Tetaplah di sini, seperti dulu kita sering menatap mentari. Bersama menghirup aroma pagi yang masih bergelayutkan kabut beku.
Duduk di pembaringan menikmati gugusan bintang dengan bentuk rasi-rasinya.
Tetaplah di sini, tapi jangan berdiri di depanku. Untuk melihat jelas raut muka, berdirilah di sampingku. Kita tanami ladang gerasang itu
dengan perdu wewangian. Dengan aroma surga yang biasa kerap kau bawa di sungging senyum dan tatapan mata. Atau ..
Berdirilah di belakangku, seolah kau bayangan takdirku.
Masihlah di sini, dengan setia menanti bait perbait puisi yang belum jadi. Kita bersama merangkai sajak, tanpa harus meninggalkan jejak.
Saling memilin mimpi dan membenamkan luka yang dulu pernah menganga.
Aku ingin kau tetap disini, bukan untuk ragaku, namun untuk tenang akan jiwaku. Karena matamu adalah kedamaian yang tak bisa kusembunyikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar