Bawalah aku terbang, untuk aku pulang
Lewat derita, dan lewat cerita yang kuhapus
Dan lewat pucuk rindu yang tak kunjung mekar
Aku ingin menghentikan perjalanan
Bawalah aku terbang, untuk dapat pulang
Dari aroma malam di tanah kerontang
Dari lembar perlembar halaman yang tak mampu kujelang
Mendamba dari mimpi tertinggi,
dengan do'a dan tulisan
Aku ingin melupakan jalan.
Lantas, detak detik waktu berbunyi. Menjadi terjaga dalam menara mimpi yang kubangan disetiap desahku. Pada denyut nadi, dan aliran darah yang mengalir dibilik aourtaku ku iramakan untuk meminta. Disimpang jalan aku pernah menyapa, di situ pula aku akan melambaikan. Dihitamnya warna aku telah melukisnya, maka hias aneka warna kulukiskannya. Tak perlu kunanti badai yang akan menghentikannya. Di atas satu cinta, di atas satu nama, di sebentuk hati aku menjelma.
Luluhkan rasa tanpa beda, Tuhan menghukumku atas rasa keliru, Tuhan mentasbihkanku dengan tumpukan sesal, menanti yang bukan dicari, menunggu dari kalbu yang pilu langkahku mati, berhenti disudut hati. Biarkan aku sejenak untuk berhenti menapak, sejenak saja bahkan mungkin selamanya. Sampai hitam benar-benar hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar