Kupetik beberapa bait tulisan dari Coretan Intuisi, yang aku suka.
Aku tidak akan menjanjikan apapun dalam sumpah keramatnya cinta,
Ketika kesadaran hati berupaya melembutkan hasrat yang kian semarak mengelilingi nurani. Lantas, kesederhanaanku adalah simbol simbol yang terpasak dalam hati oleh moyang ketika sebelum kelahiran.
Hanya saja hatiku yang mengatakan tanpa terwakili oleh sang lidah bahwa kedua tangan dan kakiku sememangnya tulang yang rawan pada keretakan.
Namun tidak pada hatiku seumpama yang pernah kau saksikan ketika hujaman panah berwajah ramah hendak menusuk-nusuk pusat ulu hati.
Dan karena tersenyumku adalah tujuan mengapa anugrah itu telah menyatu pada kehidupan.
Hanya hati saja yang mampu kau tabur benih ketulusan serta kesyukuran atas airmata dalam tahta keikhlasan.
Jiwaku kian berseru menuju arahmu tanpa memperdulh kejamnya kisaran waktu dan pedihnya ranjau jarak yang terbentang seolah siap menjunamkanku pada tebing jurang yang teramat dalam.
Lantas, tingginya harapanku padamu seolah keajaiban jembatan penyebrangan melangkah ke taman hatimu yang penuh dengan ketenangan.
**aku tak bisa berkata, bagaimana cinta itu, aku hanya mengerti dan merasakannya. Seperti kesederhaannnya utnuk memaknainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar