapan.Meski tak mungkin ia tumbuh menjadi pohon cinta, tapi itu cukuplah menjadikan rinduku bermakna meski tak kulihat anggukan kepala mengiyakan. Kuhijaukan dengan sedikit rinai gerimis membasahinya.

Aku akan tersenyum dalam kegelapan, meski sendirian. Pulaskan dalam temaran malam.Mengecap sedikit rasa tak sadarkan...meski tak memungkinkan.

Biarpun menghilang, rasaku masih di pertiga malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar